SR.12

391 55 5
                                    





































































































































































Masih di hari yang sama, tapi malam yang semakin naik. Seulgi sering tengok jam dinding rumah Irene, kali ini jarum pendek berpindah tanpa disadari. Sudah jam 12 malam. Belum ada yang ngaku mengantuk, apalagi kecapekan. Mulut kawan-kawannya terbungkam atau terlalu asik berbagi bincang-bincang bersama geng bebuyutan. Dulu itu, sekarang mah sudah pindah status menjadi gebetan.

Seulgi lirik tipis Wendy di atas sofa satu orang, Joy ada di sana, disamping si bule bonyok, duduk terlalu seksi di lengan sofa, sambil sesekali rangkul bahu Wendy. Bikin saliva tercekat kalo Seulgi pandangi. Susah boss, Joy terlalu ideal akan molek badannya, belum lagi celana kain pendek mirip kolor, Seulgi harus mengakui cewek-cewek wajib iri melihat apa yang menyita matanya ini.

Wendy, Joy, panas sekali.

Tiba-tiba tanpa menjeda omongan Lisa yang heboh di malam gulita, menambah bumbu gosip dekan fakultas soal selir kesekian, Jennie senggol bahu Seulgi. Si cuek nan kalem itu melirik jam, sepertinya menjadi orang pertama yang merasa lelah. Lagian, tugas sudah setop dikerjain dari 2 jam sebelumnya, tapi Lisa dan kecerewetannya itu, buat cewek-cewek berisik haus gibahan, tentu kesenangan.

"Dia itu adalah manifestasi nyata dari lagu senangnya dalam hati~ kalau beristri dua~ oh seperti, dunia, ana yang punya hey~"

Nyanyian Lisa bikin Moonbyul ngernyit terganggu. Sementara Rose mirip bocah baru gede yang dari tadi cuma bisa senyum maklum takut menganggu topik panas Lisa, ah! Mereka salah besar, nggak semua personil berisik seberisik itu kalau belum dekat, mungkin.

Moonbyul, Lisa, Solar, dan Rose duduk melantai nyaman di atas karpet halus putih motif kelinci.

Sementara sofa panjang, sudut kanan ada Irene seperti Ibu mendengar dongeng dan cerita ngawur anak pengkhayal rupa Lisa, sampingnya ada Seulgi yang tarik napas buang napas, beritme dan suntuk abis. Tepat disamping, masih ada Jennie sibuk putar mata dan ngode kalau hari udah mau besok, terlebih ada Jisoo super lengket disampingnya, semakin nggak betah.

"Ih iya Lis!" Suara Jisoo buat Jennie sapu dada, mirip kejut jantung bedanya bersumber dari suara cempreng super nyaring. Jennie berusaha lepasin rangkulan tak terlepaskan sejak tadi di tangannya dari Jisoo. Betul, Jisoo di samping bermode bandel, Jennie sampe bujuk mau bikinin tugas Jisoo asal jangan gelandutan terus, tapi ini penolakan kesekian.

Jennie senggol Seulgi lagi, kali ini bener-bener kasih kening menukik, protes mau istirahat.

"Pantas ya, mobil si Pak dekan kok penumpang perempuannya banyak. Gue sempat mikir itu dosen.."

"Nggak ada." Lisa mengangguk, meyakinkan cerita yang dia dapat dari temannya yang masih katanya. "Itu bini-bininya."

"Kok ada yang, mau?" Moonbyul mendadak penasaran setelah diam sibuk nahan sakit. Wajah reyot Bapak dekan memenuhi isi kepalanya sekilas. Tua, abis kharisma, nggak ada daya tarik, sama khas kelakuan agak melambai itu buat Moonbyul berpikir. "Apa karena duit, ya?" Moonbyul mengangguk membenarkan klaimnya. "Banyak duit sih dia, wong tukang minta sampul ke mahasiswa!" Moonbyul dan jahanam mulutnya terdengar.

Solar sampe meringis. "Bentar lagi ganti kok, aman."

"Jangan sembarangan deh Byul. Kalo ternyata yang lo bilang fitnah, gimana? Apa nggak jadi tuduhan serius?" Wendy mendecak, mulut nyeleneh kawannya memang berbahaya.

Semester RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang