Flashback..
"Andrea? Can we talk about something?" Kata Carin waktu itu.
"Apa yang mau kau bicarakan padaku?" Jawab laki-laki itu, ia tengah di kamar Celia, sembari duduk di sofa berbicara nada dingin tanpa melihat Carin.
"Aku ingin kau mengembalikan semua barang-barang yang kau sita dari ku Andrea." menimang Celia yang tidur dalam pelukannya berdiri.
"What do you mean? Aku tidak pernah menyita atau mengambil barang mu satupun" Melihat Carin menautkan kedua alisnya.
"Don't lie to me Andrea." Membaringkan Celia pelan di ranjangnya.
"It's a fact I never took your things" mematikan iPad-nya dan meletakkan di atas meja.
Menghela nafas kasar, mengigit bibir bawahnya. "Mau sampai kapan aku seperti ini Andrea?" Menyelimuti Celia senyum, lalu jalan keluar kamar.
"Sampai kau mau menjadi istriku." Melihat Carin yang keluar kamar tanpa permisi, lalu berdiri.
"Kenapa selalu hal itu kau bicarakan padaku? Haa? Mau berapa kali aku katakan padamu tidak semudah itu menikah Andrea. Apa lagi ada anak di antara kita. Kamu tau Celia yang notabenenya bukan anakku Andrea." Berbicara dengan nada penuh penekanan.
"Apa salah anakku?" Melihat Carin.
"Dia anakmu dan Elga. And remember, your baby is my priority? Sure, but I have to look after myself too, you know? Kau marahku? Selama ini aku mengikuti alur ceritamu Andrea. Seberapa banyak kau menyakitiku, mengekang, aku diam, aku terima."
"Jangan bawa dia lagi Rin!"
"Bagaimana caranya aku harus diam? Aku tau Elga masih menemui dan melayani mu hingga detik ini, begitu juga sebaliknya? Dan lebih parahnya setelah dengan wanita itu, kau menyentuh ku kembali?" Melihat Andrea dengan tetapan marah dan sendu.
"Dan Sakin bodohnya aku, aku mau melayani mu. Apa kurangnya aku Andrea?" Lanjut Carin meneteskan air matanya.
"Aku bisa jelaskan semuanya!" Andrea tertegun setelah mendengarkan perkataan Carin.
"Apa? It's only about sex? Iya?" Carin mengenggam kuat kra baju Andrea, "JAWAB?"
"Yah." Katanya singakat.
"Apakah aku tidak pernah memberikan kamu kepuasan? Damn it!" Menghempaskan tubuh Andrea.
"Carin enough, I do not want to hear it again from your mouth." Ucap Andrea tegas.
"I can't. Kau mengkhianati ku untuk yang sekian kalinya. Aku bukan bonekamu. Tinggalkan aku, kita akhiri semuanya!" Carin tetap membiarkan air matanya terjun bebas, lalu pergi ke kamar.
"Jika itu maumu, silahkan!" Kata Andrea bermonolog dalam hati melihat kepergian Carin.
☘️☘️☘️
Flash forward...
Sesampainya di Mansion utama. Kini Andrea tengah menatap foto keluarga kecil mereka. Pikirannya sekarang tengah berdebat dengan argumen yang tak mendapatkan jalan keluar hingga saat ini begitu juga dengan ribuan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab kini terlintas dalam otaknya.
Ditambah lagi, Celia putri sematawayangnya, sudah menginjak usia balita. Anaknya sudah kehilangan sesosok ibu. Begitu juga dengan Andrea ia kehilangan wanita yang amat cintai.
Laki-laki dewasa itu sangat jarang menangis, tapi entah mengapa sekarang air matanya tak sanggup ia bendung. Ia kehilangan penyemangat hidupnya, mengapa ia mengizinkan Carin untuk pergi, dan kapan wanita itu akan kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
MIWA AND WINE [END]
RomanceNOTE: WINE AND MIWA "Segelas WINE yang di hidangkan, tidak akan habis jika tuanya tidak meminumnya, begitu juga dengan MIWA, kami tidak akan datang jika benalunya tidak menemui inangnya." #Rank 1 di agen #Rank 1 di emosional #Rank 2 di Andrea #Rank...