#31

532 44 2
                                    

Guru Steyra Academica

-Adelene Dé Cloups-

Seorang pria botak duduk di meja paling ujung. Mereka bertiga duduk di deretan bangku yang berada di sebelah kanan pria botak itu. Pria itu adalah kepala akademi.

Adelene menatap pria itu sambil menahan tawanya. Joan sudah terlebih dahulu mengancamnya agar tak berperilaku aneh-aneh atau menimbulkan keributan di akademi.

Ruangan yang berisikan meja panjang dan banyak kursi dengan lampu gantung yang indah berada di langit-langit ruangan tersebut. Sangat luas dibandingkan kamarnya yang berada di kediaman Baron Predix.

Corak tupai menghiasi beberapa bagian, termasuk pilar dan juga pintu. Sesuka itukah pria botak itu dengan tupai?

"Ada tujuan apa Saintess dan Sainess mendatangi akademi secara tiba-tiba?" tanya pria botak itu terkesan sinis.

Adelene mencium bau-bau kekesalan. Ia menyenderkan tubuhnya pada bangku yang memiliki penyangga di belakang. Terlihat santai saat mata pria botak itu menatapnya tajam dan penuh peringatan.

"Kehadiran kami disini sudah di setujui oleh pihak Kerajaan terlebih dahulu. Mungkin, surat perizinannya belum tersampaikan kepada anda."

Pernyataan dari Joan tak menghilangkan raut sinis dari pria botak itu. Adelene jadi curiga dengan suatu hal.

"Tuan botak, kau menjadi kepala akademi karena memberi imbalan kepada para petinggi akademi 'kan?" celetuk Adelene.

Joan dan Veronica tersenyum paksa dan mereka sangat malu dengan perkataan yang keluar dari mulu Adelene secara tiba-tiba.

"Adelene bisa tidak kau tak membuat masalah dalam sehari?" Veronica berbisik padanya penuh penekanan. Adelene menaikkan bahunya acuh, ia menatap remeh pria botak itu dan kemudian terkikik geli.

"Aku bercanda," katanya santai. Adelene beranjak dari tempat duduknya dan merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku. "Jika kau marah mungkin yang aku katakan adalah kebenaran. Sudahlah, aku ingin berkeliling dan melihat-lihat bagaimana isi dari akademi ini." Tanpa menghiraukan ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu Adelene melangkah keluar untuk berkeliling.

Ia memandang lapangan hijau yang terdapat beberapa murid sedang berlatih memanah. Menatapnya penuh minat, Adelene berjalan melangkahkan kaki menuju lapangan dan berniat untuk melihat mereka latihan.

Beberapa orang bertanya-tanya tentang Adelene. Warna rambut dan matanya yang sering menjadi topik perbincangan saat ia menginjakkan kaki ke daerah yang tak pernah ia kunjungi. Adelene sudah terbiasa dengan hal itu.

"Maaf, apakah kau tamu dari Tuan Wota?" tanya pria yang menjadi pengajar. Adelene melihat pria yang cukup tampan dengan bulu-bulu halus yang terlihat di rahang tegas pria itu.

"Kau guru yang mengajar di sini?" tanya balik Adelene.  Pria itu mengangguk, menyuruh muridnya untuk menaruh panah dan busur miliknya.

"Apakah kau tamu dari Tuan Wota?" ulang pria itu. Adelene diam menatap pria itu sedikit lama dan kemudian tersadar.

"Ah iya aku adalah tamu dari Tuan Wota."

Adelene tersadar saat mengetahui nama pria botak itu adalah Wota. Unik dan mungkin cocok dengan bentukan dari pria botak itu.

Ia melihat para murid yang memanah target yang  terbuat dari papan. Tangan gadis itu tiba-tiba gatal, rasanya ia ingin kembali memanah. Saat di pulau juga ia sering berburu dengan cara memanah.

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang