Chapter 22

163 8 0
                                    

Dua orang laki laki berbeda generasi sedang duduk bersantai di depan teras ndalem dengan ditemani oleh secangkir jahe dan kicauan jangkrik. Malam yang cukup dingin tidak menganggu keduanya dalam berbincang.

"Gimana untuk acara penyambutan awal ramadhan yyan?"

"Alhamdulillah semua lancar Bi, hanya ada sedikit beberapa barang yang kurang, tapi sudah fiyyan informasikan ke para ustad dan untuk para ustadzah sudah di infokan oleh ustazah asya."

Abi Zubair pun mengangguk paham. Sebulan lagi sudah masuk bulan Ramdhan. Setiap tahunnya pesantren Al Zubair ini selalu membuat acara untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Seperti diadakan kajian dan pawai obor yang akan dilakukan oleh para santri.

"Bi" panggil fiyyan tiba tiba. Abi zubair menengok sang anak sambil menunggu apa yang ingin di Katakana

"Apa kita harus undang keluarga rayyan?" Tanyanya sedikit khawatir.

Setiap tahun atau jika pesantren Zubair sedang mengadakan acara, mereka selaku mengundangnya keluarga rayyan dan keluarga rayyan pun selalu hadir.

"Kita undang, biasanya juga selalu di undang kan?" Jawab Abi Zubair sesantai mungkin. Dia tau apa yang dipikirkan oleh sang anak.

"Tapi semuanya sudah berbeda bi, tidak seperti dulu. Apalagi aiza tidak jadi menikah dengan rayyan. Fiyyan takut keluarga rayyan akan menghina aiza dan memberitahukan kepada semua orang bahwa aiza sebenarnya bukan baru hamil tetapi sudah hamil sebelum menikah" ucap fiyyan penuh keresahan.

"Janganlah kamu suudzon yyan, tidak baik" Abi Zubair mengingatkan sang anak.

"Astaghfirullah astagfirullah, astaghfirullah, maaf Bi fiyyan cuma khawatir sama aiza" ucapnya.

"Insyallah semuanya akan baik baik saja. Keluarga rayyan tidak sejahat itu mengumbar aib sodara se-muslimnya. Dan juga sudah ada Malik yang akan selalu menjaga aiza. Abi yakin itu , bahwa Malik merupakan sosok lelaki yang Allah kirimkan untuk aiza. Walaupun dengan awal yang seperti itu, tetapi Abi yakin sekali dia akan membawa aiza selalu dalam jalan kebaikan." Ucap Abi Zubair mengingat sang menantu.

Fiyyan pun mengangguk. Dia setuju yang dikatakan oleh sang Abi. Malik merupakan sosok suami yang sangat bertanggung jawab. Meskipun aiza masih saja cuek dan ketus padanya, tapi Malik tetap memberikan perhatian pada sang adik.

Selang beberapa menit pun sebuah mobil terpakir di halaman ndalem. Kedua lelaki itu sudah tau sosok siapakah itu.

"Assalamualaikum bi, mas" ucap sosok itu yang ternyata Malik yang langsung menyalami tangan sang mertua dan Kaka iparnya.

"Waalaikumsalam, gimana kerjaan mu?

"Alhamdulillah lancar Bi, ohiya ini bi ada martabak tadi malik beli pas arah pulang. Tadinya Malik ingin belikan mie Tek Tek tapi cuma tinggal seporsi" ucapnya memamerkan mie tek tek di tanganya.

"Kamu nih repot repot aja"

"Gak kok bi gak repot, itung itung cemilan buat Abi dan mas fiyyan ngobrol ehehe" ucapnya.

"Ish tau aja mas lagi pengen martabak" canda mas fiyyan.

"Alhamdulillah berarti pas ya mas"

"Yoaaa wkwk, Syukron ya lik"

"Sama sama mas, Malik izin masuk duluan ya bi, mas" ucapnya yang diangguki oleh keduanya.

Malik pun langsung menuju kamarnya bersama sang istri yang berada di lantai atas.

"Assalamualaikum" Salamnya pelan memasuki kamar dan dilihatnya aiza sudah tertidur dengan hijab instannya. Ya hampir 3 bulan menikah aiza tidak pernah membuka hijab di depannya. Hanya kejadian dulu saja Malik melihatnya tanpa hijab dan selebihnya tidak pernah. Perlahan dia membuka lemari dan mengambil beberapa potong baju dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Ketika Takdir Sedang Bercanda (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang