39. Kolapse

9.2K 467 63
                                    

Malam kian larut, cahaya rembulan pun Redup saat awan mendung yang menguasi dengan rintik hujan yang tak kunjung berhenti, Kala membaringkan tubuh nya menghadap kearah jendela yang gordeng nya tak tertutup. Hingga air yang menerjang kaca jelas terlihat.

Aussie mempererat pelukan nya, memberikan Kala kehangatan saat dingin melanda.

"Kenapa belum tidur Senja?"

Gadis itu tau sang adik masih terjaga.

"Ada yang sakit?"

Kala tak lagi mengelak karna tubuh nya memang terasa di remukan, paru-paru nya sulit bernafas seolah ada sesuatu yang menghalangi jalan nya bernafas.

"Sera belum pulang?" Tanya nya pelan, membuat Aussie menggeleng kecil.

Usai meninggalkan studio lebih dulu, Sera memang tak kunjung kembali. Bahkan saat waktu sudah menunjukan Malam hari gadis itu tak juga ingin pulang.

"Gak perlu mikirin Sera, Senja. Dia ada di rumah Hani."

"Kenapa gak pulang? Apa karna ada aku di sini?"

Aussie mempererat pelukan nya. "Karna dia masih butuh waktu."

"Nanti juga pulang sendiri, Sera tau di mana rumah nya Nja."

Uhuk!

Kala terbatuk kecil, Hingga Aussie melepas pelukan nya. Gadis itu bangkit meraih segelas air putuh di atas nakas.

"Minum dulu."

Kala menggeleng seolah menolak, dadanya terasa sesak. Menegak air akan membuat nya susah bernafas.

"Senja minum dulu—"

Uhuk!

Uhuk!

Uwek!

Gadis itu memuntahkan sebuah darah keatas lantai, meremas dada nya yang terasa amat sakit.

Kala bahkan beberapa kali memukul Dada mya karna tak menemukan oksigen sama sekali.

Uhuk!

Aussie semakin panik, ia tak tau apa yang harus di lakukan selain membantu membersihkan darah kala di bibir nya yang memerah.

"Ja, tahan ya! Aku panggil Ayah!"

Tangan nya di tahan oleh Kala, Aussie seolah tak di perbolehkan untuk pergi.

"Nja, Aku bingung—"

"MAMAH! AYAH!" Aussie tak punya pilihan lain selain berteraik, tak perduli bila nanti satu rumah akan tau kondisi Kala.

Sahh

Kala terus meringis menahan sakit, gadis itu bahkan harus menggeliat di atas ranjang karna kesulitan bernafas.

"Sa-kit." Satu kata yang keluar dari bibir bergetar Kala membuat Aussie ingin menangis. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

"SIE KENAPA?" Tita datang dengan wajah yang begitu menunjukan khawatiran, dengan Yuri yang sudah membawa tabung oksigen seolah tau apa yang terjadi.

"Mba geser sedikit." Lelaki itu berujar, mulai membantu Kala memakaikan oksigen yang sebelum nya ia pelajari dengan dokter Lea.

"Mba, Tolong bilang Pak Supri siapin mobil!"

Aussie mengangguk sebelum beranjak pergi dari sana, setelah memberikan Kala selimut dari dalam Lemari. "Tolong selimutin Senja mah, dia kedinginan."

"Kal, denger Ayah?"

Kala mengerjap saat rasa kantuk mulai menyerang mata nya, menatap wajah Yuri dan Tita yang terlihat amat samar.

"Kal?"

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang