AGRIÒS # 001

3.1K 512 158
                                    


Tristan menggeram berat. Ia langsung memutar posisi mereka, membuat perempuan itu kini berada dibawah tubuhnya. Tristan membalas tatapan itu tak kalah ganas. Kedua tangan dan kakinya pun turut mengunci pergerakan lawannya. Sorot mata Tristan semakin gelap, penuh intimidasi. Memindai wajah polos mematikan itu. Ia bahkan mengabaikan aroma busuk yang terus menguwar dari perempuan itu.

"Mencoba menyerangku, hm?" desis Tristan, semakin menekan tangannya. Tidak mengizinkan perempuan itu bergerak sedikitpun. Tetapi Tristan tidak sadar jika tindakannya dapat menyakiti lawannya.

"Sa-kit..."

Tristan bergeming saat mendengar kembali satu kata keluar dari bibir pucat itu. Nadanya terdengar merintih lirih, namun anehnya, ekspresi wajahnya masih terkesan datar dan polos.

"Kamu一" ucapan Tristan terhenti ketika merasakan sesuatu yang menjanggal mengenai kakinya.

Tristan langsung menoleh kebelakang, menemukan sebuah rantai besi berukuran besar dan panjang mengunci kaki perempuan itu. Tatapan Tristan mengikuti kemana ujung rantai ini berlabuh, ternyata ujungnya merekat pada sebuah tiang beton yang sepertinya sengaja dibuat, mengingat hampir seluruh bagian rumah ini berbahan kayu.

Oh shit!

Dia seorang tahanan?!

Tristan terhenyak. Ia kembali memusatkan perhatian pada perempuan itu. Entah kenapa, dada Tristan terasa sakit saat menyelami mata biru laut itu. Seolah-olah mata itu menyimpan banyak kisah yang menyakitkan. "Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa seperti ini?" gumam Tristan penasaran. Sebelah tangannya lalu terangkat, merangkum wajah mungil itu, mengelus pipinya lembut.

Firasat Tristan mengatakan jika ada suatu peristiwa tak mengenakan telah terjadi dibalik penyekapan ini. Pasti ada maksud terselubung. Benak Tristan terus menebak-nebak, tidak mungkin dia disekap dan dibiarkan hidup tanpa ada tujuan yang pasti.

"Jang-an pu-kul.. sa-kit.." mata indah itu tiba-tiba berkaca-kaca. Kulit wajahnya mendadak merah, bibirnya cemberut, menahan tangisan. Setetes air disudut matanya hendak menetes, namun sebelum mengalir, Tristan dengan cepat mengusap air mata itu.

Tristan semakin sesak, ia pun segera menenangkan perempuan itu. "Tidak, aku tidak akan menyakitimu. Jangan menangis." bisik Tristan lembut, seakan tidak ingin suaranya menyakiti perempuan itu. Ia pun bangkit dari lalu menuntun perempuan itu ikut bersamanya.

"Siapa yang membuatmu seperti ini?"

Perempuan itu bergeming, tidak menjawab. Matanya masih menatap mata Tristan tanpa berkedip.

Tristan gemas. Ia memeras pelan bahu ringkih itu, tanpa berniat menyakitinya. "Apa dia seorang lelaki?"

Perempuan itu mengangguk. Masih dengan bibir yang terkunci.

"Dia sering memukulmu?"

Lagi, dia mengangguk, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tristan. Namun diluar dugaan, kali ini perempuan itu tiba-tiba menyingkap baju putih lusuh yang dikenakannya, hingga memperlihatkan badan perempuan itu.

Tristan menahan nafas. Bagai ditikam ribuan panah, Tristan merasakan sakit yang teramat didalam hatinya. Mata Tristan menatap nanar badan kurus penuh luka itu. Luka cambuk yang kini telah berwarna biru. Tulang-tulang perempuan itu bahkan mencuat, menandakan betapa tipisnya kulit yang dia miliki ini.

Tangan Tristan gemetar, terulur menyentuh kulit itu. Tidak ada secuilpun nafsu yang merecoki jiwanya. Yang ada hanya rasa kasihan dan amarah. Biadap! Bagaimana bisa orang itu menyiksa gadis kecil ini? Bahkan sampai menyekapnya ditengah hutan belantara dan memperlakukannya melebihi binatang.

Dada Tristan bergemuruh. Gejolak amarah kian membesar, membakar ketenangan dirinya. Tristan mengetatkan rahang, hingga giginya bergemeletuk. Sungguh, rasa ingin membunuh sang pelaku kini mulai menguasainya. Jiwa gelap yang selama ini tersegel, tiba-tiba terbuka, ingin mengambil alih kendali raganya. Nafas Tristan memburu, ekspresi wajahnya telah menjelaskan semua apa yang ia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGRIOS (S#6)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang