13. When The Sun Goes Down

1.6K 217 22
                                    

[A/N]
Aku rekomendasiin baca sambil play lagu Enchanted - Taylor Swift.
Jangan lupa disetting repeat karena chapternya lumayan panjang :)
Happy reading <3

〔༻ 🌠 ༺〕

Suara pintu vila yang dibuka membuat kepala Nila menoleh ke sumber suara. Terlihat keberadaan Arel melangkah masuk sambil membawa jinjingan paper bag.

"Dari mana, Rel? Kok pergi gak bilang-bilang sih?" tanya Nila penasaran lantaran sebelum ia mandi tadi Arel masih ada di vila namun begitu ia selesai pria itu hilang entah kemana.

Arel tidak langsung menyahut. Dia malah berjongkok di hadapan Nila yang sedang menduduki sofa. Dikeluarkannya benda yang tersimpan di dalam paper bag─sepasang sandal boho Bali. "Lo bilang pake sepatu ribet kalau main air."

Mulut Nila menganga kecil, terkejut bercampur senang. Seharian kemarin ia memang memakai sepatu karena sandal satu-satunya yang ia bawa putus. Lantas, sepasang sandal di dekat kakinya itu segera ia kenakan. Nila pun bangun dari duduknya, mencoba bergerak satu-dua langkah. "Pas banget! Lo tau ukuran gue?"

Arel ikut berdiri sambil mengeluarkan sesuatu lagi dari paper bag. "Berkat sendal putus ini," katanya, tersenyum penuh arti.

"Loh? Sendal itu kan udah gue buang?"

"Ya, gue ambil ini dari tempat sampah. Untung gak kotor. Tapi karena sekarang udah gak berguna lagi jadi buang lagi aja." Arel melempar sandal itu ke tempat sampah yang berada sekitar dua meter dari tempatnya berdiri.

"Yaudah ayo, matahari udah mau tenggelem. Nanti kelewat sunset, gue lagi yang diomelin," ajak Arel kemudian berjalan menuju pintu keluar tanpa menunggu respon Nila.

Hari pertama, ketika sore harinya mereka berjalan di bibir pantai usai makan di restoran seafood, hujan tiba-tiba turun, deras dan cukup lama. Hari kedua, Arel ketiduran seperti orang pingsan, sudah Nila bangunkan berkali-kali tetapi tetap tidak bangun hingga malamnya ia diomeli Nila. Jadi hari ini, mereka membuat janji lagi untuk menikmati sunset di pantai.

"Arel." Nila memanggil. Mengakibatkan Arel yang sudah di ambang pintu menoleh padanya. Nila mengulas senyuman cerah. "Makasih!"

Arel terdiam sebentar. Dia lalu tersenyum kecil, mengangguk. Hingga beberapa detik setelahnya, ia dikejutkan oleh Nila yang datang mendekat kemudian menggandeng tangannya dan menautkan kelima jari mereka.

"Ngapain lo pegang-pegang?!" cecar Arel tak terima.

"Biar semua orang tau kalau lo itu punya gue," balas Nila, masih dengan senyuman simpulnya. Usai menutup dan mengunci pintu vila, Nila menarik Arel tanpa ada minat untuk melepas genggaman tangan mereka meski pria itu kini misuh-misuh.

***

Sepasang insan itu tengah menyusuri bibir pantai di kala sang surya hampir di lahap samudera. Tak memedulikan kaki mereka yang kadang basah terkena deburan ombak. Terlihat seperti pasangan bahagia pada umumnya, berjalan berpegangan tangan sembari bersenda gurau.

Arel, yang tadi sibuk misuh-misuh, sekarang sedang bercerita heboh sampai bibirnya manyun-manyun. Tidak lagi peduli dengan sebelah tangannya yang bertaut dengan milik Nila. Entah sudah malas memprotes atau memilih pasrah saja.

Dia bercerita perihal salah satu pertengkaran besarnya dengan sang Kakek. Sumber masalahnya adalah gigi palsu kakeknya yang hilang.

"Gue jadi dituduh ngilangin gigi palsu Kakek! Padahal pas gue selesai lihat udah gue taruh lagi di kamar Kakek. Akhirnya gue cari keliling rumah. Taunya tuh gigi palsu lagi dimainin Ajie di halaman belakang buat ngorek-ngorek tanah, waktu itu dia masih umur lima tahun. Tapi karena Kakek gak pernah tega marahin Ajie jadi tetep gue yang kena marah. Pilih kasih banget emang," celoteh Arel dengan muka masam.

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang