No Name-Project 18th

15 1 0
                                    

"Kita kan cuma mantan, Je"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita kan cuma mantan, Je"

"Iya Risa, kita emang cuma mantan. Tapi kita masih sama sama manusia"

—///—

"Eh, Sorry. Kena kepala lo nggak?"

Lelaki dengan hoodie berwarna abu muda itu berlari dari samping ring basket mendekati sosok gadis yang kini tengah mengomel sambil tetap menggenggam dua cone es krim yang mulai meleleh di kedua tangannya. Rambut panjangnya yang tergerai jatuh menutupi wajah yang tengah mengomeli bola basket di kakinya setelah sebentuk benda tersebut sukses menyapa bahunya lumayan keras.

"Lo nggak apa apa kan?" tanya laki laki ber hoodie abu muda itu lagi, berusaha memastikan kalau lemparan bola basketnya tadi tidak mencelakai siapapun.

Mendengar seseorang bertanya seolah mengakui kesalahannya, gadis berkemeja warna beige itu kontan mengangkat kepalanya dan langsung menyoroti laki laki disana dengan tatapan tajamnya, dahinya bahkan sedikit mengernyit seakan siap mengomel. Apa apaan, laki laki itu sudah membuat harinya yang buruk ini menjadi jauh lebih buruk lagi.

"Lo beneran nggak—" kalimat itu tidak selesai. sang empu suara lebih dulu menutup mulutnya dimakan rasa terkejut yang sempat membuatnya kehilangan kemampuan berbicara.

"Risa? lo.... nggak apa apa kan?" kali ini suara itu terdengar lebih.... berempati? bukan lagi pertanyaan formalitas untuk memastikan apakah dirinya bersalah atau tidak. Kali ini laki laki itu bukan lagi menanyakan perihal bola basket, melainkan hal lainnya.

Gadis yang dipanggil Risa itu tidak kalah terkejut. Mata sembabnya bahkan dibuatnya semakin bergetar. Rasa yang sudah membludak di dadanya semakin tidak karuan. Dia makin ingin berteriak marah dan melempar semua hal yang ada di sekitarnya.

"Jeje..." lirihnya menyebut kembali nama yang sudah lama terkubur di benaknya. Nama yang sudah usang dari lisannya.

Mata sembabnya yang sudah mengering kembali berkaca kaca. Satu bulir air mata kembali menetes melalui pipinya sedetik sebelum Risa terisak dan berteriak marah.

"Bajingaaannn!!!!! Bangsatt!! kenapa kita malah ketemu sekarang!" serunya sembari berusaha keras menahan isaknya meski ia benar benar gagal tentang itu. Ia bahkan rasanya ingin memukuli lelaki tinggi yang kini menatap dengan rasa iba dan bingung bercampur menjadi satu, akan tetapi kedua tangannya penuh oleh eskrim yang cukup mengambil isi kantongnya, sayang kalau harus dibuang.

Persetan dengan bola basket, Jeje melangkah mendekat dan menyentuh lengan Risa berniat menenangkan gadis itu dan menariknya untuk kembali duduk di kursi yang ada di sana.

"Risa—"

"Enggak! gue nggak baik baik aja, anjingg!! Hari gue udah hancur, ditambah ketemu elo dan bola sialan lo yang kena bahu gue!" Risa masih berseru dengan suara tingginya. Untung keadaan lapangan saat ini tidak se ramai biasanya. Cenderung sepi, menguntungkan keduanya terutama Risa karena ia tidak perlu menjadi perhatian publik atas amarahnya.

No Name-Project 18thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang