Alicia iseng membuka instagramnya yang beberapa hari ini tak tersentuh. Sembari menunggu kelas sore dimulai. Dia mencari akun instagram pribadi Yoga. Mencoba menelusuri followers Yoga untuk menemukan akun pribadi milik Devan.
Yah, bukannya stalker yang agak aneh. Hanya saja, Alicia ingin tahu sedikit latar belakang Devan, teman barunya. Ya meskipun Alicia lumayan percaya, bahwa Devan bukan tipikal orang yang nyeleneh. Jika dilihat dari Yoga juga bukan orang yang aneh-aneh. Biasanya, adik kakak tidak jauh beda kan?
Alicia mengetikkan prediksi username yang digunakan Devan. Tetapi, setelah tiga kali mencoba dengan keyword berbeda, tidak ditemukan.
Pantang menyerah, Alicia langsung mengetik username persis dengan nama Devan di kolom pencarian.
devanevander
"Nah ini ada." Alicia tidak kepikiran sejak tadi, apabila bisa langsung mencarinya di kolom pencarian. Karena pikirnya, biasanya kakak-adik saling follow. Tetapi, untuk mereka tidak berlaku ternyata. Untung saja, nama Devan tidak legendaris sehingga tidak sudah untuk ditemukan.
Alicia duga, isinya bakalan mencakup beberapa bagian kehidupannya. Terbatas, malah ini akun hanya terdapat lima feed yang memuat gambar pemandangan pagi hari. Sama sekali tak ada tanda-tanda identitas Devan, apalagi postingan tag dan sorotannya juga kosong.
"Minggir woi, ngapain sih!?"
Alicia sontak mengalihkan fokusnya kepada suara serak-serak kering itu. Siapa lagi kalau bukan Amira.
Dia hanya menepuk jidatnya, masalah ini lagi. Fira and the genk kumat. Terlihat kurang kerjaan sekali mereka, kelas belum mulai saja sudah mengajak ribut.
"Fir, stop!" Alicia segera berdiri ketika Amira mulai dijambak oleh Fira. Langkah dari tempat duduknya yang sedang menempati di deretan paling belakang, membuat didahului oleh Afif.
Afif yang baru datang dengan Yoga, ikut melerai kegaduhan sore hangat ini.
"Fir, kita nggak pernah membuat kerusuhan ke kamu dan dua sohibmu ini. Sudahlah, kalau masalah yang kemarin, aku sudah tahu kok kalau menurutmu memang keliru. Nggak perlu diperpanjang lagi." Alicia memberikan penegasan dengan nada yang santai.
Namun, balasan mereka hanya menampilkan wajah-wajah songong nan menyebalkan itu. Mungkin saja, jika ada masalah personal lainnya Fira dengan Amira.
"Sudah bukan waktunya kalian meributkan hal receh kayak gini. Mending balik deh ketempat duduk masing-masing." Afif sebagai penengah dari keributan itu. Dia mengisyaratkan Fira untuk segera pergi dari hadapannya, dengan tangan yang menunjuk pada arah bangku.
"Dah lah Mir, jangan dibikin pusing." Alicia mengajak Amira segera duduk di bangkunya.
"Oh iya, ada news rek." Afif memulai pembicaraan. Baru saja dia nimbrun di sekitar bangku Alicia. Mengambil space ter-fleksibel.
"Apa nih?" Alicia mulai penasaran.
"Kemarin aku dapat informasi kalau sekarang nih ya, semua jenis kelas di kampus ini wajib ikut kegiatan non mata kuliah." Afif melanjutkan informasi yang disampaikan itu.
"Gitu aja dipercaya. Yang wajib kan ibadah," celetuk Amira yang duduk di sebelah Yoga itu. Dia ingin tertawa saja mendengar informasi yang menurutnya aneh ini.
Tanggapan Amira itu sontak membuat Afif menatap sini. "Mir, namanya informasi. Aku sekedar menyampaikan. Nanti kalau nggak disampaikan salah lagi."
"Memang itu informasinya darimana, Fif?" tanya Alicia. Dikhawatirkan sumbernya bukan dari yang terpercaya.
"Dari Ketua BEM kampus." Afif tersenyum lebar. Antara ragu jawaban ini akan mendapatkan skak dari teman-temannya.
"Lalu? Apa dia ujung-ujungnya ngajak ikutan oprec BEM supaya bisa reorganisasi? Hahaha." Yoga yang awalnya memainkan ponselnya ikut menyahuti dengan nada menyindirnya itu.
"Bukannya negatif thinking sih. Tapi Fif, perkara keikutsertaan kita di kegiatan non mata kuliah, apakah bakalan pengaruh ke IPK? Atau syarat untuk kelulusan besok?" Alicia menambahkan.
"Gak gitu Al. Bener sih Yoga, jangan-jangan malahan dia lagi seret anggota ke circle BEM dia? Emang kalau kita kupu-kupu juga bakalan berdampak buruk apa?" Amira semakin heran.
Afif berpikir sejenak, mengingat-ingat apa yang dikatakan si ketua BEM ketika berpapasan di dekat gedung rektorat kemarin. "Kalau dari kata-katanya dia sih ya, kelihatan bukan seperti affiliator untuk ngajak ke BEM utama. Cuma dia bilang, dengan kita ikut kegiatan non matkul bakalan membantu mempermudah kelulusan dari poin keaktifan terlibat kegiatan. Nah, kegiatan yang dimaksud bisa organisasi, kepanitiaan, dan UKM."
"Stress apa!? Kita nih bukan kelas reguler suruh ikutan begituan. Badan habis pulang kerja aja sudah linu nan remek gini. Ikut perkuliahan absen 70% aja sudah untung-untungan." Amira membantah. Aneh saja mahasiswa kelas sore diminta ikutan kegiatan kampus. Padahal, tahun lalu tidak ada aturan seperti ini.
"Gak ada gantinya ya untuk menggantikan poin yang dimaksud itu? Seperti menggunakan cara lain gitu?" tanya Alicia mengkritisi. Dipikir-pikir, cukup melelahkan juga jika aturan itu diikuti. Lebih baik dia mengerjakan tugas tambahan setiap mata kuliah.
"Ya, bisa sih. Pokoknya ada ikut kegiatan, entah volunteer atau kegiatan di luar kampus yang bisa dibuktikan dengan sertifikat. Cuma lebih direkomendasikan yang dalam kampus aja, soalnya nggak begitu ribet dibandingkan harus cari relasi atau kelompok kegiatan dari luar kampus," jelas Afif.
"Hm hm hm. Kalau UKM ya, setahu aku ada kegiatan disini yang nggak begitu sibuk dan kebanyakan aturan konyol ataupun senioritasnya. Lumayan ngaruh juga ke nilai sih kalau kita gunakan ilmunya untuk mengerjakan tugas kuliah. Namanya UKM teknologi." Yoga menyodorkan ponselnya, menunjukkan poster rekrutmen Unit Kegiatan Mahasiswa yang dimaksud. "Kalau kalian ingin ngikutin aturan baru itu, mendingan disini aja kalau minat. Mereka lumayan ngerti dengan kita sebagai anak kelas sore."
"Nah, solusi tuh Yog." Afif menyetujui. "Legendaris nggak aneh itu aturannya."
"Kalau UKM kewirausahaan yang dipromosikan minggu lalu?" tanya Amira. "Gimana kalau kita ikut?"
"Ah, nggak Mir. Itu isinya orang-orang toxic. Mana programnya jualan risol online." Yoga menyanggah ajakan Amira itu.
"Masih sih? Serius aku mau daftar itu beberapa hari lalu, tapi belum jadi. Aku lihat pengurusnya baik-baik gitu, friendly." Alicia mengerutkan keningnya. Yoga seperti bandar informasi yang mengerti seluk beluk kampus.
"Semua awalnya pasti gitu Al. Dimana-mana, narik anggota di oprec, pasti dikasih pemanis." Yoga menunjukkan senyum miringnya. Dikira dia tidak tahu apa niat mereka.
Afif mengangguk-angguk. "Kelihatannya kamu tahu banyak Yog. Menurutmu, kalau Organisasi Pemuda Berkarya? Aman nggak?"
"Mending himpunan jurusan sekalian Fif. Tuh OPB jarang kelihatan bikin kegiatan di dalam sini. Agak kurang validasi," saran Yoga, mencoba meyakinkan.
Alicia menyipit, tertawa kecil. "Tuh kan, kamu malah kayak promosi sih Yog?"
"Loh ndak. Aku ini lagi mengungkap fakta. Masa kalian nggak percaya? Emang dari dulu kamu pernah aku bohongin?" Lagi-lagi Yoga kekeh dengan pendapatnya itu.
"Barangkali aja ya kalian bingung, makanya aku rekomendasi itu. Jobdesc mereka lumayan sesuai gitu. Dan ceritanya nih ya, mereka menghapus budaya keterlaluan kayak senioritas itu. Ya, jalan tengahnya mending di UKM teknologi dan himpunan jurusan. Satu lagi sih, keagamaan." Yoga menerangkan ulang.
"Kok kamu tahu banyak? Dari mana nih?" Alicia terheran-heran. Agak meragukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
Ficción GeneralAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...