*Jihyo POV
"Katakan saja bahwa kau yang membunuhnya Chou Tzuyu!" Kataku tegas selaku Kepala Kepolisian.
"Kau harus mengakui kesalahanmu itu!" Kataku geram pada Pria ini.
"Mengapa aku harus mengakui kesalahan yang tidak kuperbuat? Aku sama sekali tidak membunuhnya. Lagi pula aku tidak kenal pada gadis itu" Katanya.
Aku memutar kedua bola mataku. Sudah hampir Dua Jam aku mengintrogasinya, tapi dia masih belum mengaku bahwa ia pelakunya. Bagaimana tidak semua bukti sudah tertuju padanya. Namun, ia masih keras kepala dengan jawabannya.
"Kamu pikir pihak Kepolisian itu bodoh Chou Tzuyu!" Kataku.
"Semua bukti sudah tertuju padamu. Jadi, alasan apalagi yang akan kau katakan? Sambungku.
"Bukti salah memang tertuju padaku, tapi demi Tuhan aku tidak membunuhnya. Saat aku menemui gadis itu, ia sudah dalam keadaan tewas" Jelasnya.
Aku tersenyum kecut. Baru kali ini aku bertemu dengan tersangka yang keras kepala. Pria ini masih dengan wajah polosnya untuk tidak mengakuinya. Mana ada maling berteriak maling.
"Jangan karena wajah polosmu itu, kau bisa melabuhiku" Kataku.
"Kau tahukan ancaman untuk tidak mau mengakui kesalahan itu jauh lebih berat tahanannya. Jadi, tolong kerja samanya" Sambungku dengan mengintimidasi agar ia mengalah.
Kulihat ia tidak berkutik. Ia hanya diam. Dapat kusimpulkan bahwa ia mengalah dan akan mengakui kesalahannya.
"Sayang sekali Pria tampan ini adalah seorang pembunuh" Batinku.
Kulihat ia menghela napasnya dan menatap tajam mataku.
"Aku memang tidak mempunyai bukti untuk kebenaran berpihak padaku, tapi demi Tuhan aku tidak melakukannya. Jika ingin menahanku dan memenjarakanku silakan, aku tidak lari dan tidak memberontak. Aku hanya bisa pasrah dan menunggu keajaiban itu padaku. Kebenaran pasti akan terungkap" Katanya yang membuatku tak habis pikir. Sungguh tidak ada manusia sepasrah dirinya.
"Apakah aku harus mempercayainya?" Kataku dalam hati.
******
2 MINGGU KEMUDIAN
Sudah Dua Minggu sejak kejadian itu, kami pihak Kepolisian tetap menahan Chou Tzuyu. Sesuai prosedur yang berlaku bahwa semua bukti tertuju padanya, tapi kami masih menyelidiki kasus ini. Hingga kami belum memutuskan sidangnya.
Selama Dua Minggu pula aku merasa ada rasa bersalah padanya dan rasa bimbang. Logikaku berkata bahwa ia bersalah sesuai bukti-bukti yang sudah ada, tapi disisi lain hatiku berfirasat bahwa ia tidak bohong dengan ucapannya. Hingga aku sendirilah yang juga turun tangan menangani kasus ini diluar jam kerja.
"Sepertinya hati selalu menang daripada logika, Ketua Park" Kata Detektif Myoui memeriksa semua bukti yang sudah kami dapatkan.
"Benarkah?" Tanyaku.
"Lihatlah" Katanya memberiku sebuah kamera sangat mini.
Dikamera itu aku melihat Tzuyu seorang diri melewati Apartemen tua. Kulihat ia memotret sekitarnya. Setelah itu ia duduk lalu mengeluarkan buku gambar, pensil dan penghapusnya. Ia mulai melukis Apartemen tua itu. Beberapa saat kemudian ada suara histeris meminta tolong dari dalam Apartemen itu. Tzuyu nampak kaget dan bingung. Ia mencari sumber suara itu, lalu berlari masuk ke dalam Apartemen itu.
"Halo, apakah ada orang disana" Katanya yang celingak-celinguk mencari suara histeris itu.
"Tolongggggg!" Suara Teriakan memekik ditelinga.
Kulihat Tzuyu menaiki anak tangga itu. Ia masih mencari suara itu. Beberapa saat kemudian, ia menemui sebuah kamar yang sudah terbuka. Ada suara tangisan dari dalam. Ia melangkahkan kakinya.
"Aaaaaaa....." Kaget Tzuyu yang melihat gadis berlumuran darah tergeletak dilantai. Sebilah belati tertancap didadanya.
Tzuyu mendekati gadis itu.
"Apa yang terjadi padamu. Aku akan membawamu ke Rumah Sakit" paniknya.
"Darahnya sangat banyak" gumamnya.
Tzuyu langsung memeriksa denyut nadi gadis itu. Dia juga memeriksa apakah gadis itu masih bernapas atau tidak?
"Astaga! apakah ia sudah mati. Ia sudah tidak bernapas" Katanya.
Tzuyu berusaha mencabut belati itu dan tangannya ikut berlumuran darah.
Beberapa saat kemudian, para Polisi datang dan langsung menyergap Tzuyu.
Tiba-tiba kamera mini itu mati.
"Jadi, Tzuyu tidak bersalah" Kataku lega.
Detektif Myoui mengangguk. Aku sangat berterima kasih padanya. Dialah satu-satunya Detektif yang membantuku.
Beberapa saat kemudian, satu hal yang terlintas di benakku? darimana Detektif Myoui menemukan kamera mini itu?
"Detektif Myoui, darimana kamu menemukan kamera mini ini?" Tanyaku.
"Itu milikku" Katanya.
Aku mengernyitkan dahiku. Aku tidak mengerti?
"Selain menjadi Detektif, aku adalah seorang penguntit, tapi itu hanya berlaku untuk Tzuyu" Katanya.
"Aku sengaja memasang kamera mini dibuku gambarnya yang tersambung dengan kameraku. Itu membantuku saat jauh darinya saat aku berada di Jepang" Jelasnya.
"Sepertinya aku melanggar pasal privasi Seseorang kan, Ketua Park?" Tanyanya.
Saat ini bukan hal itu yang ingin kubahas, melainkan apakah Detektif Myoui mengenal Tzuyu?
"Apakah kau mengenal Tzuyu dengan baik?" Tanyaku.
"Tentu saja aku mengenalnya dengan sangat baik" Katanya.
"Hingga kau datang padaku, percaya bahwa ia adalah tersangka, itu membuat aku tak percaya sama sekali" Sambungnya.
"Tzuyu adalah pria yang polos dan sangat jujur. Itu membuat aku menyukainya" Katanya.
Deg!
Entah kenapa aku kaget dan tidak menyukai dia bicara seperti itu? Aku merasa kesal pada Detektif Myoui.
"Mari bersaing dengan sehat, Ketua Park" Katanya tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya.
"Baiklah" Kataku yakin.
Setelah itu kami tertawa bersama. Tidak tahu apa yang ditertawakan?
"Ayo, kita ke Kantor beritahu Tzuyu bahwa ia tidak bersalah" Ajakku.
"Ne, aku tidak sabar ingin bertemu dengannya" Katanya beranjak pergi. Aku hanya memutar kedua bola mataku. Setelah sampai, aku benar-benar akan meminta maaf pada Tzuyu. Aku senang dia bukan seorang pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT (SATZU/MITZU/JITZU)
RandomCerita hanyalah karangan Penulis. Saya berusaha memberikan karya-karya yang baik. 🍭Story tentang couple Satzu, Mitzu, Jitzu atau salah satunya. 🍭Atau mungkin hanya sekedar POV saja.