"Sudah sehari sejak nona kecil tiba di istana. Tapi, dia belum sadarkan diri. Padahal dokter berkata bahwa lukanya telah pulih." Ujar Dave sambil menatap anak perempuan itu.
Selene tersenyum kecil. "Apa dia gadis kecil yang membuat putra ibu sering keluar istana diam-diam?" Ucap Selene menggoda putra nya yang tampak merona.
"Ah ibu.."
"Baiklah ibu tak akan mengganggu lagi. Sekarang sudah waktunya kelas mu dimulai. Professor barnard pasti sudah menunggu mu." Ujar selene sambil mengacak-acak rambu anaknya.
Dave menggerutu kesal. "Nanti rambutku berantakan ibu. Bagaimana jika nona kecil bangun dan melihatku yang berantakan."
"Pfft.. apa sekarang anak ibu ingin terlihat tampan di depan wanita?" Ledek nya lagi.
"Dia bukan wanita, ibu. Dia itu nona kecil."
Selene memegang perutnya. Putra nya yang sedikit tumbuh dewasa tetaplah menggemaskan.
Dave menatap nona kecil itu lekat-lekat. Dia masih tak mengerti, di dunia dimana semua orang mengkhawatirkan diri sendiri. Kenapa dia malah mendorong dirinya untuk menyelamatkan orang yang bahkan melukainya.
Selene teringat perkataan pelayan yang menggantikan baju nona kecil itu. "Nak, pelayan yang membersihkan tubuh anak ini berkata jika terdapat banyak bekas luka lama di tubuh anak ini. Bahkan, sebagiannya terlihat masih baru. Memar dan...." Selene tak melanjutkan ucapannya karena melihat ekspresi Dave.
"Pasti sangat sulit." Gumam Dave sambil memegang tangan nona kecil.
"Jika dia seorang budak, ibu akan membebaskannya. Atau jika dia anak pelayan mari kita tempatkan disini sebagai apapun." Ujar Selene menenangkan anaknya.
Dave mengangguk. "Tapi, baju yang dia pakai walau terlihat lusuh adalah baju yang terbuat dari kain kualitas bagus yang tak mungkin bisa di beli pelayan." Ucap nya kemudian. Mungkin majikannya adalah orang yang baik, tapi bagaimana menjelaskan luka di tubuhnya?
Tak lama kemudian, Dave dan Selene meninggalkan kamar nona kecil dan melakukan aktivitas masing-masing.
Lalu, Beberapa pelayan datang untuk membersihkan kamar nona kecil walau tak terlalu berdebu. Namun, ratu dan putra mahkota menaruh perhatian besar pada anak ini. Jadi para pelayan tentu harus menaruh perhatian extra kepada segala kebutuhan anak itu.
"Apa kau tahu jika nona ini adalah anak yang menyelamatkan putra mahkota." Ucap seorang pelayan.
Pelayan yang satunya mengangguk. "Kudengar dia mendapatkan luka di perut nya, dari tusukan pedang."
Pelayan lainnya kaget dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Pasti dia sangat kesakitan, lihat tubuhnya yang kecil."
"Semoga dia cepat sadar."
.
.Beberapa jam kemudian.
Arabella merasa sedikit nyeri pada tubuhnya. Ya, walaupun tentu saja itu adalah hal yang biasa.
Matanya terasa berat, samar-samar terlihat anak laki-laki yang tampan. Arabella tak memiliki hobby Apa pun, tapi hal yang paling dia suka didunia adalah pria tampan. Di kastil duke dia senang melihat para pengawal atau anak seumuran Alesya yang bermain bersama, mereka cukup tampan.
"Ah kau sudah sadar. Nona kecil sudah bangun. Dokter, panggil dokter." Teriakan anak laki-laki itu cukup menggema.
Setelah diperiksa oleh dokter. Kesadaran Arabella sudah kembali seutuhnya. "Ciapa anda." Tanya Arabella sambil memiringkan kepalanya. Saat memandang ke segala arah, di ruangan yang sangat besar ini terdapat banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Ficção HistóricaCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...