"Siapa tadi namanya?" tanya Lily lagi. Ia sudah duduk manis pada kursi sebuah restoran dengan Pra yang duduk di sebelahnya.
"Yuda, Sayang."
"Kakak sepupu atau adik sepupu?"
"Adik sepupu."
Lily mengangguk-angguk, ia akan mengingat tentang itu. Menghela napas panjang, Lily mengetuk-ngetuk meja sambil melihat gelas berisi teh manisnya yang sudah berembun. Sebab tak ada yang bisa dilakukan. Pra melarangnya bermain ponsel ketika mereka sedang berdua. Dan Pra juga tidak memegang ponselnya kecuali jika itu penting atau mendesak.
"Bosen?" Pra memang sangat peka. Pasalnya mereka sudah menunggu sekitar lima belas menit namun belum ada tanda-tanda kemunculannya.
"Enggak, kok."
"Kalo lima menit lagi dia gak dateng, kita pergi aja."
"Kok gitu?"
"Abisnya kurangajar. Dia yang pengen ketemu, tapi dia yang buat nunggu."
Lily tersenyum geli mendengar keluhan itu. Pra yang tidak lagi bicara formal dengannya ternyata memiliki sisi kekanakan yang lucu dan manis.
"Yaudah kita langsung pesen makan aja di sini. Kenapa harus pergi, Pra?"
"Kita cari tempat lain buat makan dan jangan kasih tau dia kalo kita pergi. Biar aja dia makan sendirian di sini."
Lily terkekeh. Ternyata Pra punya sifat pendendam, yah. Dan dia selalu terlihat lucu ketika sedang kesal. Alisnya akan bertaut seperti karakter angry bird yang pemarah.
"Aku ke toilet sebentar ya, Sayang," izin Pra, kemudian berdiri ketika Lily memberinya anggukan kepala.
Dan tepat setelah kepergian Pra, seseorang menarik kursi di sebrang meja Lily. Membuat Lily segera menaikkan pandangannya karena ia pikir pasti itu adalah Yuda. Yuda pasti sudah melihat foto dirinya di momen pernikahan yang tersebar di grup keluarga Pra, jadi tentu dia tidak akan salah orang.
Senyum Lily mengembang. Namun, tidak sampai akhirnya ia bertatapan dengan pria itu. Lily terpaku.
Sementara pria itu mengembangkan senyumannya dan menyapanya tanpa ragu, "Long time no see, Lily."
"Lo... Sepupunya Pra?"
Yuda yang sudah duduk, kini menyengir seakan mengiyakan pertanyaan itu. "Apa kabar?"
"Shit," tukas Lily. Katakanlah bahwa Lily sangat membenci pria di hadapannya ini. Bencinya sampai ke ubun-ubun. Kedua tangannya bahkan sampai mengepal. Ia tidak mengira kalau Yuda yang pernah ia kenal dan Yuda sepupunya Pra adalah orang yang sama.
Yuda tersenyum miring, menggunakan satu tangannya untuk menumpu pipinya dan fokus menatap Lily.
"Makin cantik aja ya setelah jadi istri Abang gue."
"Berani lo ngomong kaya gitu di depan Pra?"
"Kenapa enggak? Gue yakin Pra menikah sama lo karena dia punya sesuatu untuk diraih. Dia orang paling rasional yang pernah gue kenal."
Lily mengerjapkan mata. Akhirnya ada lagi sudut pandang lain tentang Pra yang ia dengar dari orang yang bisa dibilang cukup dekat dengan Pra.
"Dia gak akan melakukan sesuatu kalau gak ada tujuannya. Dan gue yakin bukan lo tujuan dia," katanya, sambil memandang rendah Lily. Seakan Lily sangat tidak pantas bersanding dengan kakak sepupunya itu.
Dan itu memang benar. Alasan awal mengapa Pra menikah dengannya tujuannya adalah mempertahankan warisannya. Meski sekarang Pra berkata bahwa Pra mencintainya, namun Lily tidak bisa percaya begitu saja.
"Dan berapa banyak yang Pra tawarin buat lo, hm? Lucu ya, dulu lo sok-sokan nolak uang gue."
"Gue bukan pelacur, brengsek." Lily diselimuti amarah. Seluruh tubuhnya terasa panas, tangannya terkepal keras dan wajahnya sudah memerah sama seperti sepasang matanya.
Yuda tertawa meremehkan. Sekarang tahu kan, apa alasan Lily sangat membenci mantannya yang satu ini?! Ya, dia pria yang sangat buruk. Awal kenal dengannya tentu Yuda adalah pria yang sangat manis, romantis dan sangat baik. Namun sifat aslinya keluar ketika satu tahun menjalin kasih. Awal bertemu, usia Lily baru sembilan belas tahun, berbeda tiga tahun dengan Yuda. Beberapa bulan berpacaran, tingkah Yuda kadang membuat Lily merasa risih. Puncaknya ketika Lily berulang tahun, pria itu memberikan Lily kejutan di sebuah kamar hotel yang disewanya, menghiasi ruangan itu dengan bunga-bunga, lilin dan balon-balon hitam. Sangat romantis.
Namun Lily tak mengira kalau Yuda memiliki maksud lain. Ia menolak keinginan pria itu, namun Yuda bersikeras. Bahkan memberinya begitu banyak uang untuk melakukan sesuatu yang tabu bagi Lily. Ya, Lily tahu betapa kerasnya Jakarta dan betapa sulitnya para wanita di kota itu menjaga kesuciannya sebelum menikah.
Namun sangat beruntung bagi Lily yang selalu membawa semprotan cabai di tas selempangnya. Ia menyemprotkannya ke wajah Yuda lalu menendang milik pria itu agar tidak bisa mengejarnya.
Malam ulang tahunnya yang kedua puluh adalah sebuah tragedi. Untungnya setelah itu, Yuda tak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.
Jadi, jangan heran kalau Lily sangat membenci pria di hadapannya ini.
"Apa bedanya, hah?! Pada akhirnya karena semua fasilitas yang Pra kasih, lo buka kaki lo—"
Byur
"Ah shit!"
Yuda berdiri dengan cepat sampai membuat kursi yang didudukinya jatuh. Wajahnya basah terkena siraman teh dingin dari wanita yang juga sudah berdiri di sebrang mejanya.
"LO BENER-BENER MANUSIA PALING BURUK YANG PERNAH GUE TEMUIN!"
Semua keributan itu menarik perhatian para pengunjung restoran. Pra yang baru keluar dan melihat kejadian itu berjalan cepat menghampiri keduanya.
"Ada apa, Lily?" tanyanya langsung. Namun, Lily membuang muka darinya, mengambil tasnya yang ada di atas meja kemudian hendak berjalan pergi. Pra pun langsung menahan lengannya, membuatnya bersitatap dengan wanita itu sehingga ia bisa melihat air mata yang menggenang di pelupuknya. Seakan Lily menahannya begitu keras agar tak terjatuh. Pasti rasanya sangat menyesakkan.
Pra mengepalkan tangannya dengan kuat, tak perlu penjelasan apa-apa lagi, ia langsung melepaskan pegangannya dari lengan Lily, kemudian menarik kerah pakaian Yuda dan melayangkan pukulannya dengan keras sampai membuat pria itu jatuh ke lantai dan disusul dengan suara pekikan orang-orang yang memperhatikan mereka.
Lily pun begitu terkejut. Tak menyangka Pra akan melakukan itu demi dirinya. Padahal, Lily bahkan belum mengatakan apapun. Dan lagi, Yuda adalah sepupunya, sedangkan Lily adalah orang yang baru satu bulan lebih dikenalnya.
JADI, APA ALASAN PRA MELAKUKANNYA?
Namun, sebelum menemukan jawabannya, sekarang yang lebih penting adalah menarik Pra agar tak membuat keributan lebih banyak lagi.
"Aku mau pergi dari sini," pinta Lily.
Pra mengeraskan rahangnya, menatap Yuda yang terbatuk dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Kemudian Pra menarik napas panjang, merangkul bahu Lily dan membawanya untuk berjalan pergi.
"Did he hurt you, Sayang?"
Setitik air mata Lily akhirnya terjatuh ditanya selembut itu oleh Pra.
"His my ex, Pra. He almost raped me on my twentieth birthday."
"SHIT! I'LL BEAT HIM TO DEATH."
"PRAA."
KACAU.
Pra kembali berbalik, dan seperti yang dikatakannya, ia langsung memukuli Yuda. Bahkan perlawanan yang Yuda berikan tidak ada artinya. Beberapa pegawai dan pengunjung pria yang mencoba untuk menariknya pun malah terpental. Pra seperti orang kesetanan. Lily bahkan tidak berani untuk mendekatinya meski yang membuat Pra dibutakan oleh amarah adalah karena ucapannya tadi.
==========
Kamis, 27 Juni 2024Masih setia nungguin gaakk???
Aku rajin update kaaann?
Cuma gak bisa setiap harii hehe
Makasih yaah masih nemenin aku sampai sekarang 🤗🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became Cinderella
RomansaNew Story!!! ©2024 *** Hidupnya berubah seperti kisah Cinderella hanya dalam semalam. Semuanya berawal dari pesta yang ia datangi bersama sahabatnya. Di situlah awal dari semua keajaiban terjadi, dimana ketika seorang pria yang tak dikenal menanyaka...