24. Perkuat Keamanan

109 10 16
                                    

Alisya bagi Raka bagaikan berlian yang paling berharga sedangkan Raka bagi Alisya bagaikan pelangi yang selalu menyinari hidupnya. Mereka sama tapi berbeda. Mereka berbeda tetapi sama.

*****

Kacamata hitam, masker hitam, dan juga tudung hodie yang menutupi wajahnya kini menjadi identitas misterius tiga orang pria yang kini sedang berada di depan pintu ruang rawat inap Alisya. Terlihat, tiga orang pria tersebut sedang mengawasi situasi sekitar.

"Maaf, anda siapa? Kenapa berpakaian tertutup seperti ini?" Tegur seorang satpam yang kebetulan tengah berkeliling. Saat melihat ada orang misterius yang sejak tadi berlagak aneh membuatnya menjadi curiga.

"Kami bertiga asisten yang ditugaskan untuk merawat tuan kami yang sedang sakit," balas salah satu diantara mereka memberikan jawaban yang cukup masuk akal.

"Mengapa pakaian anda terlihat sangat aneh?" Tanya satpam itu lagi karena merasa belum puas dengan jawaban mereka bertiga.

Satu per satu dari mereka membuka hodie yang menutupi seragam serba hitamnya lalu memperlihatkan kepada sang satpam jika mereka bertiga itu adalah seorang asisten yang berseragam. Dapat dilihat oleh satpam tersebut sekarang, baju hitam lengkap dengan name tag dan juga label-label logo perusahaan seta celana panjang hitam rapi yang melekat di kakinya.

"Maaf, jika saya sudah merasa curiga dengan anda," kata satpam tersebut sebelum kembali berjalan berkeliling.

Sebetulnya, ia masih merasa curiga dengan ketiga orang tersebut. Pasalnya, ketika mereka membuka hodie dan juga memperlihatkan name tag yang terpasang di bajunya. Salah satu dari mereka memperlihatkan name tag bertuliskan nama seseorang yang umumnya digunakan wanita. Bagaimana tidak? Name tag tersebut bertuliskan 'Amelia Cantika'. Namun, ia tak ingin tahu lebih dalam tentang tiga orang pria tersebut.

Setelah sang satpam pergi menjauh dan juga menghilang di belokan koridor, ketiga pria itu kembali memasang hodie yang tadi sempat mereka lepas. Tanpa lama-lama, mereka pun masuk ke dalam ruang rawat Alisya secara terang-terangan.

"SIAPA KAMU?" Tanya Bi Mina dengan keras saat melihat kedatangan pria asing yang secara tiba-tiba masuk dan sekarang mereka sedang mengelilingi ranjang tidur Alisya.

"TOLONG! ADA PENYUSUP!" Teriak Bi Mina sekeras-kerasnya meminta pertolongan. Namun sialnya, ruangan ini adalah ruangan kedap suara. Mau berteriak sekencang apapun tidak akan ada yang mendengarnya dari luar.

Dua orang pria tadi yang semula berada di samping ranjang tidur Alisya kini bergerak untuk membawa Bi Mina kedalam kamar mandi. Mereka berdua menyekap wanita paruh baya itu didalam sana lalu menguncinya dari luar.

"Hidupmu tidak akan lama lagi." Ujar seorang pria yang kini masih berada di samping ranjang tidur Alisya. Ia mengambil sebuah benda yang ia letakkan di saku hodie-nya.

Pria tersebut mengeluarkan sebuah suntikan yang didalamnya terdapat cairan bius. Dalam segi kedokteran, bius tersebut dapat membuat pasiennya menjadi tidak sadar dan juga mati rasa dalam beberapa waktu. Bius total.

Tak banyak bicara lagi, ia menyuntikkan bius tersebut ke tubuh Alisya yang sedang tertidur pulas. Senyum miring terukir jelas saat ia sudah selesai menyuntikkan bius tersebut. Setelah itu, ia membuang suntikan tadi ke sembarang arah.

"Mari ikut denganku, gadis manis," kata pria itu sebelum menggendong tubuh Alisya membawanya keluar kamar. Tak lupa, ia juga melepas infus yang terpasang di punggung tangan Alisya dengan sangat kasar membuat punggung tangannya mengeluarkan darah segar.

"Cabut," ujarnya memberikan komando kepada dua orang temannya yang sedari tadi hanya diam tak berkutik. Mereka bertiga pun berjalan keluar kamar untuk membawa Alisya ke suatu tempat.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang