"Laki-laki ibarat sebuah nahkoda dalam rumah tangga. Dia akan menentukan arah dan tujuan, akan membimbing dan mengayomi keluarganya untuk menuju ridho nya Allah."
-Takdir Sang Ilahi-
°°°
Di sebuah kamar dengan bernuansa yang cukup rapi bagi seorang laki-laki yang sekarang sudah beristri. Terlihat sepasang kekasih halal melaksanakan sholat subuh bersama. Di tengah heningnya kamar dengan suasana dingin pada pagi buta, keduanya khusyuk bermunajat kepada sang maha pencipta.
Dua insan yang bermunajat dengan tujuan yang sama dalam menuju jannah-Nya sang maha ilahi. Tak ada yang tahu, takdir setiap manusia seperti apa. Namun, setiap takdir Allah pasti ada hal istimewa yang telah Allah tetapkan.
Sesaat itu, Azzam menoleh ke belakang dengan senyuman hangat. Sesosok perempuan dalam balutan mukenah itu, lantas meraih tangan sang suami dan mencium punggung tangannya. Kemudian Azzam mengulurkan tangan menyentuh ubun-ubun kepala istrinya dengan sebuah doa yang mulai terucap di bibir Azzam.
Hening menyelimuti, hanya terdengar sayup-sayup di mushalla asrama putri yang sedang berdzikir bersama. Alifah tak pernah membayangkan berada di belakang shaf sebagai makmum dari suaminya. Impian yang sederhana itu, kini terwujud dalam sebuah ikatan suci pernikahan.
"Kak Azzam, hari ini ke kampus?" tanya Alifah memecahkan keheningan yang berada di kamar.
Azzam mengangguk. "Iya, hari ini saya mau ke kampus. Semalam dosen ngabarin kalau hari ini sidangnya."
Alifah manggut-manggut paham.
"Kamu ada hafalan surah-surah sama umi?" tanya Azzam pada istrinya. Karena umi Fatimah pernah memberi tahu, jika Alifah mulai menghafalkan surah-surah Al-Qur'an.
"Iya, kak. Tapi, masih gak banyak. Aku hafalan surah Ar-Rahman sama Al Waqiah ke umi. Kata umi Fatim, gak perlu buru-buru kalau mau ngafalin Qur'an, mulai dari surah-surah yang bisa di hafalkan aja." kata Alifah mengingat ucapan umi Fatimah saat itu.
Azzam tersenyum simpul mendengar hal itu. Meski belum semua, setidaknya Alifah mau menghafal Al-Qur'an.
"Oh begitu. Jadi, mulai sekarang dan seterusnya, setor hafalan ke saya ya."
Bola mata Alifah membulat, terkejut. "Setor hafalan ke kak Azzam?" Alifah bertanya balik dan di angguki oleh Azzam.
"Tapi, gimana sama umi?"
"Nanti saya bilang ke umi langsung," jawab Azzam dengan senyuman kecil.
Kemudian Azzam berdiri dan lantas mengambil sebuah mushaf kecil untuk istrinya. Alifah menerima mushaf kecil itu dari tangan Azzam. Duduk kembali dengan saling berhadapan, Azzam menatap manik mata istrinya yang tampak gugup.
"Jangan gugup, zaujati. Saya gak bakal marahin kamu kalau ada yang salah nanti." kata Azzam lembut agar Alifah tidak gugup. "Palingan nanti saya cium pipi kamu kalau salah," lanjut Azzam, yang sontak membuat pipi Alifah merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Tâm linh(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...