12. "I love you" "Thank you"

490 76 1
                                    

Don't be scared about everything. Semuanya akan aku hadapi untuk kamu. Even if you are the villain, i will still be on your side.
-Pra-

$$$

Yuda dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri setelah menerima pukulan bertubi-tubi dari Pra. Lily pun ketakutan karena ia merupakan penyebab dari masalah ini. Meski bagi Pra, Lily tidak bersalah sama sekali. Bahkan Pra sudah menghubungi pengacaranya, kalau-kalau kedua orang tua Yuda akan menuntutnya. Meski itu sama artinya mereka memperbesar masalahnya sendiri.

"Tenang aja, he's still alive."

Lily menengadahkan kepala, kedua tangannya masih sibuk memberikan kompresan dingin di kedua tangan Pra yang memar karena memukul berkali-kali. Mereka kini sudah berada di villa, Pra bahkan tidak mau repot mengantarkan Yuda yang dibawa ke rumah sakit dengan ambulance.

"Kenapa, Pra?" tanya Lily.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu pukulin Yuda sampe kaya gitu?"

"You said he almost raped you! Gimana aku bisa diem aja?!"

"Iya, tapi itu kan masa laluku. Bahkan terjadi sebelum kamu dateng di hidup aku."

"And now aku udah ada di hidup kamu dan tahu soal itu. Lalu pelakunya ada di depan mataku, jadi kamu harap aku bisa tetap diem aja?"

"Tapi dia sepupu kamu."

"Bahkan kalaupun dia adik kandungku, aku akan tetap melakukan hal yang sama."

Lily tertegun mendengar setiap jawaban Pra yang tak ada ragu sedikitpun itu. Ketegasan itu terlihat dari sorot matanya, dan emosi itu tersalur lewat sepasang alisnya yang hampir bertaut.

Hati Lily terasa hangat. Untuk pertama kalinya ada orang yang membelanya selain Cici. Orang yang tak butuh setumpuk alasan darinya. Orang yang sudah pasti akan ada di pihaknya. Membuat hati Lily tersentuh. Dengan perlahan ia memeluk Pra yang kini duduk pada kursi bar di pantry yang cukup tinggi. Menyandarkan dagunya pada pundak pria itu kemudian mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, Pra."

"Jangan berterima kasih untuk sesuatu yang memang udah seharusnya aku lakukan, Sayang."

Lily merasakan usapan lembut di punggungnya dari kedua tangan besar Pra yang terluka. Lily pun sedikit menjauhkan diri agar bisa menatap Pra kembali, namun tetap membiarkan tangan Pra yang saling bertaut melingkar di pinggangnya.

"Apa yang nanti kamu bilang ke keluarga kamu kalau mereka tanya alasan kamu mukulin Yuda?"

"Kamu gak usah pikirin soal itu. Tenang aja, ini gak akan jadi masalah besar. Bahkan seakan gak terjadi apa-apa. Dan akan aku pastiin kalau kamu gak akan ketemu sama Yuda lagi."

Entahlah, jika Pra sudah berkata begitu, rasanya Lily benar-benar merasa tenang dan aman.

Lalu, apakah ia mulai percaya dengan segala yang Pra ucapkan?

***

Malam ini, Lily duduk di halaman belakang villa. Ada api unggun yang menemani di sisinya, memberikan rasa hangat pada dinginnya malam. Pemandangan gelapnya lautan seakan mendukung lamunan Lily malam ini. Tiba-tiba saja, ucapan Yuda tadi siang terlintas di pikirannya.

Karena kalau dipikirkan lagi, awal hubungannya dengan Pra terjadi adalah karena Pra menjanjikannya begitu banyak materi. Kemudian, kini dirinya menjadi milik Pra. Bukankah, tidak ada bedanya dengan ia menjual diri?

Kini Lily menertawakan dirinya sendiri. Bersama dengan air matanya yang tanpa diminta sudah berlinang membasahi permukaan pipinya yang halus. Membodohi dirinya sendiri yang begitu tak tahu malu. Katakanlah bahwa kini ia bisa membeli barang apapun yang ia mau, ia bisa makan apapun di restoran mana pun, bahkan di jarinya kini tersemat cincin dengan hiasan batu berlian berwarna merah muda yang tak akan pernah mampu Lily beli dengan uangnya sendiri. Bukan hanya itu, ia bahkan sudah pernah naik helikopter hanya untuk berkeliling pantai Bali.

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang