Chapter 8 - Maaf

1.4K 181 13
                                        

Dan kini Reva yang sedikit basah sudah berdiri di depan pintu kamar Luna yang ia tau tidak dikunci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan kini Reva yang sedikit basah sudah berdiri di depan pintu kamar Luna yang ia tau tidak dikunci. Berdiri dengan bimbang karena entah kenapa langkahnya terasa berat untuk melangkah.

Tapi setelah ia mendengarkan isak tangis dari dalam kamar itu, ia memantapkan diri untuk membuka pintu dan langsung saja melihat Luna yang kini menangis di balik selimut sambil menutup kedua telinganya.

Dengan cepat Reva menghampiri Luna, menyibak selimutnya lalu memeluk Luna erat sambil berkata kalimat yang sama sewaktu mereka kecil. "Tenang Luna ada aku disini dan selalu akan ada disini".

Namun kali ini balasan Luna berbeda, ia memilih menatap Reva dengan mata yang masih berlinang dan bicara kalimat yang membuat Reva merasa bersalah.

"Apa bisa gue percaya lo? Setelah lo ninggalin gue?"

•••

Reva menghentikan semua pergerakannya, dan memilih membalas tatapan Luna. Ada kesedihan dan kecewa disana, Reva sadar betul apa alasannya.

"Gue janji lun" ucap Reva singkat sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya, lalu merevisi ucapannya.

"Ngga gue ngga mau janji, gue akan buktiin.. gue bakalan buktiin kalo gue masih Reva yang sama, Reva sahabat lo" Reva mencoba meyakinkan Luna dalam tatapan itu, lalu rasanya sedikit lega melihat Luna yang mengangguk dan tersenyum tipis, walau sebenarnya ia sendiri tidak tau apa arti dari senyuman itu.

Setelah percakapan itu keduanya kembali diam. Luna masih sibuk menutup telinganya agar tidak mendengar suara hujan dan petir, sedangkan Reva sibuk menenangkan Luna.

Sampai akhirnya timbul ide di kepala Reva. Ia pun lalu merogoh sakunya, mencari barang yang biasanya ia selalu kantongi kemana-mana. Iya, Reva mencari bluetooth headsets nya. Benda kecil yang menurutnya berguna untuk Luna sekarang.

Upaya merogoh kantong, berhenti ketika Reva sudah dapat merasakan benda kecil itu di genggamannya. Ia lalu mencoba memasangkan itu ke telinga Luna dan mulai memutar playlist lagu pengantar tidur miliknya yang ia harap cukup untuk menenangkan.

Untungnya usaha Reva berhasil, Luna berangsur tenang dan kini keduanya tengah berbaring sambil saling menatap.

Reva mengelus pipi Luna lembut, memperhatikan setiap inci wajah sahabatnya yang ternyata setelah dilihat lebih detail terlihat lelah.

"Tidur lun" ucap Reva di tengah tatapan itu.

"Lo boleh ngga nginep malem ini" Luna memberikan tatapan memohon, membuat Reva tidak bisa menolak.

"Iya gue nginep, besok kita berangkat bareng" Jawab Reva.

Membuat kini Luna dan Reva tersenyum setelah nya. Lalu entah siapa yang pertama tapi kini keduanya sudah tertidur, terlelap dan mengukir mimpi mereka masing-masing.

•••

Dering alarm berbunyi kencang berhasil membangunkan kedua anak muda yang beberapa waktu lalu masih terlelap. Membuat kini keduanya membuka mata dengan terburu-buru karena terkejut dengan suara alarm itu.

"Ya Ampun lun lo pasang alarm kenceng banget" misuh Reva di pagi hari, sedangkan Luna meregangkan badan untuk memulai harinya.

"Sorry, gue baru bangun kalau alarmnya kayak gitu.. kalo ngga, ngga bakalan bangun gue" Luna santai lalu bangkit dari tempat tidurnya.

"Rev, lo balik dulu.. siap siap sekolah.. nanti kesini lagi sarapan.. gue tau bunda ngga masak pagi kan?" Luna kembali bicara sambil menatap Reva yang masih berbaring di kasurnya, ya walaupun mereka lama tidak berkomunikasi Luna masih sangat hafal dengan kebiasaan keluarga Reva.

Mendengar ucapan Luna itu, Reva dengan semangat bangun dari tidurnya. Lantas ikut meregangkan badan, mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer.

"Yaudah lun gue balik dulu ya, nanti kalo udah beres gue balik lagi" ucap Reva ketika merasa sudah lebih segar, kemudian ia pun berjalan meninggalkan kamar Luna setelah melihat Luna yang menggangguk sebagai jawaban.

Setelah kepergian Reva, Luna pun dengan cepat membereskan kamarnya. Lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh diri dan menyegarkan badan.

Hanya butuh waktu 15 menit untuk Luna menyelesaikan mandinya, membuat ia kini sudah bersiap dengan seragamnya. Luna menggunakan skincarenya, lalu tidak lupa menggunakan sedikit liptint agar bibirnya tidak pucat.

Dan kini Luna pun mulai melangkah ke arah dapur sambil menenteng tas sekolahnya. Masak masakan sederhana untuk ia dan Reva santap sebagai sarapan.

Namun sebelum memulai masak Luna pun mengecek bahan makanan yang ada, lalu memutuskan memasak toast karna bahan makanan di kulkasnya mulai menipis.

•••

Kalau sudah di dapur gini Luna sangat fokus, tidak mendengar atau melihat hal lain selain apa yang sedang ia kerjakan. Membuat ketika sudah selesai masak, ia terkejut dengan kehadiran Reva yang sudah duduk manis di kursi meja makannya.

"GILA LO YA, kalo masuk ke rumah orang tu permisi dulu..." Luna yang terkejut tidak sengaja teriak, sedangkan Reva hanya tertawa dan itu berhasil membuat Luna semakin kesal.

"Ketawa lagi lo, ngga gue kasih makan juga nih" ancam Luna karna kesal, dan itu berhasil membuat tawa Reva mereda.

"Huftpftt.... Gue udah permisi lun, udah nyamperin lo juga di dapur, tapi lo nya fokus banget, jadi gue ngga mau ganggu terus langsung duduk aja" jelas Reva, membuat kini malah Luna yang jadi tidak enak hati.

"Ehh sorry kalo gituu.. gue kalo masak ngga denger yang lain... nih makan rev toastnya.. maaf ya simple soalnya gue liat kulkas tinggal dikit isinya.." Luna meletakkan piring di depan Reva, sedangkan mata Reva sudah berbinar melihat masakan itu.

"Enak banget Lunaaa" puji Reva dengan mulut yang masih penuh dengan toast masakan Luna.

"Makan dulu, jangan ngomong... tu kan belepotan" Luna membersihkan sudut bibir Reva dengan tisu lalu melanjutkan makannya.

"Tapi ini beneran enak banget lun, gue tiap hari sarapan disini yaa" Reva memberikan tatapan memohon dan itu berhasil membuat Luna tersenyum.

"Boleh asalkan tiap pagi juga lo anter gue sekolah" Luna tersenyum.

Dan dengan senang hati Reva mewujudkan permintaan itu, membuat kini ia sudah memberikan pose hormat dan tersenyum. "Suap.. eh siap chef" ucapnya berhasil menciptakan tawa di meja makan yang biasanya hening itu.

•••

Tweet Reva pagi-pagi supaya mantan panas

Balasan Luna itu dibajak sama Reva ya gaes ya, supaya keliatannya bucin katanya🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balasan Luna itu dibajak sama Reva ya gaes ya, supaya keliatannya bucin katanya🤭

•••

Makanan enak di bayar pake tumpangan gratis... ada aja akal Luna biar bisa deket sama Reva

Plis komen tanggepan kalian soal chapter ini, karna jujur baca satu persatu komen kalian tu boost aku buat nulis!!

Maaf kalo ada typo atau penulisan yang ngga sesuai kbbi! Semoga kalian tetap suka dan mau tunggu kelanjutannya🫶🏼

After Rain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang