Alvin mengkerutkan keningnya, lalu Ia melirik ke arah Sivia yang tertidur pulas mungkin faktor lelah akibat dari kejaran para Preman tadi. Alvin tersenyum kecil, setelahnya Ia menggoyang-goyangkan bahu Sivia pelan bermaksud untuk membangunkan Gadis berlesung pipi itu.
"Hey ! Gadis kuno, Ini jalan yang kau maksud. Lalu dimana rumah sahabat mu itu ?." Sivia langsung terjaga, menajamkan kembali penglihatannya. "Aku tertidur ?." Sivia malahan tidak memperdulikan pertanyaan Alvin, sepertinya Ia gadis yang bertipe tidak mudah sadaran setelah bangun. Alvin menghembuskan nafasnya pelan, "Ia Gadis kuno, kau tertidur dimobil ku setelah memberitahu ku jalan menuju rumah sahabat mu itu." Ucap Alvin sedikit kesal juga dengan tingkah gadis ini
"Bisakah kau tidak memanggil ku dengan sebutan Gadis kuno ?, ini." Dengan kesal Sivia lalu memberikan secarik kertas kearah Alvin, dan Alvin langsung menerimanya. Sekarang Alvin yang dibuat kesal oleh gadis ini, "kenapa tidak sejak tadi saja kau memberikan alamat lengkap ini kepada ku ? Kau ini....," geram Alvin, kesabarannya benar-benar dikuras untuk menghadapi gadis disampingnya ini dan seolah-olah tidak takut sedikit pun.
"Aku haus, kau punya minum tidak ?." Tanya Sivia yang belum sadar dengan ekspresi Alvin saat ini. "Tidak." Jawab Alvin ketus masih tetap menyetir
Bisa-bisanya Gadis ini seolah-olah menjadikan Alvin sebagai supirnya ? Lalu meminta Air minum pula ? Dia pikir mobil Alvin supermarket berjalan ? Dengan kesal, Alvin memberhentikan mobilnya dan tepat berhenti disebuah rumah sederhana yang kecil. "Kau bisa turun sekarang." Perintah Alvin, pandangannya lurus kedepan tak berniat untuk melihat Sivia. Sedangkan Sivia bersiap-siap untuk keluar dan sebelumnya mengucapkan terima kasih.
"Tapi jika kau keluar dan mengetuk pintu rumah itu, sampai besok pun dia tidak ada didalam sana." Masih sama, Alvin masih berucap tanpa mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Sivia yang baru akan menjulurkan kakinya untuk keluar refleks menghentikannya dan menoleh kearah Alvin dengan tatapan bingung. "Maksud mu ?."
Alvin mendesis. "Ify sedang tidak ada dirumah, dia berada dirumah sahabat ku. Bekerja sebagai pengurus bayi," Seketika Sivia langsung syok dan tatapan matanya melotot, bagaimana bisa lelaki ini mengetahui namanya sahabatnya itu Ify ? Lalu ? Sejak kapan mereka kenal ? Sivia meneguk ludahnya susah. "Kau ? Bagaimana kau bisa mengenalnya ?." Tanya Sivia yang masih tak percaya.
"Masukkan kembali kaki mu, atau kau ku tinggal disini." Ucap Alvin tak terbantahkan tanpa menggubris pertanyaan Sivia tadi, dengan ragu akhirnya Sivia pun menarik kembali kakinya. Berbagai pertanyaan berkecamuk dibenak Sivia, seketika Ia menjadi pendiam dan tidak berani untuk mengeluarkan suara.
Begitu pula dengan Alvin, sepertinya lelaki ini memilih diam karena begitu kesal dengan tingkah gadis polos ini yang suka seenaknya, mungkin dengan sedikit nada tajam seperti tadi bisa membuatnya sadar. Bahwa dengan siapa Ia berhadapan sekarang....
*********
Iyel memasuki rumah mewahnya yang telah disambut oleh para pelayan untuk membawakan Tas juga Jas kerja miliknya. Ia tidak langsung ke kamar untuk sekedar mandi atau membersihkan badan dengan santai, tapi Ia memilih untuk melangkah menuju kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya. Memutar knop pintu perlahan lantas Ia masuk, yang terdengar hanyalah suara sepatu pantofelnya memenuhi kamar yang luas ini.