"Ah, hah... Hah..."
Belial menyesuaikan napasnya, matanya terasa perih karena keringat yang masuk ke sana. Ia menoleh ke kirinya, Astaroth tidak jauh berbeda dengannya. Lututnya terkoyak, membuat ia sulit untuk berdiri. Di hadapan mereka ada Eligor, masih memasang perisainya.
Jika kondisi mereka buruk, maka Eligor jauh lebih buruk. Selama lima belas menit, Belial dan Astaroth berusaha menorehkan luka pada Seraphim, mencari celah untuk menyerang sayapnya. Tentu saja berhasil, namun dengan bayaran apa? Mereka mirip dengan prajurit yang sekarat. Belial rasanya ingin memejamkan mata sebentar...
"Citadel's Rebirth: Sigil of Immortality!"
"Karma Purification: Naiad of Innocence."
Kepala Astaroth terangkat begitu mendengar dua malaikat yang kini maju di sisi mereka, tenaganya langsung pulih secara perlahan. Raphael dan Uriel berdiri dengan tegap, keduanya menatap Seraphim dengan serius.
"Kalian bertiga, dengarkan aku. Setelah ini, akan ada sigil yang muncul dalam arena pertarungan. Berlarilah ke sigil itu agar teraktivasi, maka kalian langsung kembali ke kondisi prima. Mengerti?" jelas Raphael, memastikan ketiga anak yang lebih muda sudah bisa berdiri.
"Tuan Raphael, Tuan Uriel, terimakasih," ucap Eligor lega. Entah apa nasib mereka jika keduanya tidak datang!
"Ya, sekarang mundur dan pulihkan diri kalian. Ini giliran kami," balas Uriel meminta ketiganya ke belakang.
"Sanctum of Caduceus: Sovereign Cure!" seru Raphael, mendatangkan sigil yang sudah ia sebutkan sebelumnya ke arena perang.
Belial, Astaroth, dan Eligor masing-masing berlari ke arah sigil yang berbeda, menerima kekuatan penyembuhan yang luar biasa dari sigil tersebut. Belial menarik napas dalam begitu cahaya hijau menyelimuti dirinya, menutup seluruh lukanya dan memulihkan tenaganya.
"Kau yang selalu mengatakan untuk tidak menindas yang lebih lemah karena hal itu bertentangan dengan cinta," geram Uriel marah pada Seraphim, mendapatkan sebuah sapaan manis.
"Raphy, Uriri. Selamat datang," sapa Seraphim, ia melambaikan tangannya. Raphael dan Uriel tidak membalas apa-apa, menantikan ocehan Seraphim selanjutnya.
"Kalian tahu," ujar Seraphim datar, memberikan jeda sebelum lanjut. "Kalian itu hama. Mereka bertiga hampir mati dan kalian malah muncul. Mengganggu saja."
"Cecunguk itu..." umpat Belial pelan, melihat Seraphim akan mendatangkan pasukan lainnya lagi. Sebenarnya, ada berapa pasukan miliknya? Yang membantunya di sini saja ada ribuan! Belum lagi di lapisan lain tempat para raja dan penyihir ikut berjuang.
Belial mencengkram tangannya sendiri karena kesal begitu telinganya mendapatkan suara pasukan yang datang.
"Pasukan terakhir," gumam Raphael, ia terdengar yakin. Matanya yang memantulkan rasi bintang kini terlihat geram.
"Karena kita akan menghabiskan mereka dan mematahkan sayap kedua. Bunuh pasukannya, matikan counter attack, kemudian final blow," lanjut Raphael. Astaroth menghela.
"Kalau pasukannya sih mudah..." Raphael tertawa mendengar ocehan si pangeran es.
"Tunggu apalagi? Orphic Psyche."
"Sacred Maiden." "Crucifixion Flame." "Icy Sphere." "Floral Bloom."
SET!
KLANG!
Uriel melirikkan matanya ke teman-temannya. Jika mereka menerima luka, maka ia bisa mengaktifkan kekuatannya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasi[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...