"Bagaimana dengan Script itu?" Sekali lagi Hokuto menanyai sahabatnya saat selesai makan.
Waktu sedang makan tadi dia sengaja bersabar tidak menanyainya dan mereka berdua hanya membicarakan hal lain.
"Entah, ya. Kita tidak tahu apakah manajer LDH akan menerima tawaran itu atau tidak." Jawab Kazuma, "Likiya juga belum mengabari kita apa pun. Ngomong-ngomong, kenapa kau sangat ingin menerima tawaran itu, sih?" Kali ini, ganti Kazuma yang penasaran dengan sikap sahabatnya.
Pertanyaan itu entah kenapa membuat Hokuto bingung. Sesaat dia tak bisa menjawabnya.
"Kau tidak berharap mau melakukan adegan sex di depan kamera dan di bawah tatapan mata semua kru, kan?" Kazuma menggodanya, "Atau jangan-jangan seperti itulah fantasi liar-mu--"
"Kau gila, ya?!" Bentak Hokuto memutusnya dengan wajah memerah, "Kurasa adegan itu pasti tidak sungguhan, ditutupi selimut atau bagaimana, jadi hanya kamuflase saja--"
Kazuma tertawa.
"Tidak lucu!" Hardik Hokuto.
Bel pintu memutus pertikaian kecil mereka. Hokuto bangun, membukanya, dan Riku masuk. Bau alkohol lantas memenuhi udara.
"Kau mabuk." Ucap Hokuto, menutup pintu di belakang Riku.
"Sedikit." Jawab yang ditanya sambil membanting dirinya ke sofa.
"Sepertinya tidak sedikit." Sahut Hokuto, menghampirinya, dan duduk di sebelahnya. Sementara Kazuma masih duduk di kursi di depan meja tempat mereka tadi makan.
Efek alkohol pada manusia selalu mengalahkan akal sehat manusia, menjadikan perbedaan antara perasaan dan pengendalian diri menjadi tipis.
Sebagai seorang bintang, hidup mereka sebenarnya sangat sepi. Setiap saat, dengan begitu banyaknya hal yang harus mereka lakukan, pertemuan kesana-sini, jadwal padat shooting dan show, mereka masing-masing harus mengorbankan hidup pribadi mereka sendiri.
Tidak memiliki kekasih atau pelepas rindu, Pikir Riku. Di luar keinginannya dia mengalungkan lengannya ke leher Hokuto lalu maju dan mencium bibir pemuda yang berusia di bawahnya itu.
Spontan Hokuto tersentak, begitu pula Kazuma.
"Hei!" Kazuma menegur.
Tetapi Riku sudah melepaskannya lagi.
"Kau mabuk!" Ucap Hokuto, tapi merasa wajahnya menjadi panas, maka dia segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri dan menutup pintu.
Sebagian dari dirinya sangat marah, merasa terhina, seakan dirinya hanya barang yang bisa dipeluk dan dicium seenaknya entah oleh Riku atau Kazuma saat mereka kesepian dan membutuhkan seseorang dalam dekapan mereka. Tapi, sebagian lain dalam dirinya merasa bahwa semua hal ini sudah wajar terjadi dalam kehidupan seorang bintang. Dalam satu grup yang terdiri dari pria semua, entah itu grup boyband mana pun, mencium teman sejenis memang kadang sulit dihindari. Dan Hokuto bukan tipe yang pendendam. Dia lebih suka memikirkan hal-hal yang menyenangkan, karena memang seperti itulah didikannya. Di samping itu, dia sendiri sadar bahwa di antara mereka bertiga, dirinya yang paling menyerupai sebagai sosok yang feminim, dan memang perawakannya demikian. Tapi juga bukan berarti setiap saat dia ingin dijadikan wanita oleh para pria itu.
Riku berbaring di sofa.
"Jangan lakukan itu lagi!" Kazuma berkata pada pemuda yang lebih tua darinya yang sedang mabuk itu, tapi dengan suara yang cukup pelan agar Hokuto yang berada di kamar mandi tidak bisa mendengarnya, "Dia bukan sekedar pemuas atau pelampiasan kita."
Mendengar perkataannya, Riku bangun ke posisi duduk.
"Minta maaflah padanya." Ujar Kazuma pula, "Begitu dia keluar dari kamar mandi."
"Dan kau sendiri?" Balas Riku, "Kau minta maaf padanya karena telah menciumnya berkali-kali?"
"Huh? Apa--"
"Kau pasti berpikir aku ini bodoh, Kazu-kun." Tawa kecil yang tidak menyenangkan terlepas dari bibir Riku, "Hubungan kalian sudah diketahui semuanya. Itsuki dan Makoto juga sudah tahu, bahkan Likiya--"
Sampai disitu, Kazuma sudah bangun, menghampirinya, dan menarik kerah kemeja Riku.
Untunglah Hokuto sudah keluar dari kamar mandi. "Hei!!" Dia berseru, menengahi keduanya. Jika benar berkelahi, kemungkinan Riku yang akan menang. "Hentikan, kalian berdua!" Hardiknya.
Dan Kazuma melepaskan Riku, lalu berjalan ke kamar mandi, melewati Hokuto yang sedang berjalan ke sofa. Ganti Kazuma yang masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya, sementara Hokuto duduk di kursi di depan meja sambil mengambil hapenya dan mengetik sesuatu.
"Riku, aku akan memesankan obat untuk menetralisir efek alkohol, dan susu." Ucap Hokuto.
"Terserah." Gumam Riku sambil kembali berbaring di sofa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Always
FanficKazuhoku fanfic. Mengandung BL, yaoi, bxb, Mengandung 18+ mohon maaf jika ada yang kurang berkenan :) namanya juga fanfic dan cerita ini sepenuhnya fiksi. Chapter 1 - 11 end. Chapter 12 bonus ending 18+ (mohon di skip bagi yang kurang berkenan memba...