Alunan musik berdentum kencang, suara decit sepatu yang menggesek lantai tak ubahnya pemandangan lumrah di tempat ini. Aroma alkohol yang bercampur dengan berbagai ragam bau manusia memenuhi seisi ruangan.
Orang-orang di sana meliukkan tubuhnya tanpa segan mengikuti irama, pun dibius kesenangan sesaat. Tidak ada sekat antara wanita dan pria, mereka saling merayu, bersentuhan, tak segan melakukan adegan kurang pantas.
Melihat itu, Satya menelan ludahnya susah payah.
"Inget tujuan kita ke sini. Cari informasi apa pun soal Nawa. Jangan lengah." Tegur Jayden. Berbeda dengan Satya yang kurang nyaman, Jayden justru tampak santai dan tenang. Namun mata elangnya tetap mengintai ke segala arah.
"Lo pernah ke tempat semacam ini?" tanya Satya, baginya ini adalah kali pertama dia menjejaki klub malam. Rasanya sangat gugup dan tak nyaman.
"Nggak." tutur Jayden tanpa ekspresi.
Melihat respon kawannya itu Satya tidak heran, sebab apa pun kondisinya, Jayden memang tipikal laki-laki yang tenang dan bijak mengambil keputusan. Satya jarang melihat seorang Jayden terlihat kelabakan ataupun panik. Ekspresi wajahnya memang selalu datar.
"Jaga sikap lo. Jangan bertingkah mencurigakan atau semua rencana kita bakal sia-sia." cetus Jayden.
"Apa kita tanya soal Nawa ke barista yang ada di sana?" usul Satya sembari berjalan mendekat ke arah bar.
Jayden langsung menyangkal tak setuju, "Kita ini cuman pendatang dan kita nggak tahu kalo mungkin aja bartender itu masuk ke dalam komplotannya Nawa. Lebih baik bersikap nggak mencurigakan dan cari aman, karena gue rasa hampir semua orang yang ada di sini kayaknya ada sangkut pautnya sama Nawa."
Bukan hanya prasangka asal-asalan, Jayden yang sedari tadi memperhatikan sekitar merasa ada hal yang tidak bisa ia acuhkan, terutama pada empat orang pria yang duduk di pojok ruangan. Mereka memakai jaket kulit yang tampak seragam dengan simbol aneh, tak hanya itu mereka juga memiliki tato bergambar ular di leher mereka. Terlihat samar, tapi Jayden yakin dengan apa yang ia lihat.
"Lo inget Tante Laras bilang kalau Nawa punya semacam klub motor yang cukup berbahaya? Gue rasa kita udah ketemu sama sebagian dari mereka." Satya ikut mengamati arah pandang Jayden, bulu kuduknya sedikit merinding. Sepertinya peringatan dari Tante Laras harus benar-benar mereka waspadai.
Tiba-tiba saja pria berambut keriting--dengan luka goresan yang melintang dari alis sampai mata--memandang ke arah mereka, seperti tahu bahwa ia sedang diamati. Segera mengalihkan pandangan, Jayden langsung merangkul pundak Satya dan membawanya pergi, "Ayo mabok."
•••
Sementara itu di tempat lain, di dalam bangunan tua nan kurang terurus terdapat seorang pemuda yang terkapar berhari-hari dalam keadaan mengenaskan. Ia hanya diberi air tawar, diikat layaknya binatang tangkapan, tenaganya bahkan tidak sanggup untuk berlari pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Rumahku, Ju
Novela Juvenil❝Rumah bagiku bukan selalu tentang bangunan, Ju. Tapi siapa yang bersedia menampungku saat jatuh terluka selusuh-lusuhnya. Dan rumahku adalah kamu.❞ Rumah Kanna porak poranda semenjak papa dan mamanya memutuskan bercerai, lalu Juan datang memberinya...