Seven

822 74 6
                                    

"Ada apa ?" Naruto memeluk pinggul ramping Hinata erat, sejak tadi siang setelah kepulangan Shikamaru, kekasihnya itu hanya diam saja, bahkan selama makan malam wanita itu hanya diam tidak mengucapkan sepatah katapun pada Naruto, suasana hatinya seperti tidak baik dan Naruto tidak tau alasannya kenapa.

Hinata hanya diam dan Naruto tau kalau wanita itu belum tertidur, dengan perlahan dia membalikan tumbuh wanita itu agar bisa saling berhadapan. Dia ingin tau apa yang menganggu pikiran wanitanya itu.

Hinata dengan terpaksa membalikan tubuhnya, percakapan Naruto dengan rekannya masih berkecamuk di kepala wanita itu, rasanya ada yang mengganjal, tapi dia tidak tau harus menanyakan ke Naruto langsung atau tidak.

Pria itu meraih dagu Hinata lembut agar melihat padanya, dia tidak suka di abaikan seperti ini, "Ada apa, apa aku berbuat salah ?" Mungkin saja dia melakukan kesalahan yang membuat Hinata marah, tapi dia tidak menyadarinya.

Hinata menatap mata pria itu dalam, dia tidak ingin salah menduga jika Naruto adalah penyebab kematian ayahnya. Pria ini sudah sangat baik padanya, tidak mungkin dia melakukan itu, Hinata mencoba tetap berpikir positif, walaupun rasanya sangat sulit sekali.

Wanita itu membalas belaian lembut Naruto dengan membelai surai pria itu tak kalah lembutnya, dia percaya Naruto, wanita itu menggeleng ingin menghilangkan kekhawatiran pria itu padanya, "Aku tidak apa-apa, hanya sedang tidak enak badan" Naruto tentu saja tidak percaya dengan ucapan Hinata, pasti ada yang wanita itu sembunyikan darinya.

"Katakan padaku apapun yang menganjal hatimu, kalau aku berbuat salah kau boleh marah". Naruto menatap Hinata lembut, dia memeluk gadis itu, menengelamkan kepala Hinata di dadanya. Rasa nyaman ini Naruto ingin meresakan selamanya, hanya Hinata yang bisa memberikan.

Hinata masih tidak bisa memejamkan matanya, debaran jantung Naruto bisa dia rasakan, sangat nyaman, tapi masih tidak bisa membuatnya mengantuk, "Naruto-kun?"

"Uhm " gumam pria itu, hampir saja dia terlelap

"Apa ada yang Naruto-kun sembunyikan dariku ?" Naruto seketika membuka matanya lebar, kantuknya langsung hilang, dia tentu tersentak dengan pertanyaan tiba-tiba Hinata, apa maksudnya ? Apa dia sudah tahu?

Mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlalu kentara kalau tiba-tiba menegang, pria itu mensejajarkan wajahnya dengan Hinata. "Apa maksudnya hm ?" Naruto bertanya dengan lembut, menatap wajah cantik wanita itu yang jelas sekali mengharapkan kejujuran darinya.

Hinata seketika mati kutu, dia tidak bisa ditatap seperti ini, masih ada rasa gugup dalam dirinya kapanpun Naruto menatapnya dengan pandangan serius, wanita itu menggeleng, mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh, mungkin dia bisa menanyakan itu kapan-kapan, saat dimana dia sudah siap mungkin.

"Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, apapun itu. Kau hanya perlu percaya, aku mencintaimu Hinata" Saat melihat gelengan wanita itu, Naruto tau ada yang tidak beres disini, dia tiba-tiba jadi takut. Maka dia ingin menenangkan wanita itu, walaupun sebenarnya yang perlu di tenangkan adalah keresahan hatinya sendiri saat ini.

Hinata mengangguk pelan, kembali dia memeluk Naruto, menyembunyikan wajahnya di bahu pria itu.

Naruto memeluk bahu wanita itu erat, tidak akan dia biarkan Hinata meragu padanya, tidak sampai dia bisa jujur pada wanita itu, dan menceritakan semuanya.

"Tidurlah sayang, bukankah lusa hari kelulusanmu, kau harus fokus pada itu sekarang, jangan memikirkan apapun" Hinata mengangguk, benar apa yang dikatakan Naruto, lusa dia sudah akan lulus dari perkuliahan, seharusnya dia lebih memikirkan itu. Naruto mengecup puncak kepala wanitanya, dia harap wanita itu bisa membuang apapun itu kecurigaan yang bersarang di kepala cantiknya.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang