Note Book 2 (NorthNight)

300 24 4
                                    

3 bulan kemudian...

Serangkaian ujian akhir telah selesai di laksanakan, Night juga sudah diterima di tingkat pendidikan lanjutan sehingga remaja itu sudah santai tidak seperti teman-temannya.

Hari ini paman Wen, pamannya Night mengajak keponakannya itu pergi menginap di luar kota mengikuti acara kantor paman Wen. Night menggantikan paman Jim suami paman Wen yang masih memiliki pekerjaan sendiri.

"Jaketnya udah?"

"Udah, nih di pake!"

"Kaos kaki? Bekel? Duit cash receh? Sen..."

"Bundaa... udah mau telat, kita jalan dulu, ya!"

Night buru-buru memakai sepatunya dan tas punggungnya yang telah disiapkan sang bunda malam kemarin. Perjalanan ke puncak gunung yang memiliki udara dingin itu membuat bunda Night begitu cerewet mengenai bawaan putranya.

Pamannya juga di minta menunggu di luar gerbang agar bunda Night tidak mengoceh lebih banyak lagi sehingga bisa menghambat waktu.

Wen bekerja di perusahaan barang elektronik ternama yang setiap tahunnya mengadakan tur sebagai peringatan ulang tahun perusahaan. Tahun ini, Wen mengajak Night keponakannya yang sedang jenuh berdiam diri di rumah.

Sekitar sepuluh armada bus pariwisata terpakir rapi di halaman depan perusahaan yang luas, sudah banyak orang yang tiba di sana.

"Wen!" Seruan seseorang mengalihkan perhatian Night. Dari arah jam delapan Night bisa melihat dua orang yang menghampirinya. Satu orang wanita berpakaian modis serta satu orang lelaki yang nampak lebih tua sedikit dari Night.

Wen tersenyum sumringah balas menyapa temannya, "Lin! Bawa adek, lo?" Tanyanya basa-basi.

Lin mengangguk, "North, babu gue," candanya.

"Night?"

Lelaki yang di rangkul Lin mengenali Night, tetapi Night tidak mengenali lelaki tersebut, "Er...maaf saya nggak inget masnya,"

"Waduh..." gumam Lin mengiba pada adiknya, wanita itu mengusap tengkuknya pelan. Suasana tiba-tiba menjadi canggung karena jawaban jujur dari Night, hingga akhirnya lelaki di rangkulan Lin memperkenalkan diri.

"North, yang waktu itu di kampus GMM,"

North? Yang ngeselin itu, ya? Mepet gue mulu waktu di kampus dia?

"Oh! Kak North! Aku inget!" Seru Night, "Maaf ya kak, gue gak inget lo,"

North mengangguk dan tersenyum tampan, sial! Jantung Night berantakan karena pesona lelaki berjaket denim tersebut. Ternyata pakaian kasual membuat North berkali-kali nampak lebih tampan ketimbang kemeja dan jas almamater uni.

Wen dan Lin tersenyum, "Night kamu duduk sama North di bis nanti gapapa, kan? Om sama tante Lin harus ngerjain sesuatu nanti di sana,"

Paman Wen sialan, belum reda rasa salah tingkah Night terhadap North, lalu sekarang ia harus bersama lelaki jangkung tersebut selama lima jam lamanya.

***

Kursi untuk dua orang ternyata cukup sempit untuk dua orang ukuran dewasa yang baru berkenalan duduk berhimpitan. Apalagi Night duduk dekat jendela, tubuhnya terhimpit North yang sedikit lebih besar darinya. Ngomong-ngomong, Night bisa merasakan bisep lelaki itu lumayan kencang karena lengan yang berhimpitan.

Bus sudah jalan beberapa saat memasuki kawasan bebas hambatan, Night lebih memilih menyumpal kedua telinganya dengan iringan piano yang menenangkan dan membuatnya terlelap, harusnya.

"Dengerin apa, Night?"

Ingin sekali Night memukul kepala lelaki di sebelahnya ini karena mengacaukan acara tidurnya karena ia baru mau membuka pembicaraan setelah hampir dua jam saling diam.

Gado-gado (GeminiFourth Oneshoots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang