prolog : dia dibesarkan dengan janji

374 47 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Pemuda berusia 16 tahun itu berdecak pelan melihat hasil ujiannya kali ini. Tertulis angka 90 disana, yang berarti nilai tidak memuaskan baginya. Ia sedikit khawatir bagaimana ia pulang hari ini.

Namun ia segera mengenyampingkan pikiran itu ketika melihat adik yang berbeda 6 bulan darinya itu berjalan keluar dari gerbang sekolah. Tampaknya adiknya itu sedikit pucat dari biasanya.

Dengan sedikit kekhawatiran, ia bergegas mendekati adiknya sembari berdoa agar adiknya tidak memiliki masalah.

"Kamal!"

Dengan langkah terburu ia menyerukan nama pemuda bongsor itu. Namun sayangnya pemuda itu tidak mendengar panggilannya. Hanya langkahnya yang terhenti ketika ia melihat sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan Kamal - adiknya.

Ia memperhatikan wajah supir keluarganya itu hingga beberapa saat kemudian mobil itu pergi membawa Kamal adiknya. Meninggalkan dirinya yang tentu saja memiliki tujuan yang sama dengan Kamal.

Pemuda itu akhirnya memilih bus lagi sebagai sarananya untuk pulang. Ia sedikit berharap agar ayahnya tidak mempermasalahkan nilainya kali ini.

❛❛occasion -

"Kalau nilai Teguh bagus kali ini papa akan mengabulkan permintaan Teguh."

Pemuda itu - Teguh, masih mengingat janji yang selalu diucapkan ayahnya ketika ia masih kecil. Dimana ia bisa mewujudkan permohonannya hanya dengan sebuah nilai di atas kertas. Teguh yang masih kecil saat itu tentu saja menjadi berambisi untuk mendapatkan nilai nilai yang dapat memuaskan ayahnya itu. Namun sayangnya ayahnya hanya dapat mengabulkan permintaannya yang bersifat materi kala itu.

Tentu saja keluarga mereka berkecukupan. Teguh yang tak memiliki banyak keinginan materi ketika belia tersebut merasa kecewa dengan ayahnya. Sifat kekanakannya menuntutnya untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, yang sayangnya kala itu hanya dilimpahkan kepada adik tirinya, Kamal.

Teguh kecewa. Rumah yang selalu sepi itu tak memberikannya kehangatan, saudara tertuanya pun abai terhadap nya. Teguh kecil itu hanya mengandalkan Kamal sebagai teman bermainnya, meski kadang ibu tirinya meliriknya dengan mata yang membesar.

Tak lama ia sedikit beranjak dewasa, seorang pemuda menghampirinya dan mengatakan fakta bahwa mereka bersaudara. Pemuda itu memperkenalkan dirinya dengan nama Jian. Dan semenjak saat itu ia merasakan kehangatan dari lubuk hatinya. Ternyata begini rasa kasih sayang seorang abang. Pikirnya.

Sayangnya, ayahnya mengetahui pertemuannya dengan sang abang itu. Amarah tersulut di hati ayahnya, ketika melihat anak kandungnya yang terpisahkan sebelumnya itu bertemu. Teguh yang sewaktu itu masih kecil tidak mengerti alasan amarah ayahnya itu. Yang pastinya, sikap orangtua laki lakinya itu berubah drastis saat itu.

Nilai yang biasanya dibalas dengan sebuah materi, berganti menjadi sebuah tuntutan yang harus ia dapatkan. Tak ada lagi janji manis dari ayahnya, melainkan lebam yang ia dapatkan ketika nilai tersebut tidak terpenuhi. Teguh sedikit meragukan apakah karena pertemuannya dengan sang kakak yang membuat ayahnya berubah atau ada hal lainnya.

Yang pastinya ia tidak mendengarkan ucapan ayahnya sepenuhnya. Ia terus berkomunikasi baik dengan sang abang yang berbeda arah pulang itu. Belakangan ia mengetahui bahwa ternyata ia memiliki 3 abang, termasuk Byan, abangnya yang jarang menampakkan senyumannya itu.

❛❛occasion -

29/07/23

OccasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang