19. Musibah

1K 81 22
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Lagi baik, makanya update cepet hohoho

Bantu koreksi jika ada typo ataupun kesalahan tanda baca

Jangan lupa

Bismillahirrahmanirrahim

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Suara derap langkah terdengar melambat sebelum berhenti ditempat, kedua insan yang sudah terikat halal itu memandang rumah besar dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derap langkah terdengar melambat sebelum berhenti ditempat, kedua insan yang sudah terikat halal itu memandang rumah besar dihadapannya. Rumah dengan warna cat putih yang menampilkan kesan elegan, dengan halaman yang luas serta menghijau menyejukkan mata.

Tak lama, Zeidan langsung merogoh kunci cadangan yang tadi ia dapat dari ayahnya untuk membuka pintu.

Saat pertama kali masuk, mereka disambut dengan pemandangan perabotan rumah yang berwarna cokelat dan dinding berwarna putih gading. Indah sekali.

Mata Zeidan memanas melihat ruang tamu ini, sakit sekali rasanya memandang setiap inci dan sudut rumah ini. Banyak hal indah yang terlewati dirumah ini, namun Zeidan tidak akan pernah menghapusnya hingga ia mati.

Sahara yang tetap ada dibelakang punggung suaminya itu bingung sambil menatap Zeidan yang tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Ada apa sebenarnya?, rumah siapa ini?, mengapa kunci rumah ini ada pada Zeidan?.

Serta pikiran-pikiran buruk lainnya juga memasuki otak gadis itu.

"Ra," panggil Zeidan lembut, ia segera berbalik menatap hangat pada Sahara.

Sahara terkejut ketika mata Zeidan berkaca-kaca.
"Kenapa mas?" tanya gadis itu khawatir, ia segera meraih tangan Zeidan dan menggenggamnya erat.

Zeidan menggeleng pelan dan tersenyum tipis, ia menarik tangan Sahara lembut untuk menyusuri rumah ini.

Djavu, seakan masih terekam jelas suara bising dirinya dan sang ayah yang kerap kali berebut bunda, suara pekikan sang bunda ketika Zeidan dan ayahnya bermain hujan, setelah itu keduanya sakit, Azhira yang kewalahan mengurus dua bayi besarnyapun mengomel. Zeidan rindu masa-masa itu.

"Ini rumah ayah dan bunda, dari kecil sampai tamat SMA mas tinggal dirumah ini," Kata Zeidan memberi tahu.

Kemudian ia mengajak Sahara masuk kedalam sebuah kamar yang cukup besar. Zeidan menyuruh sang istri untuk duduk dikasur, sementara dirinya mencari sesuatu didalam lemari yang ada dikamar itu.

Sembari menunggu Zeidan, Sahara mengedarkan pandangannya kesegala arah, rumah ini terlihat bersih dan rapi walaupun tidak dihuni. Apa orang yang membersihkan tempat ini?

Tak lama Zeidan kembali dengan membawa album foto ditangannya. Ia duduk disebelah sang istri.

"Ini bunda, Ra." Zeidan tersenyum tipis sambil menunjuk foto seorang wanita cantik didalam album itu. Sahara terkagum melihat ibunda dari suaminya itu. Pertama kali ia melihat Azhira tanpa cadar, sangat cantik. Dulu Sahara pernah melihat bunda Zeidan waktu di sekolah, namun ia mengenakan cadar, karena hal itu juga Zeidan berkelahi dengan kakak kelasnya, akibat bundanya dihina teroris. Padahal cadar itu sunnah.

Al Zeidan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang