04 : malam yang panjang

231 39 12
                                    

Udara dingin malam menusuk kulit putih Kamal, membuat pemuda itu bergidik kedinginan. Kamal terbangun dari tidurnya merasakan paru parunya yang kesulitan meraup udara. Oleh karena itu ia mengambil posisi duduk guna mengatur napasnya.

Masih dengan dadanya yang sesak, Kamal bergegas mengambil inhaler di laci nakasnya. Netranya menelisik sejenak untuk mencari tau dari mana asal udara dingin ini. Ah ternyata ia lupa menutup balkonnya.

Dalam posisi duduk tegaknya, ia menyemprotkan obat itu ke mulutnya dan menahan napas selama beberapa detik. Masih sedikit sesak, namun butuh beberapa menit lagi untuk mengambil dosis berikutnya.

Selanjutnya hal kedua yang harus ia lakukan adalah mengatasi udara dingin ini dengan menutup pintu balkonnya. Kamal meremat dadanya yang sedikit sesak, sebelum berjalan pelan ke balkon.

Sejenak ia mendengar suara petikan gitar dan suara nyanyian samar samar dari balkonnya. Ia sedikit menduga bahwa suara tersebut berasal dari lantai 3 yang tepat berada di atasnya. Kamar sang pemuda yang tua darinya 5 tahun itu.

Perasaan rindu mendominasi hatinya. Dulu, dulu sekali ia sering mendengarkan musik gratis ini di balkon tanpa sepengetahuan Byan. Namun aktivitas itu akhirnya diketahui ketika Teguh mendapatinya sesak napas di balkon sendirian. Semenjak saat itu, Teguh selalu mengawasinya setiap malam agar dirinya tidak membuka pintu balkonnya malam hari lagi.

Ngomong ngomong tentang Teguh, ia penasaran dengan saudara tidak sedarahnya itu. Dibesarkan bersamaan, membuat Kamal hafal setiap kebiasaan Teguh. Mengingat Teguh tadi menggaruk tengkuknya ketika ia menanyakan kemana Teguh berpergian, sudah dipastikan bahwa pemuda itu canggung atau mungkin menyimpan sesuatu. Padahal biasanya Teguh selalu mengabarinya atau mungkin mengajaknya keluar bersama. Sepertinya Kamal akan menyimpannya untuk saat ini.

So we drive on the left lane out in a rush
Looking back at the red lights passing us by
Yes, I know we shouldn't go that far
But I could wonder

Gimme a feeling
Slowly in a deja vu
Gimme a feeling
Do you wanna feel it too

If this time is the last drive out in the haze
Take me in for the last time into your eyes
Yes, I know we shouldn't go that far
But I could wonder

Gimme a feeling
Slowly in a deja vu
Gimme a feeling
Cause you wanna feel it too

(Wonder — Ador)

Suara Byan memang patut diacungi jempol. Kamal sangat menikmati permainan musik Byan kali ini. Petikan gitar bercampur suara bass Byan membuat suasana melankolis tersendiri bagi Kamal. Satu masalahnya kali ini adalah dadanya yang kembali sesak karena berlamaan di balkon. Kamal berusaha menahannya dengan memukul sedikit dadanya untuk mendengar nyanyian itu sampai akhir.

Tak lama akhirnya petikan gitar itu terhenti, digantikan oleh sedikit lirihan yang tidak dapat di dengar Kamal sepenuhnya. Sedikit penasaran, Kamal memutuskan untuk ke kamar Byan melihat kondisinya.

Di depan pintu Byan, ia mengetuk pintu tersebut terlebih dahulu menghindari amarah Byan jika ia masuk sembarangan. Namun ia tidak mendapati jawabannya dari dalam, oleh karena itu ia memutuskan untuk memutar ganggang pintu itu yang untungnya Byan tidak menguncinya.

"Uhuk—"

Kamal terbatuk menyadari adanya asap yang memasuki rongga pernapasannya. Kamar Byan dipenuhi asap rokok, ini pertama kalinya ia mengetahui bahwa Byan merokok.

"Lo ... ngerokok bang?" Kamal menyadari presensi Byan yang masih berada di balkon membelakanginya. Sepertinya Byan tidak menyadari kamarnya yang dimasuki tamu.

Kamal akhirnya memutuskan untuk mendekati Byan sambil mengibaskan asap rokok yang berkumpul di depan wajahnya. Tangannya memegang dadanya yang kini sesaknya semakin bertambah. Ia tidak bisa menghirup asap rokok.

"Bang."

Satu tepukan di bahunya membuat Byan sadar akan kehadiran Kamal. Dengan cepat ia mematikan rokoknya dan membuat puntungnya sembarangan. Byan melirik tangan adik nya yang masih bertengger di bahunya dan berdecak kesal.

Byan menepis tangan Kamal dengan kasar yang membuat Kamal sedikit terdorong dan berakhir jatuh. Ucapannya kira kira sudah Kamal duga selanjutnya,

"Jauhkan tangan kotor lo dari gue. Lo seharusnya sadar diri buat berbicara sama gue. Dasar anak tiri gatau diri."

"Lo ga boleh uhuk- ngerokok bang." Kamal berusaha abai dengan ucapan Byan sebelumnya. Dengan patah patah ia berdiri dan mencoba mengatur napasnya yang kini semakin sulit ia kontrol. Seakan tak ada udara yang bisa ia hirup di kamar penuh asap ini.

Bagaimana ini? Dada Kamal sesak dan terasa memanas sekarang. Tenggorokan nya kering dan semakin sakit ketika ia berbicara. Meski begitu ia masih mencoba menatap mata Byan yang entah mengapa memerah.

"Hah bahkan buat napas aja lu susah. Mending lo urus diri lo sendiri dulu. Gue ga mau direpotkan hanya untuk mengurus orang penyakitan. Teguh mungkin bisa lo manfaatin, tapi gue engga."

Masih dengan menatap mata Byan yang dingin, kini Kamal kembali terjatuh. Bukan karena Byan, tapi kakinya sudah melemas seiring kesadarannya yang mulai menipis. Bahkan perkataan Byan yang tajam itu membuatnya teringat ia meninggalkan inhalernya di kamarnya.

Kamal mencoba meraih baju Byan yang perlahan meninggalkannya keluar kamar. Kamal ingin meminta tolong, setidaknya hanya untuk hari ini saja agar pernapasannya kembali lega. Namun sayangnya bahkan ia sulit mengeluarkan suara karena sibuk mengontrol udara di paru parunya yang kian menipis.

Begitu tangannya meraih Byan pun, Byan langsung menepis tangannya dengan raut datarnya. Tak ada emosi sekalipun disana, entah rasa kasian, amarah ataupun kesal.

"B-bang, uhuk- to-tolong gue. Ehem-" Kamal tak mampu mengucap lebih banyak kata lagi. Suara napasnya bahkan terdengar nyaring sekarang dengan rongga dadanya yang naik turun tak beraturan.

"Gue senang liat lo menderita. Setidaknya anak kesayangan papa harus merasakan kesulitan juga sesekali." Ucapan itu diakhiri dengan senyuman sinis Byan yang lalu kembali membelakangi Kamal seolah tidak menahu mengenai kondisi adik bungsunya itu.

Mata Kamal perlahan meredup mengikuti bayangan Byan yang mulai menghilang. Sepertinya Byan serius akan ucapannya. Kamal hanya berdoa agar setidaknya Teguh atau orangtuanya dapat menemukannya secepatnya.

❛❛occasion —

ga kecepetan alur ceritanya kan? aku inginnya semua keadaan mereka dijelaskan diawal dulu gitu. nanti baru masuk ke konflik utama mereka😭💅
btw maaf hyukaa


30/07/23

OccasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang