Karena tidak ada respons sedikit pun dari Adnan, Fadhilah segera membawa Adnan keluar dari masjid, menuju rumah. Ia tampak khawatir dengan kondisi Adnan saat ini.Sesampai di rumah, Fadhilah segera membaringkan tubuh Adnan di ranjang.
"Abi, Adnan kenapa?" tanya Hasna.
"Adnan pingsan di masjid, Nak. Abi juga nggak tahu kenapa. Kamu hubungi dokter puskesmas, ya?" pinta Fadhilah. Hasna segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Adnan saat ini.
Setelah diperiksa oleh dokter, mereka kembali masuk ke dalam kamar Adnan. Mereka menatap Adnan.
"Kasihan dia, Bi. Pasti dia lagi berusaha ingat sesuatu," ujar Hasna.
"Iya, Na. Semoga aja Adnan bisa ingat lagi masa lalunya. Kasihan dia kalau begini terus. Oh, ya, Abi mau cerita. Adnan ini cepat sekali belajar dan menghafal. Dia juga punya suara yang merdu saat melantunkan surah."
"Iyakah?"
"Iya, Nak. Abi kagum banget sama dia. Walau dia baru kenal sama kita, dia nurutin semua apa yang kita ucapkan. Semoga ke depannya dia bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi."
"Aamiin, Bi."
Satu jam kemudian, Adnan mulai membuka kedua matanya perlahan, lalu menatap sekitar. Di sana ada Hasna dan Fadhilah yang menunggunya sadar.
"Kenapa aku di sini?" tanya Adnan sembari memegangi kepalanya karena kepalanya masih sakit.
"Kamu tadi pingsan di masjid, Nan," jawab Fadhilah.
"Oh, ya. Tadi teringat sesuatu, tiba-tiba malah pusing," jawab Adnan.
"Kamu jangan maksain diri buat ingat-ingat dulu. Pelan-pelan aja, Nan. Pasti suatu saat kamu bisa ingat masa lalumu lagi, kok. Allah pasti bakal bantu kamu," tutur Hasna.
"Makasih, Bi udah bawa Adnan ke sini. Maafin Adnan jadi ngerepotin. Adnan terus aja ngerepotin Abi, Hasna, juga umi."
Fadhilah mengusap rambut Adnan dengan lembut. "Nggak apa-apa, Nak. Abi udah anggap kamu seperti anak Abi sendiri, kok. Kamu jangan merasa sungkan sama kami. Kami sekarang keluarga kamu. Kamu jangan maksain dulu. Em, besok mau ikut Abi, temani Abi isi kajian?"
Adnan mengerutkan keningnya. "Kajian?"
"Iya, pengajian. Nanti kamu bisa ikut dengerin Abi ceramah. Mau nggak?" tawar Fadhilah.
Adnan mengangguk. "Mau, Bi. Adnan mau banyak belajar dari Abi."
"Ya udah, aku mau siapin makan malam buat Adnan, Bi. Abi juga makan malam. Kalian harus makan, dari tadi kalian belum makan malam."
"Ya udah, Abi mau ke ruang makan."
Hasna mengambilkan makanan untuk Adnan, air putih, juga obat miliknya. Hasna pergi mengantarkan makanan untuk Adnan. Makanan malam hari ini adalah nasi putih dengan sayur sop ayam dengan lauknya ikan gurame asam manis. "Nan, makan dulu. Kamu bisa makan sendiri?" tanya Hasna.
"Kepalaku masih pusing. Aku agak susah bangun. Kamu bisa suapin aku?" pinta Adnan.
Hasna menuang semua makanan ke dalam nasi, lalu mulai menyuapi Adnan makan. Adnan begitu menikmati makanan itu.
"Enak."
"Ini aku yang masak tadi sore. Umi ada acara, jadi aku semua yang masak," sahut Hasna.
"Aku suka makanannya. Makasih, ya."
"Iya, sama-sama. Habisin kalau suka." Hasna kembali melanjutkan menyuapi Adnan makan.
Usai makan, Hasna membantu Adnan minum air dan obatnya. Adnan merasa tubuhnya sekarang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Hati Untuk Adnan (SELESAI)
Espiritual[Romance - Islami] Kehilangan orang tua, membuat Adnan Faturrahman kehilangan arah. Kepribadiannya berubah menjadi sosok yang salah jalan. Namun, takdir mempertemukannya dengan sosok gadis muslimah bernama Hasna Fadhillah dalam kondisinya yang amnes...