Manis Tapi Menyebalkan

11 2 0
                                    


Masih setia sama emaknya Sera dan Shawn di sini. Rayuan maut Sera semakin gencarrrr, jangan lupa tekan bintang sebelum membaca, ya.

Happy Reading!!!

~~~~

"Aku tidak mau mengantarnya, suruh saja yang lain!"

Shawn menolak dengan tegas saat diperintahkan mengantar 10 kotak pizza ke rumah Sera. Yang benar saja, apa sedang ada pesta atau gadis cilik itu sudah gila sehingga memesan 10 kotak pizza ukuran jumbo dan itu pun harus diantar oleh Shawn?

"Ayolah, Shawn. Nona Seymour sudah membayar pesanannya, kamu tahu 'kan siapa keluarga Seymour itu? Kita bisa mendapatkan masalah jika tidak memenuhi keinginannya."

"Aku tetap tidak mau!" Shawn bersikekeh dengan penolakannya.

"Kalau begitu gajimu akan kami potong!" ancam atasannya yang seketika membuat Shawn mengerang kesal. Mencari pekerjaan sangat tidak mudah sedangkan saat ini ia sangat membutuhkan uang. "Jika kamu mau mengantar pizza ke rumah keluarga Seymour, bonusmu bulan ini aku naikkan jadi dua kali lipat."

"Oke!" Shawn pasrah, lagi pula tidak akan ada gunanya melawan orang berduit, bukan? Selain itu, ia butuh uang agar bisa membelikan ranjang yang nyaman untuk ibunya.

Dengan hati yang jengkel setengah mati, Shawn memacu sepeda motornya menuju rumah Sera dengan harapan ia tidak perlu bertemu gadis cilik itu.

"Hanya perlu mengantar pizza pada penjaga rumahnya kemudian langsung pergi, apalagi ini sudah dibayar," gumam Shawn menghibur dirinya sendiri. Setelah beberapa menit mengendarai sepeda motornya, akhirnya Shawn sampai di rumah yang bak istana itu.

Shawn sudah hendak turun dari motornya untuk memberikan pizza itu tapi penjaga rumah justru membuka pagar dan berkata, "Silakan masuk, Tuan. Nona Seymour sudah menunggu."

Shawn menghela napas berat, dengan berat hati ia masuk berharap ada pelayan yang menunggunya untuk menerima pizza itu. Akan tetapi, pelayan yang menunggu justru membuka pintu dan berkata, "Nona Sera ada di lantai dua, Tuan. Beliau sedang menunggu Anda."

"Aku datang hanya untuk mengantar pizza, bukan menemuinya!" tegas Shawn tapi pelayan itu hanya menunduk dengan kedua tangan yang di lipat rapi, pertanda dia tidak akan menerima pizza itu.

"Shit!" umpat Shawn kesal.

Ia pun masuk ke rumah itu yang ternyata sangat lebar dan megah di dalamnya, bahkan lebih megah dari bayangan Shawn. Di ujung tangga, seroang pelayan berdiri dan menyapanya dengan sopan.

"Silakan naik, Tuan. Nona Seymour menunggu!" ucapnya.

Shawn merasa sangat kesal hingga ingin meledakkan rumah itu, tetapi mengingat dia bekerja dan Sera punya uang serta kuasa, ia pun kembali pasrah.

Sesampainya di lantai dua, Shawn terdiam karena tidak tahu harus ke mana lagi hingga seorang pelayan keluar dari kamar yang tepat berada di depannya.

"Oh, kau sudah datang!" ujar pelayan itu seraya membuka pintu kamar tersebut lebih lebar. "Masuklah, Nona Seymour sudah menunggu."

Shawn meringis, entah ada berapa pelayan di rumah itu tapi yang pasti di setiap sudut rumah rasanya ia selalu disambut.

Setelah pelayan itu pergi, Shawn mengetuk pintu meski pintunya sudah terbuka. "Pesanan Anda, Nona!" serunya malas.

"Masuk!" seru Sera yang membuat Shawn benar-benar merasa ingin meledakkan rumah itu. "Masuk, Shawn!" ulang Sera santai, seperti memanggil teman dekatnya.

"Ya Tuhan, iblis kecil ini sepertinya terlepas dari neraka saat penjaga sedang lengah," batin Shawn.

Shawn menghirup napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia lakukan hal itu beberapa kali sampai perasaan dan pikirannya tenang, setelah itu barulah ia masuk ke kamar Sera yang bak kamar tuan putri.

Kamar bernuansa kamarnya cokelat dan emas itu benar-benar seperti kamar putri raja dengan lantai yang dilapisi karpet berbulu dengan warna senada. Ranjangnya juga sangat indah dengan ukiran klasik, begitu juga dengan lemari dan meja riasnya. Oh, tak bisa dipungkiri Shawn terpukau dengan kemewahan itu.


"Ini pesanan Anda, Nona Seymour!" Shawn meletakkan 10 kotak fizza itu di meja belajar Sera dan tanpa sengaja ia melihat desain baju pria di Tablet gadis cilik itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini pesanan Anda, Nona Seymour!" Shawn meletakkan 10 kotak fizza itu di meja belajar Sera dan tanpa sengaja ia melihat desain baju pria di Tablet gadis cilik itu. "Itu bagus," batin Shawn memuji.

"Terima kasih," ucap Sera seraya mengurai senyum paling manis.

Shawn tak menanggapi, ia hendak pergi tapi Sera justru menahannya. "Mau makan pizza ini bersamaku?" tawar Sera yang tentu saja membuat Shawn tersenyum miring.

"Tidak," tolaknya tegas. "Kalau begitu ambillah satu dan bawa pulang, berikan pada ibumu dan katakan ini calon menantunya."

"Kau sudah gila?" hardik Shawn.

"Belum," kekeh Sera santai. "Tapi sepertinya aku akan gila jika kau menolak."

Shawn terdiam sejenak kemudian ia mengambil satu kotak pizza itu untuk dibawa pulang. "Puas?" geramnya.

Bukannya merasa bersalah atau malu, Sera justru mengulum senyum dan mengangguk. Shawn langsung bergegas pergi sebelum kegilaan Sera semakin menjadi. Namun, hatinya bertanya-tanya untuk apa Sera memesan 10 kotak pizza ukuran jumbo jika di rumahnya tidak ada siapa-siapa?

"Apa hanya untuk membuatku datang ke rumah ini?" batinnya. "Ah, apa ada manusia segila itu?"

Sementara Sera hanya bisa senyum senyum sambil menatap Shawn yang kini menjauh. "Sekarang aku bisa tidur nyenyak," gumamnya dengan hati yang berbunga-bunga sebab sejak tadi ia tak bisa tidur karena terus memikirkan Shawn.

*****

"Ambil libur setidaknya sehari, Shawn. Wajahmu pucat."

"Aku baik-baik saja, Mom. Jangan mengkhawatirkan aku."

Mendengarkan jawaban putranya yang selalu sama itu membuat Miranda hanya bisa menghela napas panjang. Ada rasa bersalah yang begitu besar dalam hatinya setiap kali melihat wajah letih sang putra yang banting tulang siang malam untuknya.

Shawn menikmati sarapannya dengan lahap, pizza yang semalam Sera berikan padanya sungguh bermanfaat pagi ini.

"Mommy ingin berhenti ke Dokter."

Shawn langsung berhenti mengunyah mendengar apa yang ibunya katakan, ia menatap wajah pucat wanita paruh baya itu kemudian bertanya, "Kau siap mati, Mom?"

Ibunya mengangguk meski dengan mata yang memerah dan terasa perih. Memangnya manusia mana yang bisa merasa siap mati?

"Tapi aku tidak siap kehilanganmu," ujar Shawn setelah itu ia meneguk air dari gelasnya hingga habis.

"Tidak ada yang bisa mengobati kanker, Shawn," desah sang ibu pasrah. "Itu hanya buang uang dan waktu."

"Berhenti mengatakan omong kosong, Mom. Itu tidak baik." Shawn segera beranjak dari kursinya, mengecup pipi sang ibu kemudian melongos pergi begitu saja, meninggalkan ibunya yang berdiam diri.

Shawn tahu, kanker yang diderita ibunya sudah stadium akhir bahkan dokter mengatakan harapannya sangat kecil. Namun, Shawn tidak bisa berhenti berharap dan berjuang apa pun yang terjadi.

Ketika Shawn sampai di tempat kerjanya, ia tercengang melihat pemandangan yang tidak biasa.

"Shawn, cepatlah kemari!" panggil Jason semangat. "Lihat apa yang Nona Seymour bawa untuk kita semua."

Shawn melangkah pelan mendekati Sera yang sedang bersama teman-teman kerja Shawn. Gadis cilik itu membagikan sarapan dan juga kopi pada semua orang.

"Halo, Tuan Alexander," sapa Sera dengan sangat manis. "Kau berbohong padaku, hem? Katanya hari ini libur tapi nyatanya tidak."

"Apa yang kau lakukan di sini?" desis Shawn mengacuhkan pertanyaan Sera.

"Aku datang untuk bertemu denganmu," jawab Sera sambil mengedipkan sebelah matanya. "Hari ini aku akan pergi ke Villa dan aku butuh sopir pribadi."

Kening Shawn berkerut dalam mendengar pernyataan Sera yang sangat tidak masuk akal itu. "Bukankah dia sopirmu?" Shawn menunjuk Larry yang hanya berdiri seperti patung.

"Kesehatannya sedang tidak menurun dan dia tidak bisa menyetir," jawab Sera. Shawn mengamati Larry lekat-lekat karena memang tampak ada yang berbeda dari pria itu. Wajahnya merah seperti orang alergi, begitu juga dengan kedua tangannya

"Kau pasti punya beberapa sopir cadangan, Nona Seymour!" ujar Shawn bersikap tak peduli.

"Mereka semua sedang sibuk dan aku tidak bisa mencari sopir lain yang tidak kami kenal. Jadi, kamu adalah pilihan terakhir kami."

"Kau_"

"Aku tunggu di mobil, kali ini pakai mobilku karena itu jauh lebih nyaman." Sera menepuk pundak Shawn kemudian ia masuk ke mobilnya begitu juga dengan Larry. Seperti biasa, Sera memilih duduk di depan sementara Larry di belakang.

"Tega sekali kau melakukan ini padaku hanya demi bisa mengajaknya pergi, Nona Seymour," keluh Larry sembari mengipas wajahnya yang terasa panas dan gatal.

"Kenapa aku yang salah saat alergimu kambuh, Larry?" protes Sera merengut. "Ayo, Shawn! Kita sudah terlambat," serunya.

"Apa dia sudah gila?" geram Shawn kesal. "Aku harus bekerja, bukan?"

"Kali ini kau boleh libur dari sini dan ambil saja semua bayaran yang dia berikan padamu," ujar Jason sambil senyum-senyum. "Oh Tuhan, gadis itu sangat manis dan baik, kan? Dia membawakan sarapan dan kopi untuk kami semua."

"Manis tapi menyebalkan, seperti anak setan," umpat Shawn yang membuat Jason terkekeh geli.

"Awas terpesona!"

~~~

Sampai bab ini masih manis dan gemas, kan?

Jangan lupa tinggalkan komen ya, biar Sera makin semangat menggoda Shawn. Xixixii


Suami Bayaran Nona SeymourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang