Aku, Kamu, dan Kita [16]

3.7K 280 5
                                    


Tiga hari Zee terbaring di kasurnya karena ulah Kevin malam itu. Tiga hari pula Marsha harus pulang lebih cepat untuk mengurus Zee. Walaupun ada Bi Irma di rumah, Marsha tetap saja tidak tega meninggalkan Zee dalam keadaan seperti ini.

Marsha pun akhir-akhir ini tidak pernah lagi bertemu dengan Fadel diluar kampus. Fadel pun sekitar tiga hari ini tidak pernah lagi menjemput dan mengantar pulang Marsha. Marsha akan diantar dan dijemput oleh sopir pribadi keluarga Zee.

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Marsha baru saja sampai di rumahnya. Hari ini adalah hari yang panjang untuknya. Marsha sudah menjadwalkan, ketika sampai di rumah, dia akan segera mandi lalu tidur diatas kasurnya yang empuk itu.

Baru saja menginjakkan langkah pertamanya di rumah ini, suara tak asing langsung memanggil namanya.

"Marsha!"

Marsha terkejut mendengarnya. Marsha menoleh kearah ruang tamu. Zee sedang duduk dengan seorang pria dan wania paruh baya berusia sekitar 45 tahun.

Marsha langsung berlari kesenangan menghampiri dua orang tamu itu, menyalimi mereka, memeluk mereka berdua dengan hangat.

"Ayah sama Bunda kapan dateng? Kok ngak bilang sama Aku?" Tanya Marsha sedikit kesal, karena Jinan dan Cindy datang tanpa mengabarinya.

Marsha melepas pelukannya, kemudian duduk disebelah Zee.

"Baru aja dateng. Ayah sama bunda besok mau berangkat ke Medan, tapi berangkatnya dari Bandara Soekarno Hatta. Jadi Ayah pikir sekalian aja mampir ke rumah kamu" jelas Jinan.

"Iya Sha, hitung-hitung lepas kangen sama kamu" timpal Cindy.

Marsha mengangguk paham.

"Ngak salim kamu sama Zee?" Tanya Jinan.

Marsha dan Zee langsung bertatapan satu sama lain. Lalu tersenyum dengan kaku.

"Hehehe, gara-gara ada Ayah sama Bunda jadi lupa ada kamu Kak" Marsha terkekeh dengan kaku.

Marsha langsung mengambil tangan kanan Zee lalu menyaliminya. Tak berhenti disitu saja, Zee menambah sedikit pemanis di dalam sandiwara ini. Tiba-tiba Zee mengecup kening Marsha.

Marsha membalalakkan matanya. Ada apa dengan Zee?

"Ciumnya di kening dulu, kalo disini nanti malu, diliatin Ayah sama Bunda" ucap Zee sambil menunjuk bibir Marsha dengan telunjuknya, lalu terkekeh. Begitu pula dengan Jinan, dan Cindy.

"Kak!" Kesal Marsha. Entah mengapa wajahnya kini menjadi kemerahan.

"Gapapa atuh Zee, kalo mau cium di bibir, kan sekarang udah punya Zee" ucap Jinan.

"Gapapa Yah, nanti aja. Nanti aku malah keterusan hahaha"

Semua orang kembali tertawa, kecuali Marsha tentunya. Pembicaraan kali ini benar-benar menjijikkan untuknya.

"Yaudah gapapa, terserah kalian berdua aja, Ayah sama Bunda cuma mau pesen, jangan sering-sering berantem ya" ucap Cindy.

Zee dan Marsha mengangguk kompak. Jinan dan Cindy tersenyum melihat jawaban dari anak dan menantunya itu.

Setelah itu, Zee dan Marsha mengajak Jinan dan Cindy untuk makan diluar.

Sebenarnya ini adalah ide Zee. Awalnya Marsha memarahi Zee, karena kondisi Zee belum fit sepenuhnya. Namun, pada akhirnya dia menurut pada Zee.

Marsha duduk di bibir kasur sambil menatap sinis pada Zee yang sedang mengancing kemeja putihnya.

"Ngeliatin mulu neng, ntar naksir loh"

Aku, Kamu, dan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang