My Feelings

366 45 12
                                    

boboiboy & yaya fanfiction
© Animonsta
.

.

.

Boboiboy baru sadar perasaannya lebih besar dari yang diperkirakan. Lalu sekarang apa? Ia harus bagaimana?

alternative universe. semi baku. comfort. fluff.


 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Di belahan bumi bagian Indonesia naik sedikit—Malaysia. Spesifiknya di Pulau Rintis. Seorang laki-laki bertopi dino tengah sibuk membantu kakeknya berjaga di kedai. Seperti hari-hari sebelumnya ketika tidak ada misi, Boboiboy akan ikut mondar-mandir di kedai koko Tok Aba.

Sibuk sekali. Setelah namanya yang sempat naik daun sebagai superhero, kedai Tok Aba memang selalu ramai. Awalnya, semua datang hanya karena ingin melihatnya—itu dulu sekali. Jauh sebelum ia hampir kehilangan Ochobot sebab ulah jahat si alien Borara.

Mungkin, yang awalnya hanya berniat melihatnya sekalian icip-icip menu di kedai kakeknya akhirnya terpikat cita rasa khas racikan coklat Tok Aba. Hingga seluruh pelanggan kini murni menyukai menu di kedai itu. Hal itu adalah pemikiran paling logis di kepala Boboiboy saat ini.

"Halo, Boboiboy!" Sapaan riang itu memecah fokusnya. Si empunya nama bisa menebak siapa pemilik suara tanpa perlu berpikir keras. Ia menoleh dan membalas senyum lebar Yaya.

"Yaya," sapanya balik. "Habis dari mana?"

Sebenarnya, tanpa bertanya juga Boboiboy sudah tahu. Melihat berapa banyak kantong belanjaan yang Yaya bawa di kedua tangannya sudah cukup menjelaskan. Namanya juga basa-basi.

"Minimarket," gadis itu mengangkat sebelah tangannya. Menunjukkan kantong-kantong besar berisi tepung dan kawan-kawan. "Belanja bahan untuk buat biskuit."

Boboiboy mengangguk paham. Ia tersenyum lagi, mengingat betapa parah—sangat parah—rasa biskuit Yaya dulu. Sekarang lebih baik, setidaknya bisa dikatakan enak dan tidak membuat pingsan lagi, juga tidak sekeras batu.

Ucapkan terimakasih pada Gopal dengan segala kejujurannya. Laki-laki kawan akrab Boboiboy itu memerintah langsung pada Yaya agar gadis berjilbab itu mencoba biskuitnya sendiri sebelum diberikan pada orang lain. Alhamdulillah-nya, Yaya tersadar setelahnya. Membuat mereka tidak perlu lagi was-was ditawari biskuit berbahaya.

Hebatnya, gadis itu langsung introspeksi diri lalu kembali belajar cara membuat biskuit yang baik dan benar. Yaya tipe orang yang mudah belajar, sehari setelah berlatih, ia sudah bisa membuat biskuit yang layak dimakan manusia.

Dan Boboiboy jadi orang pertama yang berani mencobanya. Diikuti Ying—yang hampir saja menangis haru melihat perkembangan baik sahabat karibnya—lalu Fang yang juga memberi respon positif diikuti jempol mengacung tinggi. Gopal menjadi orang terakhir yang mencoba. Agaknya lelaki itu masih trauma dengan biskuit yang sudah-sudah. Namun setelahnya, dia adalah orang paling semangat menghabiskan biskuit Yaya ketika ditawari.

Mereka menertawakan Yaya yang selalu saja menangis ketika kue-kue yang dibuatnya habis ludes dilahap teman-teman. Gadis itu menangis bahagia. Terlampau senang mendapati manusia-manusia yang biasanya menghindari biskuitnya sekarang malah jadi orang pertama yang memakannya—bahkan sampai meminta tanpa ditawari. Jelas saja Yaya senang!

"Mikirin apa? Kok senyum-senyum sendiri?"

Suara lembut itu meruntuhkan bayangan memori masa lalu. Boboiboy menggeleng, "bukan apa-apa. Cuma ingat biskuit kamu dulu."

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang