#Hurt part 1

55 3 0
                                    

Aku terbangun karena mendengar dering iPhone milikku yang sengaja aku letakkan di samping meja kecil tempat tidurku, dengan segera aku mengangkatnya walaupun aku juga sedang mencoba mengumpulkan nyawa.

"Halo?" sapaku pada seseorang di ujung sana.

"Good morning my Princess Alana."

"Good morning, ada apa sayang? Tumben sekali kamu pagi-pagi buta seperti ini menelponku."

"Hehe, emangnya ngga boleh ya aku telpon pacarku yang paling manis ini?"

"Niall, berhentilah menggodaku."

Tepat sekali, aku adalah pacar dari Niall Horan. Salah satu anggota band yang saat ini sedang naik daun, One Direction. Aku mengenalnya semenjak kami masih orok, dan menghabiskan masa kecil kami bersama-sama dengan sangat bahagia. Tapi tidak lagi setelah dia mengikuti audisi X Factor dan sesukses sekarang ini, yah walaupun dulu aku yang memaksanya mengikuti audisi itu.

"Oke deh oke, aku cuma mau ngingetin kamu dengan acara konserku nanti malam. Jangan lupa dateng ya, Princess."

"Siap deh babe. Aku tadi udah janjian sama Eleanor buat jemput aku di rumahku kok."

"Bagus lah kalo gitu, see ya soon, my Princess. I love you so much."

"I love you too, Nialler."

Tak berapa lama kemudian, aku pun memutuskan sambungan telponku dengan Niall dan segera menuju kamar mandi untuk beres-beres dan berangkat kuliah. Setelah selesai, aku melangkahkan kakiku untuk sarapan di ruang makan bersama Bunda dan Ayah.

"Bunda, Ayah!" sapaku dengan sangat cerianya.

"Eh, Alana. Sini nak, gabung sama kami." Sapa Bunda balik sambil tersenyum manis ke arahku, aku hanya menganggukkan kepalaku.

Setelah aku duduk dan mengambil nasi goreng yang berada di depanku serta siap melahapnya, Ayah malah membuka percakapan. "Al, bagaimana hubunganmu dengan Niall?"

"Mm, kami baik-baik saja kok, Yah. Memangnya ada apa?" aku dibuat keheranan dengan ulah Ayah, jarang sekali beliau menanyakan perkembangan hubunganku dengan Niall.

"Ayah hanya memastikan kalo dia memperlakukanmu dengan baik, soalnya kamu tahu sendiri kan kalo kamu anak semata wayang kami?" jelas Ayah dengan sangat tegas.

"Ayah tak perlu khawatir lah, lagipula Al berbahagia kok dengan Niall. Buktinya hubungan kami sudah sampai pada tahun ke 2." Aku mulai melahap dengan tak sabarnya nasi goreng di depanku ini.

"Baiklah kalo memang seperti itu." Jawab Ayah tenang, syukurlah.

"Nak, memangnya kegiatan pembelajaranmu di universitas tak terganggu dengan adanya sorotan dari berbagai media?" sekarang giliran Bunda menanyakan suatu hal yang lain dari biasanya. Mereka kenapa sih? Bukankah selama ini mereka terlihat sangat mendukung hubunganku dengan Niall?

"Engga kok Bun, selama ini segala sesuatunya berjalan dengan lancar." Aku mulai merasa tak nyaman dengan obrolan ini, akhirnya aku memutuskan untuk menyudahi acara sarapanku dengan berpamitan pada Bunda maupun Ayah.

"Bunda, Ayah, Al berangkat dulu ya."

"Kamu ngga mau kalo dianter sama Ayah?" tawar Ayah dengan baik hatinya, aku menggelengkan kepalaku.

"Ya sudah, kalo gitu hati-hati di jalan ya nak." wanti-wanti Bunda selagi aku meraih kunci mobil dan iPhone yang memang sudah terletak di atas meja makan.

***

Malam ini tak ada yang tahu betapa senangnya diriku, entahlah. Bukankah biasanya aku juga lumayan sering menonton konser pacarku sendiri?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang