2.

315 27 2
                                    

Hokuto merasa wajahnya panas, dan dia yakin wajahnya pasti sudah merah sekarang, meskipun tidak ada cermin yang bisa dilihatnya saat ini.

Kamar ini sangat dingin, agaknya suhu AC terlalu rendah, tetapi tubuh Kazuma yang bersentuhan dengannya membuatnya tetap hangat. Posisi sahabatnya itu berada di atasnya, sehingga dia merasa hangat di dada dan perutnya, tapi pinggang dan bagian sampingnya yang terbuka masih terasa dingin.

Dia setengah berharap sahabatnya memeluknya, lalu dia merasa bodoh sendiri.

Dan tiba-tiba dirasakannya bibir Kazuma menjauh. Dada Kazuma menjauh dari dadanya.

"Hoku-chan? Kau tak apa-apa?" Suara sahabatnya itu berbisik padanya.

"Huh?" Hokuto membuka matanya. Rupanya sejak tadi dalam kondisi bibir mereka melekat, dia sudah memejamkan matanya tanpa disadarinya.

"Kau agak gemetar." Bisik Kazuma pula.

Sebelum Hokuto menjawab, fotografer sudah bertanya, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa." Jawab Hokuto segera, "Aku hanya.. agak kedinginan. Bisakah kita melakukan ini lebih cepat?"

Mendengar ucapannya, penata rias segera maju lagi untuk menyentuh keningnya, menguatirkan kesehatannya. Syukurlah rupanya suhu badannya tidak panas, maka si penata rias menghela nafas lega dan mundur lagi.

Manajer fotografi mereka, yang sedari tadi duduk mengawasi, berkata, "Sebenarnya ini adalah percobaan shoot untuk promosi film baru kalian. Script-nya masih belum bisa diberikan karena aku sebenarnya belum menyetujui kontraknya."

"Oh? Film apa?" Tanya Kazuma dengan tertarik, "Seharusnya kau juga berikan script-nya padaku, karena kontraknya bukan hanya sepihak darimu."

"Aku tahu, Kazuma-kun." Jawab sang manajer, "Hanya saja aku tak yakin kalian akan menerimanya, jadi kupikir aku akan mempertimbangkan dulu. Dan takutnya kurang bagus untuk masa depan The Rampa--"

Riku memutus, "Boleh kulihat script-nya? Sudah dikirim ke email-mu atau bagaimana? Coba kirim ke aku dan Likiya, agar kami bisa memutuskan juga."

"Kirim ke aku juga!" Tambah Hokuto, "Dan ke Kazuma juga. Karena kami yang akan memainkannya, bukan?!"

"Oke, baiklah." Manajer itu terlihat enggan, tapi menyanggupi, "Setelah sesi foto ini, ya. Sekarang sebaiknya diteruskan sebelum kalian berdua masuk angin."

"Aku setuju." Sahut Kazuma, lalu kembali ke posisinya.

Perlu waktu sekitar hampir lima jam lebih untuk memuaskan fotografer mereka dan menghasilkan kira-kira dua ratus delapan puluh lima jepretan mentah yang belum dipilih ataupun di edit dengan beberapa kali pergantian lensa, tetapi si fotografer akhirnya tampak puas setelahnya. "Bagus sekali!" Serunya, mengamati monitor dan menekan tombol playback.

Tidak usah dikatakan lagi, baik Kazuma maupun Hokuto sudah beberapa kali ke toilet selama itu, dan meskipun awalnya jantung mereka berdebar, mereka mulai capek dan bosan setelah tiga jam, bahkan Kazuma sempat mengatakan dia merasa kram karena harus diam dalam posisinya tanpa bergerak. Tetapi keduanya sudah profesional dalam hal ini, dan bagaimana pun juga hasilnya memuaskan.

"Bagus!" Si manajer bangun, berseru puas, "Kami akan mengirim file ini ke bagian edit. Kalian akan mendapatkan file mentahnya di G-drive kalian dan editannya sebelum tengah malam."

Para kru mulai merapikan barang dan bersiap untuk bubar.

"Bagaimana dengan makan malam?" Tanya asisten manajer pada kedua bintang mereka yang sedang bernafas lega di tempat tidur. "Mau kemana? Atau mau diantarkan ke ruangan kalian? Dan ngomong-ngomong kalian mendapatkan sebotol anggur mewah dari fanclub resmi kalian. Akan kukirimkan ke kamar ini sebelum jam tujuh malam."

Kazuma dan Hokuto saling pandang.

"Aku sih tak sanggup keluar lagi." Ucap Hokuto, "Aku ingin segera mandi, membersihkan semua riasan ini, dan tidur."

"Oke." Si asisten manajer mengangguk, "Apa yang harus kupesankan untuk kalian?"

"Akan kami kabari nanti." Kazuma yang menjawab, "Saat ini belum terpikir apa pun. Rasanya aku hanya ingin berendam di air hangat."

Sebaliknya dengan mereka, Riku bangun sambil fokus pada hapenya di tangannya. "Kurasa aku akan makan di luar bersama Mako-chan dan Itsuki-kun. Aku akan kembali sebelum tengah malam." Dia lalu menengok pada Kazuma dan Hokuto sambil menambahkan sebelum berjalan keluar, "Kalau kalian mau tidur, usahakan hape tetap menyala, kalau-kalau aku perlu menelepon kalian."

"Oke." Jawab Kazuma.

Dan semua kru keluar bersama Riku, meninggalkan Kazuma dan Hokuto berdua saja di kamar itu.

***






































.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Komen gak penting dari author (silakan di skip):

Hai, gaes, pernah ga di antara kalian disini yang pernah ada photoshoot? Photoshoot apa aja gitu... Nah aku kebetulan pernah ngalamin. Saat show tari, lampu sorot panggung sebenarnya membuat kita engga bisa melihat ke penonton, dan sangat silau. Lalu suatu ketika dalam photoshoot, lampu sorot dan asap di belakang itu sebenarnya panasnya bukan main. Waktu itu utk bikin video kalau gak salah aku dan tmnku sampe 3.5 jam atau 4 jam, dan utk foto satu rol kamera bisa dapet sekitar 100-an foto, loh. Tp semuanya file mentah yg blm di edit, sehingga akhirnya yg bisa dimasukkin  ke sosmed atau yg menurut kita layak utk di posting biasanya enggak akan sampe 100.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang