one

883 72 0
                                    


🌻🌻🌻

Sudah hampir malam namun keduanya masih asik dengan game di ponselnya. Rafa menghela nafas kasar, tangan nya dengan tega mematikan karakter game di ponselnya, dan memilih menyenderkan kepalanya pada bahu sang kakak.

Marka terkekeh pelan, dirinya tahu kalau sang adik tengah menahan kesal game yang dimainkan oleh rafa selalu berkahir mati, rafa memang sangat buruk bermain game, tapi jangan salah otaknya encer kalo soal uang.

Marka memilih mengakhiri acara bermain game nya, mengambil secangkir kopi yang sempat ia buat, lalu meminumnya.

"Abang" matanya mendongak menatap manik marka.

"Kenapa dek?" Sahutnya.

"Hehe kemaren adek gak sengaja nabrak pagar rumah" cengirnya. 

Marka menghela nafas,"tapi adek gapapa kan?" raut khawatir tercetak jelas di wajahnya, buru-buru ia membalikan tubuh rafa, mengecek bagian tubuh nya.

"Gapapa tapi spion nya copot."

Marka kembali menghela nafas "Syukur deh kalo adek gapapa, lain kali jangan ceroboh kamu buat abang khawatir." Nasihatnya, pasalnya rafa sudah sering berbuat ceroboh seperti ini.

"Hehe Maaf ya, afa nakal" rafa kembali menyenderkan kepalanya pada bahu marka.

Marka mengangguk, setelahnya mereka berdua memilih memasuki kamar nya masing-masing.

***

Pagi-pagi sekali marka sudah berada di sekolah, jabatan sebagai mantan ketua osis membuat marka sedikit sibuk, ia harus menyiapkan beberapa berkas untuk serah terima jabatan. Pemilihan osis baru sudah dilakukan sejak satu bulan yang lalu. Meskipun marka baru menginjak kelas 12 dirinya harus benar-benar menyiapkan semua nya dari awal.

"Bang markaa~" panggil seseorang, membuat marka yang baru saja keluar dari ruang osis langsung menghentikan langkahnya.

Dengan napas yang memburu rafa berhasil menemui marka, "Ck! Kenapa harus lari sih?" dengan gemas tangan nya mengacak rambut rafa.

"Ish jadi berantakan~" kesalnya, sambil merapihkan kembali rambutnya. "Nih rafa bawain bekel, tadi pagi abang ga sempet sarapan."
rafa menyodorkan kotak bekal bergambar spiderman.

Marka menerimanya dengan senang hati, "aigoo makasih ya bayi nya abang." marka tersenyum lebar.

"Sama-sama bang marka jelek, jangan lupa dimakan ya, kalo ga dimakan rafa ngambek." Ancamnya.

"Iya iya, udah sana ke kelas abang duluan ya bayii" ucapnya langsung pergi ke kelasnya.

"Kambing! Gue cariin ternyata disini," hidan dengan sengaja menepuk pundak rafa keras, yang membuat rafa terkejut stengah mampus.

"Mati aja lo malika!" geramnya, sambil mengelus dada.

"Ogah gue belum nikah," sahutnya, "lagian lo ngapain di depan ruang osis etdah bukannya ke kelas malah nongkrong di sini, mau daftar osis lo?"

"Ga," rafa menggeleng, "gue abis nganterin bekel nya abang" keduanya berjalan menuju kelasnya.

"Elahh bucin amat lo jadi adek, sampe bekel segala harus dianterin"

"Ck itu namanya perhatian! bukan bucin," sewotnya.

"Iya iya dah terserah lo, btw gue mau juga dong diperhatiin" ucapnya. Rafa mengehentikan langkahnya begitupun dengan hidan. Rafa menatap hidan dengan intens, hidan yang diperhatikan seperti itu mengerutkan kening nya.

"Ngapa lo liatin gue?" bingungnya,

"Katanya mau diperhatiin" jawabnya ketus.

"Yak! Maksud gue bukan kayak gitu rafa, di perhatiin tuh maksudnya dibawain bekel juga bukan ditatap kayak gini gue ngeri kambing!" hidan bergidik ngeri.

"Banyak mau lo malika!" ucapnya lalu pergi meninggalkan hidan.

Hidan tahu rafa emang se-perhatian itu, bukan hanya pada marka tapi juga pada dirinya dan teman-teman nya. Sikap rafa yang perhatian dan penyayang membuat hidan ingin selalu melindungi manusia mungil itu.

***

Marka memasuki kelas 12 mipa 1, ia menaruh tas nya, mendudukkan dirinya di kursi, 
lalu membuka bekalnya. Lapar juga ternyata.

Aroma masakan itu membuat marka ingin segera mencicipinya.

Ia mulai memakan bekal itu dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.

"Enak banget" ucapnya tak bohong.

Masakan rafa emang selalu pas di lidahnya.

"Oi markaa" teriak orang itu ia mendudukkan dirinya disebelah marka, matanya berbinar melihat bekal yang dimakan oleh marka, ia menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya dengan wajah sumringah. Marka sudah tidak heran dengan kelakuan sembrono sahabat karibnya ini. Memang sudah minim akhlak dari lahir.

"Ewnakk" ucapnya tak jelas. "Besok-besok suruh adek lo bawain bekal buat gue juga ya," santainya, mulutnya penuh dengan nasi goreng buatan rafa.

Marka mendengus, "enak aja lo pikir adek gue pembantu," sewotnya. Sedangkan sang oknum memutar bola matanya malas.



kemaren tuh mau up, tapi karena part 1 nya ke hapus jadi aku bikin ulang (;

tbc.

Clingy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang