10¹ + 2 + 10

2.4K 220 8
                                    

Ibunya Junho
"Paman pilot...Nono lindu.."

Mendengar pesan suara dari Junho, keberanian Jeno mulai terkumpul kembali. Ia bertekad akan menemui Junho dan Haechan lagi. Tidak peduli jika nanti Haechan akan menganggap ia bodoh atau apapun itu. Yang terpenting sekarang, ia tahu putranya merindukannya begitu pula sebalikanya. Karena itu mereka berhak untuk bertemu.

Jeno pun memutuskan untuk tetap menunggu Haechan dan Junho keluar dari toko. Kurang lebih selama dua jam dia di sana. Dan selama itu pula ia berkali-kali memutar pesan suara yang dikirimkan Junho. Sesekali ia juga menjawab, "Ayah juga Nak.."

Jeno juga tidak bisa berhenti mengeluarkan air matanya. Hari ini banyak sekali kejadian bertubi-tubi yang menghantam relung hatinya. Membuat jiwanya sebagai seorang ayah tersentuh. Mulai dari cerita perjuangan Haechan mempertahankan anak mereka hingga  ciutan rindu yang ia dapat dari putranya. Hatinya benar-benar tengah terluka dan ia butuh obatnya. Jeno yakin obat dari luka yang kini hatinya rasakan adalah Haechan dan Junho.  Jika ia ingin sembuh, maka ia harus segera mendapatkan obatnya kembali.

Pintu toko mulai terbuka dan terpantau Haechan dan Junho keluar dari sana. Jeno segera turun dari mobil dan memanggil Junho.

"Nono !" Baik Haechan maupun Junho yang tengah digandengnya lantas menoleh ke seberang begitu mendengar ada yang memanggil. Respon keduanya berbeda, Junho dengan rasa senang yang mendominasi dan Haechan dengan keterkejutannya.

"Paman pilot !" Junho refleks melepas tangan Ibunya dan segera berlari ke arah Jeno.

"Junho awas !" Haechan dan Jeno berlari bersamaan ke arah Junho yang tengah menyebrang jalan. Tiba-tiba saja ada mobil yang melaju secara cukup cepat.

Brak !

Beruntung ketiganya selamat. Jeno dengan kecepatan larinya memeluk Haechan dan Junho bersamaan dan membawa keduanya ke arah tepi jalan. Hanya saja pergerakan Jeno agak sedikit terlambat, akibatnya bagian bahu Jeno sedikit terkena hantaman mobil. Ia terhuyung, namun tetap berusaha menahan Haechan dan Junho dalam pelukannya agar tidak terjatuh.

"Kalian baik-baik saja ?" Jeno melepas pelukan lalu memeriksa kondisi Haechan dan Junho secara bergantian. Memastikan keduanya dalam keadaan baik-baik saja.

Haechan mengangguk, sementara Junho sepertinya masih syok dengan apa yang baru saja terjadi. "Nono baik-baik saja ? Kita harus ke rumah sakit." Perlahan Junho menggeleng. Anak itu lalu menyentuh bagian bahu Jeno. "Ini pasti sakit, tadi mobilnya menablak bahu paman kan ?" Junho jelas tahu bahu Jeno terluka karena posisinya yang berada di tengah orang tuanya.

Haechan pun ikutan panik, tanpa pikir panjang ia membuka beberapa kancing kemeja Jeno dan memeriksa luka di bahu laki-laki yang pernah menjadi suaminya itu, "Ya Tuhan.." Ia mendapati memar yang cukup lebar di bahu Jeno. Ia menyentuh luka itu, tanpa sadar air matanya menetes.

"Tu-tuan..ini..pasti sakit sekali.." Jeno justru tersenyum. Ia senang dengan ekspresi khawatir yang jelas tergambar di wajah Haechan. Semoga apa yang kini ia pikirkan adalah suatu kebenaran. Haechannya masih sama dengan yang dulu, Haechan yang masih mencintainya.

Melihat respon Jeno yang hanya memandangnya sambil tersenyum, Haechan pun tersadar. Ia sudah terlalu lancang menyentuh Jeno, "Ah, maafkan saya tuan."

"Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja."

"Paman, ayo ke lumah Nono saja. Nanti Ibu obati paman." Jeno yang mendengar itu tentu saja senang.

"Sayang, Ibu bukan dokter. Paman pilot harus ke rumah sakit biar cepat sembuh." Sanggah Haechan.

"Ihh Ibu kan memalnya dikomples-komples pake es batu..Ibu bagaimana sih, masa begitu saja tidak bisa."

Jeno mengelus sejenak pucuk putranya. Junho tampaknya benar-benar pintar. "Junho benar, dikompres dengan es mungkin bisa meredakan memarnya."

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang