|~DEMI DIRIMU~|

371 16 0
                                    

"Cepatlah taufan!kita akan terlambat nanti!" seru pemuda bernetra ruby,Boboiboy Halilintar. Berteriak menyuruh adiknya yang bernama Boboiboy Taufan untuk lebih cepat mematut dirinya didepan cermin.

"Iya kak..ufan datang sebentar lagi!!" balasnya berteriak. "Gk usah teriak!!" suruh Halilintar kembali "lah..situ kan juga teriak!!" balas taufan kesal.

Halilintar hanya mendengus lalu mendekati meja makan dan menduduki salah satu kursi, disitu juga sudah ada para adiknya yang lain.

Boboiboy Blaze

Boboiboy Ice

Boboiboy Thorn

Boboiboy Solar

"Dimana kak tauf?" tanya antusias pemuda penggemar warna hijau, Thorn,kepada Halilintar.
"Dia akan turun sebentar lagi.." jawab Halilintar seraya memainkan ponsel dikedua tangannya.

Tak berapa lama kemudian,Taufan menuruni tangga dengan senyuman cerahnya,lalu menduduki salah satu kursinya,taufan tau,ia kurang disukai oleh para saudaranya.

Hanya Thorn yang masih berbaik hati padanya,ah..dia melupakan Halilintar, kakak sulungnya itu juga sedikit menaruh perhatian kepadanya, walaupun tak sebaik Thorn, namun juga tak seburuk Solar.

Bisa dibilang,Solar adalah saudaranya yang paling membenci dia,tak apa..Taufan tau ini semua akan berakhir sebentar lagi..tetap kuat untuk tersenyum.

Mereka pun menyelesaikan sarapan mereka dan segera menuju sekolah, Taufan sudah terbiasa tertinggal sendirian dibelakang. Setidaknya dia masih bisa sekolah dengan baik, dan teman temannya pun tidak juga membullynya.

Kring!!

Suara bel tanda istirahat telah tiba pun berbunyi,Taufan dengan lesu berjalan menuju halaman belakang sekolah, disana sebenarnya adalah taman yang cukup kecil,namun taman itu tak terjaga,hingga kini taman itu menjadi halaman kosong yang diisi oleh satu bangku,lampu dan ilalang yang menjadi latar halaman itu.

Mendudukkan dirinya dibangku itu,beruntung pohon rimbun menutupi tubuhnya saat ini,sehingga panas matahari tak terlalu membuatnya silau.

Matanya terpejam,menikmati hembusan angin yang membelai lembut raut wajah putih itu.
Senyum nya mengembang,kini netra sebening kristal itu terbuka, bagaikan desiran ombak lautan terterpa sinar matahari,indah.

"KAK TAUFAN!"

Dirinya terlonjak kaget setengah mati,melihat kini Thorn terkekeh tanpa dosa dengan cengiran khasnya,Taufan mengusap pelan dadanya,lalu mempersilahkan Thorn untuk duduk bersama.

"Tumben kau kesini,Thorn. Apa yang lain tidak mencarimu?" tanya Taufan, dahi Thorn mengkerut,bibirnya dimajukan.

"Mereka semua sibuk!tidak ada yang menemani Thorn!!" ucapnya kesal sembari menghentakan kaki berlapis sepatunya itu ketanah.

Thorn mulai mendudukkan dirinya disamping kakaknya,memandang langit yang disertai gumpalan lembut awan awan,nampak kontras warna putih lembut itu berbaur dengan biru langit yang cerah.

"Kak upan nampak sama dengan langit.." thorn berucap demikian,Taufan tak menoleh hanya saja menorehkan pertanyaan untuk thorn.

"Kenapa begitu?" kata katanya terbawa angin, memasuki indra pendengar sang adik, adiknya membalas.

"Selalu siap bila ada kejadian apapun,maupun hujan datang mengusir teman sejatinya,awan putih itu..sang langit tetap teguh,dan bersedia untuk menapung gumpalan awan hitam yang datang.." ujar thorn.

"Kau tau mengapa langit seperti itu?" tanya Taufan,Thorn menoleh "karna.."

Kali ini Taufan menoleh,memandang lekat wajah sang adik,serta memasang senyum lembutnya.

"Ia tidak bisa menolak semua kejadian yang akan datang,seiring berjalannya waktu"

_____________•^•_____________

Oneshoot ~Halitau-√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang