Morning Talk

3.1K 71 3
                                    

Hai, aku bawa cerita nih. Ini cerita buat kuis dari kak @ismomos Fanfictionnya Arjuna sama Maharani. Vote commentnya ya :)

Maharani menggendong seorang anak kecil yang belum lama dia adopsi dari seorang ibu sebatang kara yang meninggal. Tangannya yang tidak menopang tubuh mungil itu, mengaduk sup jagung untuk sarapan. Dia merasakan ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnnya. Dia menolehkan wajahnya dan tatapannya jatuh pada seorang pria yang sudah lama menjadi pendamping hidupnya.

"Anggun kamu ajak masak? Kamu kan bisa minta tolong aku buat memasak sarapan."

"Aku enggak tega buat bangunin kamu. Kamu terlalu nyenyak tidur. Kamu kan pasti capek kerja cari uang. Walaupun aku juga kerja, pasti kamu tetap lebih capek." Arjuna mengecup kening Maharani.

"Iya sayang."

"Udah sana mandi. Air sama bajunya udah aku siapin." Arjuna mengangguk dan mengecup kening Maharani dan Arjuna sebelum dia meninggalkan mereka.

Maharani bahagia dengan kehidupan barunya saat ini. Meskipun buah hati itu bukan berasal dari rahimnya sendiri. Dia membawa semangkup sup itu ke meja makan. Maharani memberikan susu formula untuk Anggun. Seketika itu, Arjuna mengecup kening Anggun.

"Papa, sayang sama Anggun." Anak kecil itu hanya tersenyum dan tangan mungilnya hanya meraih muka tegas Arjuna.

"Jun, kamu sarapan aja dulu, aku mau ambil tas sama perlengkapannya Anggun di atas." Arjuna hanya mengangguk dan mengambil sarapannya.

Beberapa menit kemudian, Maharani sudah kembali dengan tas gendong ditangannya. Arjuna pun sudah selesai dengan sarapannya. Mereka berdua berjalan keluar dan Arjuna membukakan pintu mobil untuk Maharani.

Mobil itu melaju melewati jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan yang berlalu lalang. Berdesakan mengejar waktu yang memberikannya uang. Manusia di dunia memang terlalu banyak yang memikirkan tentang harta. Namun, tak salah juga kalau mereka memikirkan itu. Itu wajar karena hidup di dunia juga butuh uang. Karena itu, banyak sekali yang meninggalkan dunia baru setelah dunia yang akan berjalan lebih kekal.

"Sayang, aku sama kamu kan kerja. Aku juga enggak bisa maksa kamu buat berhenti kerja. Kenapa kita enggak nyewa babysitter buat ngurus Anggun?"

"Bukannya aku enggak mau, tapi aku masih mampu untuk mengurusnya sendiri, Jun. Lagipula rumah sakit tempat aku bekerja enggak ngelarang buat para dokternya membawa Anak. Kecuali kalau aku hamil." Raut wajahnya seketika itu berubah. Mungkin obrolan pagi ini menjadi obrolan yang tidak menyenangkan. Arjuna salah mengambil topik perbincangan pagi ini. Arjuna menggenggam telapak tangan Maharani sembari mengelusnya lembut.

"Maaf ini semua karenaku," ucapnya dengan nada bersalah. Maharani menatapnya sendu.

"Bukan salahmu sepenuhnya. Itu cobaan dari Tuhan. Karena adanya cobaan itu, kita berarti lebih disayang olehnya. Bukannya kita juga sedang menyembuhkanmu? Yang perlu kita lakukan sekarang adalah terus berusaha dan berdoa."

Memang kalau Maharani telah mengungkit tentang satu kata yaitu "hamil" pasti Arjuna menjadi lebih sensitive dan langsung menyalahkan dirinya sendiri. Namun, Maharani juga masih memiliki ambisi untuk segera hamil anaknya sendiri.

"Tapi kenyataannya, spermaku lemah. Kamu boleh meninggalkanku kalau kamu memang menginginkan anak dari rahimu sendiri. Kamu layak untuk bahagia." Sekarang giliran Maharani yang menggenggam tangan Arjuna erat.

"Can you shut up, please?" tanyanya sembari menaruh jari telunjuknya dibibirnya. "Enggak ada yang enggak mungkin di dunia ini, Jun selama kita masih berusaha. Aku enggak bakalan meninggalkanmu. Aku sangat mencintaimu. Kamu itu bagaikan oksigen yang aku hirup setiap detik. Jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi. Aku enggak suka. Kamu tetap satu-satunya imamku dunia akhirat, Jun," yakinnya sembari mengecup bibir Arjuna sekilas. Tanpa Maharani sadari, air matannya sudah lolos dari pelupuk matanya. Arjuna menghapus sisa air mata itu menggunakan jemarinya.

Lasing Heart [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang