"Sudah kukatakan dunia manusia itu menarik~~~" Ujar sosok pria menatap sosok lain yang tengah berbaring sembari membaca bukunya.
Sosok itu hanya diam dan mencoba fokus ke bukunya karena si cerewet yang merupakan saudaranya sendiri sejak tadi mengganggu waktu luangnya.
Si rambut merah memanyungkan bibirnya melihat respon sang kakak, seperti biasa, kakaknya akan menanggapinya seperti ini padahal akan menyenangkan jika kakaknya itu ikut bersama dengannya bermain ke dunia manusia, orangtua mereka juga memberikan ijin pada mereka, yang penting mereka tahu batas bersikap disana.
Si rambut hitam pun menghela napas, ia menutup bukunya dan berbalik dalam posisi berbaring, duo eyesnya menatap sang adik yang dibalas dengan kedipan polos, "Aku tidak tertarik dengan dunia manusia yang penuh dengan kotoran."
"Ya! Mulutmu!" Ingin rasanya ia mencubit bibir merah itu tapi dalam mode serius, ia tidak berani menjahili sang kakak.
"Mereka penuh dengan kamuflase seperti keluarga bunglon, lambat laun manusia yang kau katakan menyenangkan itu akan menikammu dari belakang."
"Mulai lagi.." Pikir si rambut merah.
"My brother~~ stop~~"
"Dunia manusia tidak sesuram itu hyung, dunia yang hyung katakan itu adalah dunia manusia di masa lalu, sekarang? Hyung akan terkejut melihat perubahan itu hehe.."
Si rambut biru merotasikan bola matanya, ia bangkit dan merapikan rambutnya.
"Kau sudah sangat lama disana jadi otomatis kau akan terus membela dunia kotor itu.." Ujarnya lagi, ia pun beranjak dari kasurnya setelah meletakkan bukunya diatas meja kecil.
"Bahkan aroma tubuhmu sudah di penuhi aroma manusia, kau ini-"
"hehe maaf hyung, aku lupa membersihkan diri. Habisnya aku langsung ke ruangan hyung setelah kembali ke 'land'..."
Si rambut merah memperhatikan gerak gerik sang kakak, biasanya jika sudah seperti ini pasti kakaknya akan mengalihkan pembicaraan atau akan meninggalkannya.
"Wooyoung-ah.."
Si rambut merah otomatis berdiri. " Hng?"
" Jangan terlalu lama bermain di dunia manusia, apalagi.." Si rambut hitam berbalik, menatapnya dengan iris mata hazel. Sejenak Wooyoung terpanah melihatnya.
Meskipun mereka bersaudara, warna iris mata mereka jauh berbeda, jika kakaknya memiliki warna mata hazel, dia memiliki warna medium brown.
"Apalagi kau sudah sangat lama tinggal di dunia manusia, bahkan kau pun mengikuti pola hidup mereka, seperti sekolah? Kualitas isi kepalamu sampai mana hingga kau berani memasuki dunia pendidikan manusia?" Wooyoung merapatkan bibirnya.
Sejujurnya ia sendiri merasa penasaran kenapa bisa kakaknya sangat membenci manusia.
"Kita tidak disekolahkan Wooyoungie, kita tidak butuh banyak teori yang memuakkan itu, yang kita butuhkan adalah langsung melakukan apa yang ingin kita lakukan."
"T-tapi kan hyung~" Wooyoung mulai merajuk, ia memberanikan diri untuk mendekati sang kakak kemudian melingkarkan tangannya di pinggang ramping sang kakak.
Mata hazel itu menajam dan menatapnya.
"Apa hm?"
Wooyoung menelan ludahnya, " Aku hanya ingin hyung mencobanya, tidak apa jika hyung tidak menyukainya, itu pilihan hyung sendiri. Tapi sekali saja, hyung menemaniku disana~ sangat membosankan tinggal di rumah seluas itu sendirian..."
" 5 tahun eoh~ itu tidak akan lama hyung~" Wooyoung mencoba bernegosiasi dengan kakaknya.
Jung Yunho.
Yunho diam.
Adiknya benar-benar sudah sangat menyukai dunia manusia.
Apa kurangnya 'land'?
Rumah mereka lebih indah dibandingkan dengan dunia manusia.
Yunho mengambil napas pelan, iris matanya mulai normal dan hal itu tentu saja membuat Wooyoung senang tapi ia menahan diri untuk tidak memperlihatkannya.
"Aku janji tidak akan membahas dunia manusia jika hyung tidak menyukai dunia itu~"
"Baiklah tapi jangan pernah memaksakan kehendakmu padaku ketika aku disana, aku tidak suka hal merepotkan."
"YES!!!!" Batin Wooyoung menjerit kegirangan.
Akhirnya, setelah sekian lamanya ia membujuk Yunho untuk menemaninya tinggal, ah lebih tepatnya berkelana disana.
Sekitar 100 tahun?
Mungkin lebih tapi masa bodoh dengan itu, yang penting sekarang ia sudah berhasil membujuk kakaknya.
"Hyung yang terbaik!" Wooyoung langsung memeluk erat Yunho, yang si peluk hanya menepuk kepalanya.
Lanjut atau tidak?
Jika banyak yang berminat akan ku teruskan book ini.