halilintar & yaya fanfiction
all characters © Monsta
..
.
Satu sekolah geger. Setelah si anonim menyebar gosip soal dua 'aset' yang terlibat hubungan romantis. [haliya au] [fluff]
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Semua orang tahu jika Halilintar dan Yaya memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Satu hari di minggu ketiga bulan Oktober, seluruh sekolah gempar karena sebuah informasi yang bocor ke forum resmi—yang harusnya tidak memuat berita gosip macam ini—milik sekolah. Pengirimnya anonim, tidak ada yang tahu siapa dia, dan isinya sungguh mengejutkan semua penghuni Sekolah Menengah Atas di Pulau Rintis; Halilintar dan Yaya terciduk pulang bareng semingguan ini! Apakah ada konspirasi tentang ini?
Lalu semuanya mulai mendengung macam lebah, menggosipi si buah bibir yang sedang naik daun. Lalu mereka sampai pada satu kesimpulan—Halilintar dan Yaya berkencan.
Ya, tidak sulit menebaknya. Halilintar, si cowok populer dari kelas unggulan yang pendiam tiba-tiba dekat dengan cewek (mana sampai pulang bareng) paling berprestasi sesekolahan. Dan Yaya, si cewek yang jarang sekali terlibat interaksi berlebihan dengan sosok berjakun diberitakan dekat dengan mas gledek ganteng kesayangan guru dan nyaris seluruh murid pengguna 'rok'.
Begitulah mereka sampai pada kesimpulan itu. Ditambah tak ada sangkalan dari kedua belah pihak. Bertambah panas saja beritanya.
Hari itu, tersebarnya kebenaran hubungan Halilintar dan Yaya menjadi trending topic selama satu minggu penuh. Banyak hati yang patah tentu saja. Tapi apalah daya, kalau dipikir lagi, berat juga saingan dengan penyumbang prestasi rutin sekolah.
Kemudian, setelah berita tentang hubungan itu mereda, si anonim dari forum sekolah banting setir dengan mengajak para rakyat SMA berpikir bagaimana sikap Halilintar di depan pacarnya. Lagi-lagi, mereka mendengung seperti lebah. Bicara ini-itu, hingga membuat spekulasi-spekulasi baru soal Halilintar yang mungkin saja bersikap manis hanya di depan Yaya. Atau mungkin tentang Halilintar yang jadi banyak bicara jika berdua saja dengan Yaya. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Tentu saja. Mau dikira-kira seperti apa pun, hanya si empunya yang tahu.
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
"Kamu udah denger desas-desus di sekolah belum?" Yaya memecah keheningan usai para siswa bubar dari kelas. Meski pertanyaannya tidak cukup untuk membuat Halilintar berpaling dari buku bersampul merah tuanya.
"Soal apa?"
Mendengar nada apatis di suaranya, Yaya jadi geli sendiri. Mengingat kembali soal betapa berisiknya teman satu sekolahnya membicarakan sikap manis Halilintar padanya. Nyatanya, cowok itu sama saja. Tetap nggak ada manis-manisnya.
"Soal sikap kamu ke aku."
"Ngapain kamu denger gituan?"
"Bukannya sengaja."
". . ."
Agaknya Halilintar tak lagi berminat membicarakan hal tidak jelas begini. Jadi Yaya berhenti membahasnya. Cewek itu menyangga wajah dengan dua tangan, posisi kursi yang dibalik Halilintar hingga berhadapan dengannya membuat netra sewarna hazel miliknya dapat begitu mudah menelusuri garis ketampanan absolut milik cowok itu.
"Kenapa?" Ia bertanya meski manik ruby-nya tetap melekat pada setiap kata di halaman buku.
"Ngeliatin kamu. Nggak boleh?" Yaya merasakan lirikan kilas dari bola mata merah itu.
"Kenapa nggak ngerjain latihan soal aja?"
"Bosen. bisa-bisa kepalaku meledak mikirin rumus melulu."
Halilintar kini benar-benar menatapnya, ada seulas senyum asimetris samar yang terpatri di wajahnya. "Serius? Kamu? Bosen sama belahan jiwamu?"
Pilihan kata alay dari Halilintar sukses membuatnya mendengus. "Aku juga manusia, tahu?"
Yaya mendengar 'oh' panjang dari seberang diikuti gumaman 'every day I learn something new' yang membuatnya kembali mendengus.
"Aku yang harusnya heran."
"Hn?"
Lagi-lagi jawaban pendek.
"Kamu nggak bosen liatin buku terus?"
"Lebih bosen kalau cuma liat kamu."
". . ."
". . ."
". . ."
". . ."
"Oh gitu. Ok, cukup tau."
Normal kalau Yaya merasa jengkel. Serius, deh. Siapa yang tidak sebal dikatai membosankan—meski yang dikatakan Halilintar jelas beda makna dengan yang ia pikirkan.
"Aku mau pulang." Katanya merajuk. Ia sudah bersiap menggendong tas dan pergi ketika Halilintar menarik lengannya agar kembali duduk. Dilihatnya tampang tak berdosa si pemilik ruby.
"Kan udah janji mau pulang bareng."
Ia memasang raut galak mendengar ujaran bernada santai itu. "Nggak jadi. Aku nggak mau pulang sama manusia nyebelin."
Kekehan halus Halilintar terdengar setelahnya. Membuat Yaya mau tidak mau mengakui juga kesempurnaan ciptaan Tuhan di depannya.
"Aku minta maaf, oke?" Cowok itu mengusak kepalanya hingga jilbab merah mudanya maju beberapa senti dari sebelumnya.
"Jangan ganggu jilbabku!" Kata-kata itu malah semakin memacu semangat cowok itu untuk mengacaukan penutup kepalanya. "Hei!"
Tawa kecil Halilintar terdengar jelas di kelas sore itu. Tawanya yang indah—dan juga ganteng. Halilintar tidak butuh rentetan kalimat cerewet agar membuatnya istimewa. Dengan hal sederhana seperti ini pun, Yaya sudah merasa amat istimewa.
-end.
ya, benar teman-teman.. double update (dan aku gatau kapan lagi mau update hehehe)
fyi, ini oneshoot yaa. jadi setiap chapter bisa dibaca terpisah, ga ada hubungan satu sama lain. yaa gitu aja, happy reading!! (o^▽^o)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
FanfictionTentang aku dan kamu. Tentang kita. [boya au] [oneshoot] Boboiboy © Animonsta