Pada malam ini saya kembali terjaga setelah saya menunggu "Ngantuk" yang tak kunjung tiba. Saya tak pernah janjian dengan ngantuk, tak heran dia bisa datang seenaknya kapan ia mau. Lain kali perlu janji temu dulu agar tidak ada salah satu yang merasa ter-PHP seperti ini.
Sembari menunggu ngantuk tiba saya menyempatkan diri saya membuka laptop untuk menulis kalimat-kalimat singkat perihal awal mula saya datang hingga sampai sekarang ini saya menyelesaikan satu tahun atau dua semester perjalanan perkuliahan saya di FKIP UNTAN ini. Barangkali ada yang suka rela atau secara sadar menyempatkan diri untuk membaca tulisan tengah malam saya ini, harap maklum bila menjumpai diksi-diksi yang masih kurang tepat dan alur kejadian yang sedikit ngawur karena tulisan ini dibuat dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan apa adanya saja. Oh ya satu hal lagi, jika tulisan ini sudah menjumpai buntu berarti "Ngantuk" telah tiba.
☆☆☆
Sebelum menjadi mahasiswa Universitas Tanjungpura saya menempuh Pendidikan saya di SMAN 1 Seberuang. Pada saat dibangku sekolah kelas 12 waktu itu belum terpikir oleh saya ingin melanjutkan studi Pendidikan saya kemana tapi yang pasti dari orangtua sendiri sangat menginginkan saya untuk tetap lanjut kuliah.
Hingga pada suatu ketika saya berjumpa dengan pak Adi, beliau adalah seorang guru mapel Prakarya yang mengajar di tempat saya bersekolah pada saat itu membantu saya dalam mendaftarkan saya untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Tanjungpura dan pada saat itu saya mengambil jurusan FKIP yakni Program Studi PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) sebagai pilihan pertama dan Bahasa Indonesia sebagai pilihan kedua, dan kebetulan lolos pada pilihan kedua.
Mengapa memilih Program Studi Bahasa Indonesia? "10% karena suka membaca novel, sisanya takdir".
Begitu sering pertanyaan tersebut saya dengar bila memasuki percakapan tentang perkuliahan, entah itu di lingkungan asrama maupun kampus. Bila ditarik kebelakang sendiri tidak pernah terfikir sebelumnya saya mampu lolos SMPT jalur SNMPTN yang konon katanya itu merupakan jalur prestasi.
Itu menjadi rahasia yang hanya orang dalam UNTAN dan Tuhan sendiri yang tau dan saya menghargai rahasia itu dengan tidak mencari tau. Kembali mengingat semasa SMA saya rasa tidak ada prestasi yang membuat saya yakin saya bisa duduk di bangku kuliah tanpa harus mengikuti ujian tertulis atau yang dikenal SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Setelah selesai dengan sibuknya pemberkasan sebelum PKKMB (ospek kampus) saya berangkat ke Pontianak melakukan test urine guna kebutuhan test NAPZA pada bulan juni/juli tahun lalu, dan bertemu dengan maba lainnya dari berbagai daerah.
Hari ke hari berlanjut pada pertengahan agustus saya dan maba lainnya mengikuti PKKMB yang mana pada tahun ini baru dilaksanakan secara tatap muka lagi dari yang dua tahun sebelumnya dilaksanakan secara daring/online karena wabah covid yang merebak pada saat itu. Momen yang paling diingat dari PKKMB adalah botak, ya botak. Itu kedua kalinya saya cukur botak sepanjang perjalaan hidup saya setelah terakhir kelas dua SMP saat rajia rambut.
Masuk ke semester pertama kuliah, jujur tidak banyak yang bisa diceritakan perihal lika-liku kampus sebab 90% perkuliahan dilaksanakan secara online. Secara garis besar semuanya berjalan secara flat (datar), masih abu-abu, dan cenderung sulit mencari arti bahwasanya kenapa saya terdampar di kota ini.
Terkadang juga saya rindu kampus, bukan dengan bentuk gedungnya melainkan dengan manusia-manusia yang ada bersamanya. Perkuliahan semester satu bukan berjalan dengan cepat, melainkan ia seperti hilang dari "daftar isi" pada buku kehidupan saya.
Masuk pada semester dua kehidupan kuliah mulai agak sedikit terombang-ambing, tidak jarang jadwal kegiatan kampus dan asrama bentrok. Tugas-tugas kuliah waktu ke waktu perlahan mulai sedikit padat, rumit, dan singkat pengumpulannya. Tak heran sewaktu-waktu baju-baju aroma naga yang belum dicuci menumpuk di ember samping kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey
Short StorySetelah sekian bulan saya tidak menulis, kembali lagi saya mencoba meraba-raba isi kepala saya guna memeriksa inspirasi yang masih tertinggal didalamnya. "The Journey" adalah sisa-sisa yang tertinggal dari sekian banyaknya inspirasi yang sudah lenya...