Chapter 12 🔞🔞🔞

2.7K 43 4
                                    


🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

WARNING‼️‼️

Krist menggigit bibir bawahnya sambil meremat bantal di bawahnya. "Ahhh, Phi pelan."

Matanya melirik ke bawah dimana Singto yang sedang mengulum miliknya cepat. Bahkan Krist tidak ingat bagaimana bisa dirinya sudah menjadi telanjang seperti ini. Krist segera meremas rambut Singto saat pria itu melakukan deep throat dan membuat tubuhnya bergetar, "Phihhhh, sudah. Kumohon."

Begini saja tubuhnya sudah lemas, bagaimana jika nanti. Singto memang pandai membuatnya seperti terbang ke angkasa.

Terlihat Singto melepas kulumannya. Kemudian menatap seluruh tubuh Krist yang berkeringat. Singto mengagumi tubuh indah itu, tangannya mulai meraba dari dada, hingga pantat bulat milik Krist.

"Phi.." panggil Krist lirih.

"Apa sayang?" Tanya Singto berbisik di telinga Krist. Dirinya kembali menindih tubuh pria manis itu. Jarinya mulai meraba lubang berkerut di bawah sana yang sudah berkedut minta diisi.

Lenguhan kembali muncul dari bibir Krist, saat Singto mengelus lubang itu pelan. Singto tersenyum, "Kau sudah tak tahan ya?"

Krist memejamkan matanya erat, satu hari Singto menerobos masuk dan langsung menyentuh titik terdalam Krist.

Tubuh Krist berjengit, "Di sana?" Tanya Singto sambil menatap mata Krist yang terlihat sayu. Krist hanya bisa mengangguk. Singto kemudian menarik kembali jarinya lalu mendorongnya kembali untuk menyentuh titik itu, secara berulang-ulang.

"Eunghhhh, Phi. Ahhhh, iyaahh di situ Phi. Faster, please."

"Kau yang meminta ya...." Singto tersenyum miring dan menambah 2 jarinya sekaligus, sehingga ada 3 jari yang bersarang di lubang hangat milik Krist.

Singto tak main-main kali ini, dia mengocok lubang Krist cepat dan berulang kali menyentuh titik sensitif Krist. Hal itu membuat Krist seperti orang kesetanan, ia mendesah dan  berteriak memanggil nama Singto.

"Phi....ahhh!!! No, Phi Singto..ah. Eungh!!" Krist menggelengkan kepalanya cepat, menggenggam erat tangan Singto yang sedang mengerjai lubangnya itu. "phihhh... Sudah..ahhhh!!!" Krist menenggelamkan kepalanya di bantal, teriakan bercampur desahan tak bisa ia tahan. Bahkan bola matanya bergulir ke atas, dirinya seakan ingin meledak.

Singto hanya tersenyum miring, menikmati wajah frustasi Krist. Lalu mencium bibir cepat, masih dengan tangan yang aktif bergerak cepat. Desahan Krist tertahan oleh ciuman itu, dia sudah tak tahan lagi. "Cumhhhh, Phihhh. Ahhh cummhh.."

"Keluaah, sayang," perintah Singto masih dengan mengerjai lubang Krist. Seperti tersihir, Krist menuruti perintah kekasihnya itu. Cairannya bahkan sampai mengotori dada dan wajahnya sendiri, sekujur tubuhnya bergetar hebat. Nafasnya putus-putus. Singto mengeluarkan jarinya dengan cepat, menikmati pemandangan di depannya. Lihatlah betapa sexynya kekasih di depannya ini.

"Kau tidak boleh tidur, sayang. Giliranku belum," goda Singto sambil menjilat kecil nipple pink milik Krist.

"Eungh..." Krist kembali melenguh. Tubuhnya tersentak karena Singto dengan jahilnya malah menghisap kuat puting kemerahan miliknya.

Dengan cepat Singto mengubah posisinya menjadi telentang. "Manjakan dia, sayang." Krist yang memahami maksud Singto pun bangkit dan memposisikan wajahnya di depan penis Singto. Melupakan rasa kebas di pinggul dan lubangnya.

"Sialan, baru beberapa hari aku tak melihatnya kenapa seperti semakin besar," batin gila Krist.

Krist kemudian mulai menggenggam batang berurat yang serasa tak cukup di tangannya itu. Tanpa ragu, ia memasukkannya pada mulut mungilnya.

Massage (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang