Helaan napas berat keluar dari mulut Henry. Pemuda itu mengembuskan asap rokoknya dan kembali menarik napas.
Harusnya, tengah malam ini ia tidur, tetapi matanya tak bisa terlelap meskipun sudah dipaksa. Akhirnya, ia memutuskan untuk duduk di belakang kos dan merokok di sana, sendirian.
"Merokok dapat menyebabkan sakit jantung, kanker, juga kematian."
Suara yang familier di telinga Henry menginterupsi kegiatan merokok dan melamunnya. Cowok itu berbalik dan mendapati gadis yang selama ini ia dekati, berdiri di pintu belakang dengan segelas kopi di tangannya.
"Enggak ada yang nyuruh lo nasihatin gue soal ngerokok," cibir Henry. Dia mendengkus dan melanjutkan merokoknya, tanpa mempedulikan Kayla yang masih berdiri dengan gelas di tangannya.
Terdengar tawa penuh ejekan dari Kayla sebelum akhirnya Kayla ikut duduk di samping Henry. "Gue enggak nasihatin lo, ya. Gue cuma inget-inget peringatan di bungkus rokok, sih."
"Ngapain lo jam segini di sini?" tanya Henry.
"Loh, kan emang gue biasa begadang. Harusnya gue yang nanya kayak gitu ke lo," jawab Kayla enteng.
Henry mengangguk. Iya juga, sih.
"Mau?" tanya Henry sembari menyodorkan sebungkus rokok pada Kayla.
Gadis tersebut menggeleng dengan senyuman, tetapi tangannya tetap menerima rokok tersebut dari Henry.
Kayla tertawa pelan sambil mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya kemudian melirik Henry sekilas. "Kenapa kepikiran buat nawarin gue?"
"Soalnya pernah lihat lo sebat depan minimarket," jawab Henry lantas tertawa membuat Kayla ikut tertawa lagi.
"Manusia di bumi tuh aneh-aneh, ya." Henry menghela napas berat dan menatap Kayla yang tengah menyalakan rokoknya. "Duh, anjing, lo gemes banget. Gue boleh makan lo sekarang nggak, sih?"
Kayla sempat terkejut pada awalnya, tetapi langsung menetralkan air wajahnya. "Obrolan jam 2 pagi itu emang ngawur. Bentar lagi makin ngawur kalau gue terus-terusan duduk di sini sama lo." Gadis itu mengeluarkan asap rokoknya dan menatap Henry.
"Siapa yang ngajarin lo?" tanya Henry tiba-tiba, tak mengindahkan celotehan Kayla.
Kayla mengernyit lantas bertanya. "Ngajarin apaan?"
"Kopi hitam sama rokok." Henry melirik pada kopi hitam milik Kayla yang belum tersentuh sama sekali.
"Bapak," jawab Kayla. "bapak tuh maniak banget sama kopi hitam juga rokok. Rokok sih enggak, cuma kopi hitam tuh ... beuh ...," sambung Kayla. Dia menggantungkan kalimatnya sebentar lantas menggaruk tengkuk.
"Sehari tanpa kopi hitam itu hampa banget. Makanya anaknya juga ngikut. Ya, orang udah dibiasain minum kopi dari kecil." Kayla tertawa ringan dan menatap Henry yang juga mengembuskan asap rokoknya.
"Anyway ...." Henry menekan rokoknya pada sisi bangku dan membuang puntung rokok tersebut. "Maaf buat tadi. Harusnya gue enggak marah sama lo."
"Hm, maafin enggak, ya?" Kayla mengetuk-ngetuk jarinya pada dagu, berlagak berpikir.
Henry menyeringai, menyadari bahwa sekarang Kayla mencoba mempermainkannya. Pemuda itu menggeleng. Oh, tentu dia tidak akan terpedaya sehingga akan memohon-mohon supaya Kayla memaafkannya. Tidak.
"Kalau lo enggak maafin gue, gue makan lo sekarang, beneran." Henry tersenyum meremehkan.
"Dih, kanibal ya lo, Hen. Dari tadi pengen makan gue mulu. Enggak nyangka gue temenan sama kanibal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Huru-hara Satu Atap
Ficção AdolescenteDapat teman kos kayak keluarga sendiri? Well, mereka lebih dari teman kos. Mari berkenalan dengan Henry si paling jahil, Kayla yang tak suka basa-basi dan introvet tingkat dewa, Aruni si polos dan anak mami, Farhan pekerja keras yang sayang adik, d...