16. Siapa Dia?

49 7 0
                                    

Dalam malam yang gelap dan misterius, keempat sahabat yang setia dengan hati berdebar-debar berlari keluar dari kuburan. Pepohonan rimbun di sekitar mereka menyiratkan aura mistis yang menakutkan, seolah-olah menceritakan kisah-kisah yang tersembunyi di balik kabut malam.

Lily merasa jantungnya berdegup kencang, seakan-akan ditandai oleh ketakutan yang melumpuhkan. Ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, seolah-olah dikejar oleh bayangan gelap yang tersembunyi dalam kegelapan. Cahaya bulan purnama yang samar-samar masuk melalui celah-celah pepohonan, memberikan sedikit pengetahuan akan sekeliling mereka yang penuh ketidakpastian.

Chloe, Charlotte, dan Ben berlari bersama-sama, langkah kaki mereka bergerak dengan cepat, tetapi pandangan mereka tetap terpaku pada kegelapan yang gelap di hadapan mereka. Setiap suara kriket dan desisan angin menimbulkan getaran yang merambat di hati mereka, membuat detak jantung semakin cepat berdenyut.

Seketika, suasana malam menjadi medan perang antara rasa takut dan tekad yang menuntun mereka. Mereka mengerti bahwa mereka harus menemukan jalan keluar dari kegelapan ini, meskipun ketakutan terus mengganggu pikiran mereka. Mereka saling berpegangan tangan, mencari keberanian dan dukungan satu sama lain.

"Siapa itu? Siapa yang mengawasi kita tadi?" tanya Lily ketakutan, mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan bertanya pada sahabat-sahabatnya.

"Tidak tahu. Tapi yang jelas, ada sesuatu yang tidak beres di sini," kata Ben, dengan ekspresi waspada.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Charlotte, mencoba untuk tidak membiarkan kepanikan mendominasi pikirannya.

Chloe, yang biasanya tenang dan bijaksana dalam situasi sulit, berpikir sejenak sebelum berkata, "Kita harus kembali ke perpustakaan keluarga Morgan. Mungkin ada petunjuk atau informasi yang bisa membantu kita memahami lebih banyak tentang Olive dan misteri ini."

Setelah beberapa saat berlari, mereka  melangkah pelan di di tempat yang telah mereka tinggalkan beberapa saat lalu. Perpustakaan keluarga Morgan yang luas itu masih menyimpan aura misteri yang tak terhingga. Cahaya redup dari lampu-lampu obor menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di dinding, menggambarkan pemandangan yang begitu magis namun juga menakutkan.

Hembusan angin malam yang masuk melalui jendela-jendela kuno membuat nyala api obor tergetar dengan lembut, menambah suasana misterius yang menyelubungi ruangan. Mereka merasa seperti ada kehadiran yang tak kasat mata, seakan-akan seseorang atau sesuatu sedang mengamat-amati setiap gerakan mereka dari kegelapan.

Tak ada yang berbicara, namun tatapan mata mereka berbicara banyak. Rasa ingin tahu yang mendalam memenuhi pikiran mereka, memaksa mereka untuk terus menggali rahasia-rahasia keluarga Morgan yang telah terkunci erat di dalam dinding-dinding perpustakaan ini.

Lily berjalan perlahan, mengelus-elus tumpukan buku-buku kuno yang tersusun rapi di rak-rak kayu. Jilatan api obor menghiasi setiap aksennya, mencerminkan keinginan dalam dirinya untuk menemukan jawaban-jawaban yang tersembunyi di antara lapisan-lapisan sejarah yang telah terkubur dalam catatan-catatan tua.

Chloe, Charlotte, dan Ben berjalan mengelilingi ruangan dengan penuh kehati-hatian. Suara langkah kaki mereka bergema di dinding-dinding perpustakaan, menambah suasana yang menegangkan di sekeliling mereka. Bayangan-bayangan dari buku-buku tua menimbulkan sensasi aneh, seolah-olah mereka adalah saksi bisu dari rahasia yang tak terungkapkan.

Mereka merenung di hadapan meja besar yang dipenuhi dengan gulungan gulungan kertas berumur panjang. Goresan pena dari para leluhur Morgan tertulis dengan indah, menyimpan kebijaksanaan dan cerita-cerita masa lalu. Mereka merasa seolah-olah saat itu kembali hidup, menyaksikan peristiwa-peristiwa yang telah lama terlupakan.

The Portrait of Lily Morgan (Wattys 2023)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang