hii!!!
Enjoy😻‼️.........000.........
"Tuhan mau menurunkan hujan berkali-kali, tetapi tidak mau mengembalikan Mama sekali lagi"
-Nadir Adisya Setiawan Putra🪐
"Nadir mau Nadir mau!" Anak kecil berumur 6 Tahun itu berlari menuju laki-laki yang selalu dia sebut dengan sebutan ayah.
"Nadir mau ayah, punya Nadir mana??" Nadir sedikit merengek saat dia melihat tas kresek biru itu sudah kosong, yang mengartikan bahwa brownies yang di bawa ayah nya sudah habis.
"udah habis, kamu telat Nadir" Pandu berbicara, anak pertama itu menyodorkan Brownies miliknya ke arah Nadir, tetapi Nadir menolak.
"Nadir engga mau, Nadir gak mau ambil punya Kakak, Nadir mau ayah yang kasih" Setelah mengatakan itu, Nadir berlari ke arah Ayahnya dan memberhentikan langkah Hadi.
"Punya Nadir mana?" Nadir bertanya sembari mendongak agar sang empu bisa melihat ke arah ayah nya yang memakai kemeja hitam dan celana panjang.
"Pandu ada dua, minta aja sama dia, Nadir minggir ya, Ayah mau samperin Mamah kamu, awas" Nadir bergerak, menyingkirkan dirinya dari hadapan sang ayah, dengan malas dia berjalan ke arah Pandu yang memang masih menyodorkan Brownies miliknya.
"Kamu mau gak? Atau aku makan semua" Dengan pernyataan seperti itu, Nadir dengan cepat mengambil brownies dari tangan Pandu dan memakannya dengan duduk di bawah , tepat nya di atas rumput di halaman rumah.
"Enak?" Tanya Pandu yang di jawab anggukan oleh adik nya.
Pandu dan Nadir hanya berjarak 1 tahun, Pandu yang sekarang berumur 7 tahun dan Nadir berumur 6 tahun, sama-sama masih Sekolah Dasar di sekolah yang sama, mereka memiliki adik yang memang masih kecil, Panca masih berumur 4 tahun dan Chio yang masih berumur 2 tahun.
Mereka 4 bersaudara yang memang sudah akur dari dulu, di ajarkan kerukunan oleh Lynda, mereka semua mendapatkan hak sama, kecuali Nadir.
🪐
"Lynda," Hadi memanggil istri nya di ruang tamu, yang di panggil pun datang dengan menggendong sih kecil dan memegang mainan.
"Kenapa?" Tanya sang istri, mereka duduk di sofa ruang tamu minimalis, tidak terlalu kecil tidak terlalu besar juga, cukup untuk mereka ber-enam.
"Besok aku ada kerjaan di luar kota, kamu gak apa-apa kan aku tinggal sama anak-anak?" Hadi bertanya sembari sesekali memainkan tangan Sih kecil.
"Lagi?" Lynda berbicara dengan ragu, hati nya masih goyah semenjak kejadian 6 tahun yang lalu.
"Sayang... Namanya juga kerja, mau gak mau pasti aku kerjain kan? Biar dapet uang" Lynda masih berfikir, benar apa kata Hadi, orang kerja ya harus terima, mau gak nya itu belakangan, toh kan nanti dapet uang untuk mereka semuanya juga.
Namun mengingat kejadian 6 Tahun lalu membuat hati Lynda menjadi goyah, sedikit tak percaya dengan sang suami, tetapi apalah daya, yang bekerja hanya Hadi, Lynda bekerja tetapi itu juga untuk menambah dan membantu Hadi saja.
"Kamu janji kan kejadian enak Tahun lalu gak akan terjadi lagi?" Lynda memberikan Chio ke pangkuan Hadi.
"Sayang, itu kejadian lalu, dan aku udah bener-bener janji sama kamu kan? Kalau itu ga akan terjadi lagi, aku janji, iyakan anak Ayah? Chio lucuu" Hadi mencoba meyakinkan istrinya, Lynda tertawa Karna Hadi terlihat lucu dan menggemaskan di saat dia menimang Chio.
"Kalau gitu aku izinin, tapi gak lama kan Mas? Aku takut lama" Lynda berbicara sembari membuat mimik wajah cemberut, Hadi mencubit pipi Lynda gemas, mereka tertawa kecil, Harmonis ketika satu orang melupakan dan satu orang merelakan.
"Jaga anak-anak ya, Nanti aku pulang aku janji aku bakal bawa kalian semua pergi jalan-jalan, jaga kesehatan ya sayang" Hadi mengelus pelan puncuk kepala Lynda, sebelum mereka membawa Chio ke dalam pelukan hangat kedua orang tuanya.
Pandu, Dan juga Nadir masuk ke dalam rumah, pemandangan orang berpelukan pun membuat mereka lari antusias.
"Pandu mau di peluk juga!" Pandu berlari sembari mengangkat tangannya ke atas.
"Nadir juga Nadir juga!" Tak kalah heboh, Nadir juga ikut berlari dan hampir menubruk meja.
"Ayo sini anak Mamah!!" Lynda menyambut keduanya dengan hangat, ketiga anaknya kumpul dan merasakan kehangatan keluarga, walaupun satu anaknya tak ikut gabung di karenakan di bawa oleh neneknya jalan-jalan.
"Emang kenapa kok Peluk-peluk?" Nadir dengan polos nya bertanya di tengah-tengah peluk memeluk itu.
"Ayah mau pergi, kerja keluar kota, Pandu sama Nadir jangan bandel, nanti waktu ayah udah selesai kerja dan udah balik kesini, nanti kita main bareng, oke?" Pandu dan Nadir mengangguk secara bersamaan.
Lynda tersenyum hangat, walaupun dulu keluarganya hampir gagal dan hampir hancur, tetapi Karna kepercayaannya, dan lihat hasilnya, dia sekarang memiliki keluarga yang harmonis dan juga penuh canda tawa, walaupun tidak semuanya.
Nadir tersenyum sampai menyipit, dia membuka matanya lebar dan melihat ke arah Mamah nya, manik mata mereka saling bertemu, setelah menyadari itu, Lynda berpaling, dia menunduk, seakan tak sanggup melihat mata Nadir yang bermanik coklat itu.
Nadir selalu tahu jika dia menatap Mamah nya dan pandangan mata mereka saling bertemu, mamahnya akan memalingkan wajahnya atau mengalihkan pandangannya ke arah lain.
🪐
21:34
"udah malem tapi aku ga bisa tidur" Nadir membolak-balikkan dirinya di atas kasur kecil yang di bawah nya adalah kasur Pandu.
Nadir melihat ke bawah dan ternyata Pandu sudah tidur, anak kecil itu berjalan dan membuka pintu, ingin ke kamar Mamah nya dan meminta bantuan agar kepala nya di elus.
Pintu kamarnya terbuka dan dengan segera Nadir berjalan keluar dengan pelan-pelan dan mengendap-endap, ruangan mana pun sudah gelap jika sudah jam sembilan lewat, dia melewati lorong gelap agar bisa sampai ke kamar Mamah dan Ayah nya.
Tok! Tok! Tok!
Nadir mengetuk pintu kamar Lynda, ada sautan dari dalam yang berkata bahwa Nadir bisa masuk.
Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Lynda yang tengah membaca buku di atas kasur, dengan cepat Nadir berlari dan melompat ke atas kasur.
"Kok belum tidur anak Mamah?" Tanya Lynda pada Nadir, sedangkan Nadir mengambil posisi yang enak untuk tidur di samping Lynda.
"Engga bisaa, Nadir mau di puk puk sama di elus-elus hehe" anak kecil itu tertawa kecil sampai gigi nya keliatan, terlihat sangat lucu tetapi lagi dan lagi Lynda tak bisa menatap mata Nadir.
"Boleh, sini Mamah elus-elus kepalanya biar tidur" Nadir tersenyum sumringah, dia menarik guling dan juga berbalik agar dirinya bisa mendusel ke Mamahnya.
.........-000-.........
TBC
Haii! Janlup Votmen yaaww😋🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Sayang Untuk Nadir
Teen FictionGelombang kehidupan Nadir yang bagaikan gelombang pasang surut nya air sungai sangat membuat kepala siapa pun yng mendengar nya mau pecah. Nadir yang tak pernah mendapatkan rasa kasih sayang dari ayah nya dan di tinggalkan oleh Mamah nya untuk selam...