3.

255 23 2
                                    

Seluas dan semewah apa pun kamar ini, kamar mandinya tetap hanya satu.

Awalnya, setelah mereka puas berbaring sebentar, Kazuma dan Hokuto mulai bangun. Hokuto menghampiri meja untuk mengambil gelasnya dan minum sedangkan Kazuma duduk di sofa kamar sebentar sambil membaca sesuatu di hapenya. Tapi kemudian saat Kazuma melempar hapenya ke sofa, bangun, dan berjalan ke kamar mandi, tiba-tiba Hokuto meletakkan gelasnya di meja, tertawa, dan berlari mendahuluinya. Spontan sahabatnya mengejarnya dan mereka sempat saling mendorong di depan pintu kamar mandi sambil tertawa-tawa.

"Aku dulu!" Ucap Hokuto, "Aku sudah tak tahan ingin menghapus riasan ini, Kazu--"

"Terakhir kali kan kau dulu." Balas Kazuma sambil tertawa, "Kali ini aku dulu!"

Karena mereka saling mendorong, tanpa sengaja Kazuma mendorong Hokuto terlalu keras pada dadanya dan tubuh si pirang itu terjerembab ke belakang.

Namun, sebelum punggung Hokuto terbanting ke lantai yang keras, Kazuma bertindak cepat, mengulurkan lengannya ke bagian belakang pinggang sahabatnya itu.

"Maaf." Ucap Kazuma sambil membantu sahabatnya yang terkejut untuk berdiri tegak lagi, "Kau ini, keseimbanganmu perlu dilatih lagi."

Hokuto sudah kembali menguasai diri dan berdiri tegak, tapi dirasakannya Kazuma masih memeluk pinggangnya.

"Bagaimana dengan keseimbanganmu sendiri?" Balasnya setengah bercanda, lalu tiba-tiba dia menggunakan kakinya untuk menggaet pergelangan kaki Kazuma, menghancurkan keseimbangan sahabatnya itu. Spontan tubuh si pemuda berambut hitam menjadi oleng, dan dia berusaha menjaga keseimbangannya, tapi entah bagaimana lengannya yang melingkari pinggang Hokuto malah menarik tubuh Hokuto lebih dekat ke arahnya, sementara tubuhnya sendiri oleng dan merapat ke depan.

Sekarang posisi sepasang sahabat itu menempel, dengan lengan Kazuma di pinggang Hokuto, dan mereka berdua masih hanya mengenakan boxer.

Sepasang mata Hokuto bergerak menelusuri wajah sahabatnya yang tengah menatapnya juga. Sebenarnya, selama ini, bukan berarti mereka tak pernah berada di shower bersama. Padatnya jam kerja mereka membuat mereka seringkali harus sharing kamar mandi untuk mempersingkat waktu, dan personil yang lain di grup mereka tidak menganggap itu aneh.

Kecuali bahwa mereka diam-diam pernah berhubungan intim, yang tentu saja, tidak pernah diungkapkan kepada yang lainnya.

Sungguh sulit untuk mengelak keintiman tersebut, karena setiap saat selalu bersama, kedekatan yang bukan hanya dalam satu-dua adegan film saja, melainkan bahkan di dunia nyata, bahkan para fans mereka sudah tahu; dimana ada Hokuto pasti ada Kazuma juga, dan begitu pun sebaliknya. Dan bagi mereka yang hidup dalam dunia gemerlap, hubungan satu malam sudah umum dan normal terjadi, begitu pun dengan hubungan sejenis. Hanya saja, banyak yang memilih untuk tidak mengungkapkannya demi menjaga reputasi dan nama baik, atau karena takut diketahui pihak keluarga masing-masing.

Entah siapa yang memulai, tapi semuanya terjadi begitu saja; bibir mereka bertemu kembali. Tangan Kazuma yang satu masih melingkari pinggang Hokuto, dan satu lagi ke belakang kepala si pirang, sementara Hokuto memeluk sahabatnya itu. Tangan si pirang bermain di punggung sahabatnya.

Terbiasa dengan semua ini, bahkan bukan hanya karena sekedar nafsu, melainkan berbagi keintiman. Dan Hokuto tahu bahwa dirinya lebih merespon pada diri Kazuma karena keakraban mereka, di bandingkan jika dia sedang bercinta dengan seorang wanita.

Beberapa detik kemudian keduanya menjauhkan kepala mereka masing-masing. Tatapan mata Kazuma seakan bertanya apa yang ingin dia lakukan sekarang, apakah hendak meneruskan kemesraan ini atau mengakhirinya.

"Terserah padamu." Bisik Hokuto menjawabnya, meskipun sahabatnya tidak pernah menyuarakan pertanyaannya.

Maka, si pemuda yang berambut hitam lalu melepaskan pelukannya pada si pirang untuk berjalan menyalakan keran shower, kemudian menarik si pirang agar mendekat dan memeluknya lagi. Air shower membasahi mereka dengan kehangatan yang mengaliri kulit mereka, dari atas kepala merayap ke bawah. Kehangatan yang menenangkan, membasuh rasa letih mereka setelah sesi foto tadi, seakan melonggarkan otot mereka yang terasa kaku akibat harus bertahan dalam pose tanpa bergerak sedetik pun tadi....

***













AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang