Pagi pukul enam, wanita itu baru saja bangun dari tidur tidak nyenyaknya, ia menguap beberapa kali karena jujur dia masih sangat mengantuk, bagaimana tidak, pukul tiga dia baru saja bisa tidur.
Kejadian semalam saat Shani mengungkapkan perasaan nya membuat Gracia benar tidak bisa mengabaikan peristiwa itu, dia memikirkan ucapan perempuan itu hingga larut malam.
Masih tidak menyangka jika Shani mengatakan cinta semalam.
Meski, dia menolaknya detik itu juga
Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya pagi ini, seperti sebuah perasaan kesal, juga menyesal.
Atas penolakan yang ia lakukan pada Shani semalam.
Seperti ia tengah menghkhianti hatinya sendiri.
Gracia mengusap kasar wajahnya, rambutnya yang berantakan tak ia hiraukan, kepalanya yang pusing tidak sebanding dengan hatinya yang tengah kacau sekarang.
"Ck, kenapa sih" Kesal nya, dia masih tidak bisa menyingkirkan Shani dari kepalanya.
"Gre, jangan ngaco oke, kamu ngga mungkin suka sama Shani, ingat kalian itu sama-sama perempuan, kamu cuman kaget, itu aja oke!" Wanita itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan melakukan itu berkali-kali, berharap dengan begitu perasaan nya menjadi lega.
Sekitar pukul setengah delapan Gracia akhirnya keluar dari dalam rumahnya, berjalan pelan dengan harapan ia tidak bertemu dengan Shani, karena jujur dia tidak sanggup menghadapi perempuan itu sekarang.
Ntahlah, dia merasa bersalah saja karena menolak cintanya semalam.
Dan, harapan itu harus ia kubur,karena orang yang semalaman ia pikrian sudah ada di depan rumahnya, tengah berdiri selagi mengelap body motornya yang tengah menyala, kegiatan Shani setiap pagi.
Gracia mencoba berisikap biasa saja, iya dia memang harus melakukan itu, jika Shani menyapa maka akan ia jawab, jika tidak maka itu bagus, karena dia tidak mungkin menyapanya duluan.
Mata mereka sempat bertemu saat kepala Shani tepat menoleh ke arah nya.
Dingin.
Itulah ekspresi Shani saat mereka tidak sengaja saling melihat, wajahnya benar sangat datar, tidak ada senyum hangat seperti biasanya.
Bahkan Shani langsung membuang wajahnya ke arah lain, seolah enggan melihat Gracia lebih lama, padahal kemarin dia sangat suka sekali melihat wajahnya.
Namun pagi ini, kenapa berbeda sekali.
Tidak ada sapaan seperti biasanya juga, asing sekali.
Gracia terus berpikir, mencari tau kenapa Shani bisa berubah begitu, ah dia ingat, apakah Shani marah perihal semalam.
Jika iya, Gracia harus apa.
Shani kembali melanjutkan kegiatannya benar-benar tidak terusik dengan kehadiran Gracia, seperti dia tidak menganggap Gracia ada di disini, Shani menggulung kembali kanebo yang tadi Ia pakai untuk mengelap motornya, memasukan kembali ke wadahnya, lanjut ia masukan benda itu kedalam tas, Shani kembali merapihkan tas punggung nya, setelah siap, ia langsung naik ke atas motor memakai helm dan langsung menjalankan motornya.
Pergi meninggalkan rumah, juga Gracia yang hanya diam terpaku di tempatnya berdiri.
Shani sama sekali tidak menoleh kearahnya, tidak ada tawaran tumpangan seperti kemarin, mereka benar-benar bak orang asing sekarang.
Gracia menghela nafas cukup kasar setelahnya.
"Jadi begini Shani?"
Sungguh, Gracia makin bingung dibuat, apakah perasaan Shani itu serius?
KAMU SEDANG MEMBACA
"Xavier"
Fanfiction"ceritakan tentang masalalumu?" "apakah itu penting?" "Yah, aku ingin tau" "jika tidak bisa" "maka mungkin kita tidak akan berjalan jauh" "Baiklah seperti itu lebih baik"