Reynand Putra Elgino seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun yang harus hidup dengan keras nya dunia karena keluarga nya sendiri.
Pukulan, cacian, makian, dan hinaan merupakan makanan sehari-hari baginya, dimana ia dituntut keras harus menjadi kuat dan sempurna.
Sekolah, belajar, dan bekerja merupakan hal wajib tanpa ada negosiasi kegiatan tersebut adalah hal mutlak yang harus ia jalankan.
Seperti saat ini ia baru saja pulang dari sekolahnya, harus dihadapkan dengan musibah yang sering terjadi seperti hari-hari biasanya.
Srakkk.
"BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN SELAMA SEKOLAH HAH?!"
"AKU MENYEKOLAHKAN MU AGAR KAU MENJADI PINTAR DAN BERGUNA!"
"JIKA TAU BEGINI AKU MENYESAL MEMILIKI ANAK TAK BERGUNA SEPERTI MU BAJINGAN!"
"TIDAK BISAKAH KAU MENJADI SEMPURNA SEPERTI ADIKMU?! LIHAT! KAU LIHAT ADIKMU, DIA PINTAR DAN BERPRESTASI, DIA MENGERTI BAGAIMANA CARANYA MEMBANGGAKAN ORANG TUA NYA! LALU KAU APA? SAMPAH!"
Kertas ulang dengan nilai 96 diatasnya berhamburan dilantai setelah disobek oleh sang ayah, Rey pemuda tersebut hanya tertunduk diam, ia sudah biasa dengan makian dari orang tuanya.
"Ikut aku!" Tanpa belas kasihan Damian sang ayah menyeret Rey anaknya sendiri bagaikan seekor hewan yang menjijikkan.
Rey yang tak mampu mengimbangi langkah ayah nya pun berjalan dengan terseok-seok, tak jarang wajahnya menghantam dinginnya lantai mansion tersebut.
Setelah sampai di tempat yg Damian tuju ia segera melempar tubuh ringkih milik Rey hingga menabrak dinding di ruangan itu dengan kuat.
Rey meringis merasakan perih saat punggung nya yg tengah terluka setelah dicambuk oleh Damian kemarin harus berciuman dengan tembok yang keras hari ini.
Bugh!
"Uhuk," Rey terbatuk darah setelah Damian menendang tubuhnya tepat di bagian perut, tak sampai di situ Damian kembali membenturkan kepalanya pada lemari yang berada diruangan tersebut hingga beberapa kali.
"S-sakit ayah," lirih Rey lemas, darah merembes keluar dari pelipisnya menodai wajah pucat pasti itu.
"Sakit hm? INI HUKUMANMU KARENA KAU TELAH MENJADI ANAK YANG BODOH! KAU TAHU BUKAN JIKA AKU TAK MENYUKAI ANAK BODOH SEPERTI MU!"
PRANG!!
Dengan emosi yang menggebu Damian melempar kan vas bunga kaca yang terdapat disudut ruangan tersebut ke kepala Rey putranya sendiri.
"Arghhh!!" Rey menjerit kesakitan kala pening di campur dengan suara denging menghantam kepala dan telinganya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!Pukulan bertubi-tubi Damian layangkan pada tubuh Rey yang sudah tak berdaya, lebam serta darah memenuhi tubuh putranya sendiri, namun tak terselip sedikitpun rasa iba dalam hati nya.
BRUGHH!!
Dengan penuh emosi Damian mengangkat tubuh Rey, lalu dengan entengnya ia melempar tubuh yang sudah tak berdaya itu ke lantai.
Sakit, Rey merasa bahwa diri nya akan mati, ditambah seperti nya sang ayah belum puas, Damian kembali menyiksa dirinya dengan menyayat lengan serta kakinya menggunakan cutter.
Mengingat semua kekerasan yang telah ayahnya lakukan dimasa lalu hingga sekarang membuat Rey meneteskan air matanya, ia menangis tanpa suara.
Setidak pantas kah itu dirinya untuk dapat menikmati bagaimana kasih sayang orang tua untuknya? Seburuk itu kah dirinya hingga dengan mudahnya orang yang seharusnya menjadi obat malah berbalik menjadi luka pertama baginya?
Rey iri, ia iri dengan anak di luaran sana yang dapat hidup dengan kasih sayang orang tua yang melimpah, dimana anak-anak lain yang seumuran dengannya bisa menghabiskan waktu mereka dengan bermain dan bercanda bersama teman serta keluarga mereka.
Rey selalu berangan-angan bisa mendapatkan hal yang sama seperti mereka, namun kapan? Kapan ia akan mendapatkan keadilan tersebut dalam hidupnya?
"A-ayah..." sesak dadanya sesak, Damian yang sedari tadi tanpa henti terus melanjutkan aksi memukul nya pada Rey hingga sekujur tubuhnya tak dapat lagi merasakan sakit, hanya sesak yg tertinggal sekarang.
Damian menghentikan tindakan memukul nya setelah mendengar panggilan lirih dari anak sulungnya, ia menatap kearah Rey yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan sayu itu.
"M-maafin Rey, maafin Rey karena ga bisa jadi seperti yang ayah mau, Rey boleh minta peluk ga sama ayah buat yang pertama dan terakhir kalinya aja Rey mohon..." Dengan nafas tersengal-sengal Rey berusaha mempertahankan kesadaran nya, ia berucap lirih berharap Damian mengabulkan keinginan sekali ini saja.
Bruk
Dengan terkejut Rey membalas pelukan ayahnya yang kini ternyata mengabulkan permintaan nya, Rey tersenyum kecil, yah itu senyuman bahagia walau air matanya terus mengalir perlahan tapi pasti Rey menutup matanya karena sudah tak sanggup menahan sakit di seluruh tubuhnya.
Yah, Rey tidur untuk selamanya didalam hangatnya pelukan Damian sang ayah yang ia rasakan untuk pertama dan terakhir kali dalam hidupnya.
TBC
janlup
Votment and follow
Kalau kalian suka cerita iniBantu tandai typo
KAMU SEDANG MEMBACA
what about me? (transmigrasi)
RandomBoleh kah ia berharap kali ini? Akankah angan angan nya selama ini akan terwujud? Menceritakan tentang seorang pemuda berusia 17 tahun yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki dengan usia 15 tahun yang tidak di pedulikan karena sifatn...