10¹ + 4 + 10

2.5K 260 18
                                    

Junho benar-benar meminta pulang malam itu juga. Jeno tentu saja tidak akan menolak permintaan Junho. Jeno paham betul bahwa kini yang Junho butuhkan hanyalah Haechan. Hanya Haechan yang mampu menenangkan putranya.

Saat sudah sampai, Junho tiba-tiba meminjam ponsel Jeno. Anak itu lalu menghubungi ibunya.

"Tuan Lee ? Apa terjadi sesuatu pada Junho ?"

"Ibu, Nono di bawah..jemput Nono ya Bu."

"Nono..Tunggu ya Nak, Ibu akan segera ke bawah."

"Telima kasih Ibu."

"Kenapa minta Ibu turun, Paman kan bisa antar Nono." Jeno berceletuk setelah mengetahui obrolan Junho yang meminta dijemput ibunya. Keduanya sudah turun dari mobil dan menunggu kedatangan Haechan.

"Paman halus memilih, kelualga atau Ibu dan Nono." Jeno mensejajarkan tingginya dengan sang putra.

"Nono..."

Junho lalu menangkup wajah Jeno. "Paman, maap kalena Nono dan Ibu datang paman jadi dimalah-malah sama Ibunya paman. Paman pasti sedang bingung halus memilih siapa. Paman boleh pilih kelualga kok. Nono akan tetap di sini belsama Ibu. Maap Nono tidak bisa ikut paman, Nono tidak bisa belsama paman lagi. Dunia Ibu sudah luntuh sejak Ayah Nono pelgi, dan Nono akan tetap belsama Ibu untuk menjaga dunia Ibu dan dunia Nono. Tidak papa kalau tidak ada Paman kalena sejak awal dunia Nono hanya ada Ibu..Paman jangan menangis.." Perlahan Junho menghapus air mata yang membasahi wajah ayahnya. Sudah Jeno duga, anak ini sudah mendengar semua yang ia dan ibunya bicarakan tadi.

"Setelah ini, paman tidak pellu datang lagi.." Jeno menggeleng, seolah mengatakan pada putranya bahwa ia masih ingin memperbaiki semuanya. Jeno berharap Junho dapat bersabar sedikit lagi, ia kini sedang berusaha mengembalikan bahtera keluarga kecilnya. Jeno memeluk erat Junho.

"Nono !" Haechan terlihat di atas tangga. Junho pun melepas pelukan Jeno. Segera saja ia berlari menuju Ibunya setelah mengatakan sesuatu yang membuat Jeno terpaku. "Jangan menangis, Nono pelgi ya..Nono sayang Ayah." Ucap Junho lirih.

"Dadah paman !" Junho lantas berteriak lantang dan berlari sesegera mungkin ke arah Ibunya. Sementara masih terkejut akan Junho yang memanggilnya Ayah untuk pertama kalinya. Dan Jeno bertekad itu tidak akan jadi terakhir kalinya Junho menyebutnya ayah.

Haechan dengan sigap menangkap Junho yang berlari ke arahnya. Ibu satu anak itu lalu memerikasa kondisi sang putra.

"Nono baik-baik saja kan ? Nono menangis ?" Junho menggeleng, "tidak Ibu, ini kelilipan." Junho lalu menggandeng tangan Ibunya. "Ayo pulang, Nono lindu tidul dipeluk Ibu."

~~~

Jeno tidak lagi datang menemui Junho maupun Haechan. Mendapat penolakan dua kali seolah membuatnya sadar bahwa ia benar-benar telah membuat kesalahan yang fatal. Tapi Jeno tidak akan semudah itu menyerah. Sesuai saran dari Park Dongho ia kini fokus untuk proses perceraiannya dengan Jisu. Bagaimanapun saat ia nanti telah kembali mengejar Haechan, ia sudah harus selesai dengan masa lalunya.

Mengenai kedua orang tua Jeno yang menentang keras keputusannya tak sedikit pun Jeno pedulikan. Selama ini ia cukup sadar bahwa orang tuanya hanya menjadikannya boneka hidup dan Jeno kini bukan lagi anak kecil yang hanya akan menuruti semua yang dituturkan Papa dan Mamanya. Jeno sudah dewasa dan ia tengah berada di fase mencari sesuatu yang bernama kebahagiaan. Dan ia menemukannya ketika bersama Haechan dan Junho. Maka kini tugasnya adalah menyelesaikan segala urusan yang dapat menghambatnya menemui bahagianya.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Jeno, Junho dan Haechan kini juga tengah berjuang mempertahankan bahagia mereka. Malam itu setelah kepulangan Junho dari Seoul, anak itu mengakui semuanya. Mulai dari foto pernikahan orang tuanya yang ia temukan hingga terbukti fakta bahwa Jeno adalah ayahnya. Junho bercerita semuanya tanpa ada bagian yang ia kurangi atau tambahkan. Mendengar cerita Junho, Haechan pun mengakui kebohongannya selama ini.

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang