Happy Reading!!!
×××~🌼~×××
Setelah meninggalkan Vania yang berada di kelas. Saat ini Altair berjalan menuju ke kelas sebelah. Jika temannya itu tidak segera disamperin yang ada ponselnya penuh dengan dering dari Rava. Benar-benar perusak suasana saja. Altair hanya bisa mendengus kesal. Padahal dirinya jarang-jarang memiliki kesempatan seperti itu.Altair memicingkan mata ketika melihat segerombol cewek-cewek. Salah satu di antara mereka adalah Dea. Salah satu korban Altair yang sempat beberapa hari lalu confes kepada dirinya. Beberapa detik kemudian ternyata Dea kembali menatapnya dan tersenyum kepada Altair.
"Gue tinggalin aja, males" Ucap Altair menggelengkan kepalanya dan tidak membalas senyuman yang diberikan oleh Dea.
Altair sadar gadis itu pasti menatapnya dengan penuh kecewa. Padahal Altair baru saja memberikan sebuah harapan yang tinggi. Namun hari ini dan detik ini juga Altair sedang mencampakan Dea. Tentu saja itu membuat sakit hati terhadap Dea.
Berbeda dengan Altair yang tidak mengambil pusing hal itu. Lelaki itu kembali meneruskan perjalannanya sambil memasukkan tangan di saku celana. Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, seperti sedang tidak terjadi apa-apa.
"Kemana aja lo lama banget?" Tanya Rava ketika melihat Altair menginjakkan kakinya masuk ke dalam kelas.
"Ada apa sih? Ganggu aja lo" Decak Altir menatap kesal Rava dan duduk di samping temannya itu.
"Bukannya kelas lo lagi jamkos? Gue tadi liat Marvin ke kantin"
"Ganggu gue lagi berduaan sama Vania"
"Anjing! Gue kira kerjaan penting"
"Emang penting kan? Demi keberlangsungan hidup gue"
"Kayaknya sehari aja nggak godain cewek mungkin lo bakalan sawan Ta" Ucap Rava mengelengkan kepalanya masih saja heran dengan kelakuan temannya itu. Altair hanya mengedikkan bahunya acuh tidak peduli dengan ucapan Rava.
"Emang kenapa sih lo manggil gue?"
"Ayo ikut gue beli tiket buat besok"
"Lo mau bunuh gue? Nanti habis ini mapelnya Bu Amel, nggak gue nggak mau"
"Ya terus kenapa kalau Bu Amel?"
"Bisa mati gue kalau hari ini nggak masuk kelas, gue bakal nggak dapat nilai presentasi nanti"
"Tumben lo peduli sama nilai" Ucap Rava terkekeh sedikit heran dengan sikap Altair yang tiba-tiba saja memikirkan nilai.
"Lo tau sendiri bokap gue kayak gimana? Kalau nilai gue turun lagi bisa beneran mati di tangan bapak gue sendiri" Altair menggelangkan kepalanya memabayangkan bagiamana ayahnya yang akan menyidangnya di rumah. Hanya membayangkan saja sudah membuat tubuhnya merinding.
Rava menghela nafasnya kasar, "Terus gue harus sama siapa dong?"
"Ryan kan masih ada, sekali-kali ajak dia bolos. Masa hidupnya monoton banget, setiap hari masuk kelas terus"
"Sesat emang lo njing!" Ucap Rava menjitak kepala Altair membuat snag empu mengadu kesakitan.
"Anjing!" Rava hanya tertawa dengan penuh kemenang menatap wajah galak Altair. Sedangkan Altair masih mengusap kepalanya yang terasa panas. Tidak lupa dengan mulutnya yang masih mengomel dan menyumpah serapahi Rava.
•°•°~🌼~°•°•
Motor vario hitam terparkir di garasi rumah. Vania mematikan mesin motornya dam masuk ke dalam rumahnya. Terlihat Winda yang sibuk berkutat dengan alat masakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR
Teen FictionAltair Syahreza Bimaskara, yang sering dipanggil dengan nama Altair, merupakan salah satu murid SMA Mandala. Salah satu teman sekelas Vania Grethalova Dezania, atau biasa dipanggil Vania. Mereka berdua seperti kucing dan tikus ketika dipersatukan. S...