10⁰ + 5 + 10

2.4K 242 10
                                    

Di sinilah Jeno sekarang, Seoul Heaven Columbarium. Tepat di depan kotak abu milik sang nenek. Jeno masih terdiam. Setia memandangi foto sang nenek yang memeluknya erat, di sampingnya tampak Mark dan Taeyong yang memeluk neneknya dengan erat. Kala itu Jeno masih berusia dua tahun. Jeno tersadar, masa kecilnya ia habisnya bermain sepuasnya dengan kedua kakak sepupunya. Tapi kini, semenjak memutuskan jalan hidupnya sendiri yaitu menikahi Choi Jisu, hubungannya dengan Mark maupun Taeyong tampak merenggang. Entahlah Jeno bahkan juga tidak tahu kenapa keduanya tampak menjauhi Jeno. Selama ini, Jeno banyak berbagi cerita dengan Mark. Kakak sepupunya itu benar-benar mengambil peran seperti kakak kandungnya sendiri tapi kini Mark menjelma menjadi orang yang sulit untuk disentuhnya.

Jeno memang tidak pernah bercerita perihal perempuan kepada Mark. Mungkin saja Mark sedikit terkejut ketika Jeno memutuskan menikahi Choi Jisu dan meninggalkan Haechan. Setidaknya begitu yang Jeno pikirkan. Tapi lebih daripada itu, diamnya Mark juga karena Jaemin. Setiap kali Jaemin melepon Haechan, mereka berdua selalu membicarakan tentang calon bayi. Antusiasme Haechan menceritakan si kecil juga turut Mark rasakan. Ia terkadang bergabung dengan sang istri ketika menelepon Haechan. Berkali-kali Mark bertanya, bagaimana kabar adik sepupunya dan Haechan selalu mengatakan bahwa Jeno baik, Jeno selalu merawatnya, Jeno menyayangi buah cinta mereka. Keputusan Jeno membuat Mark sedikit kecewa apalagi dia menikah tak jauh dari waktu ia memutuskan untuk meninggalkan Haechan.

"Bagaimana dengan Haechan, ia pasti lebih terluka..Ia baru saja kehilangan bayinya, lalu kini Jeno juga meninggalkannya. Harusnya Jeno menemani Haechan, Mark.." Kata-kata Jaemin yang tidak pernah tersampaikan pada Jeno. Di sinilah Mark paham, betapa brengseknya sang adik sepupu. Dan Mark benci pria brengsek. Harusnya Jeno sudah bisa menebak semua itu. Tapi kala itu mungkin cinta buta pada Choi Jisu benar-benar mengambil alih segalanya. Membuat Jeno tidak bisa berpikir dengan baik.

"Pagi, Nek..Jeno datang." Kembali pada Jeno yang masih betah di depan kotak abu neneknya. Beginilah cara Jeno menceritakan tiap keluh kesah hidupnya.

"Nenek mungkin sudah tahu, Jeno bertemu Haechan Nek..dan juga Nono.." Jeno mendongak berusaha menghalau air matanya yang akan jatuh.

"Aku menyuruhnya menggugurkan kandungan, tapi ia memilih bertahan. Ia membesarkan putraku dengan sangat baik, Nek...Jeno harus apa Nek.."

"Nono, dia benar-benar mirip denganku Nek..dia putraku, aku ingin memeluknya Nek..Aku ingin mengatakan padanya bahwa Ayahnya masih hidup..Tapi aku tidak pantas untuk semua itu Nek..Aku terlalu takut untuk mengatakannya Nek.." Jeno tidak lagi bisa menahan air matanya.

"Nenek benar..Jeno tidak akan bahagia bersama Jisu..."

~~~

"Oh Jen, kupikir kau belum kembali dari Gwangju ?" Hyunjin menepuk bahu Jeno.

"Aku pulang kemarin." Jawab Jeno.

"Loh, lalu kenapa Jisu bertanya pada Chanhee jika kau sudah pulang dari kemarin."

Jeno baru ingat ia memang sama sekali belum menghubungi istrinya. Pesan Jisu juga tak satupun ia balas. Kemarin malam Jeno langsung menuju apartemen pribadinya. Ia memang tidak berniat pulang ke rumah.

"Kalian bertengkar ?" Tanya Hyunjin lagi. Namun Jeno tidak berniat menjawab. Dan Hyunjin menyimpulkan diamnya Jeno adalah jawaban 'Ya' baginya.

"Apa masalah anak lagi ?" Lagi Jeno diam tidak berniat menanggapi pertanyaan Hyunjin. "Sabar ya Jen. Jika saja dulu Haechan tidak membunuh anak kalian, kau pasti sudah menjadi seorang ayah." Jeno menoleh terkejut akan pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Hyunjin.

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang