Chapter 24 Sekali lagi

1.7K 63 12
                                    

Gue menyuruh Pak Brengos untuk bergabung bersama gue menunggangi juniornya. Di tengah kelelahan setelah sesi yang panjang, Bang Boas merangkak ke ranjang dengan kekuatan yang masih tersisa.

Begitu semua berada di posisi, kami pun bergegas ke tempat tidur. Hamparan ranjang kami menjadi panggung tanpa kata. Gue meraih sebuah strap-on dari laci di sisi tempat tidur. Alat itu memiliki makna khusus bagi kami, sebuah peninggalan dari pertemuan pertama kami.

Dengan tangannya yang kuat dan perkasa, Bang Boas mengambil alat itu dari tangan gue. Matanya yang besar dan bersinar menatap kontol strap-on dengan rasa hormat, sementara tangan kasar namun lembutnya dengan hati-hati mengelilingi batang alat tersebut. Lalu memasangnya di selangkangannya.

Dengan seulas senyum, gue memberi isyarat pada Bang Boas untuk melanjutkan. Ia lalu mengalihkan tatapannya ke Pak Brengos yang sudah menunggu di ranjang. Dalam tatapan mereka, gue bisa melihat hasrat yang membara. "Senior!" kata gue sambil menunjuk ke tempat tidur.

Tanpa berpikir dua kali, Pak Brengos memposisikan dirinya di ranjang. Tubuh berotot dan maskulinnya terpampang indah di bawah sinar rembulan yang tembus dari jendela. Paha kuatnya ditekuk dan dada bidangnya naik turun seirama dengan napasnya yang berat. Ia menjuntai kepala di tepi kasur, menantikan sesuatu yang hanya kami bertiga yang tahu.

Bang Boas lalu memulai penaklukannya. Ia memasukkan strap-on ke dalam Pak Brengos dengan gerakan yang perlahan namun pasti. Ia mengendalikan setiap gerakannya dengan cermat, memperhatikan setiap ekspresi yang muncul di wajah Pak Brengos.

Menyusul, gue mengambil posisi di kepala Pak Brengos. Kontol gue bergerak mengisi rongga mulutnya yang hangat. Pak Brengos menyambutnya dengan semangat yang mengejutkan, lidahnya menjelajahi kontol gue dengan lembut dan lezat. Setiap sentuhan lidahnya membuat gue meremang, setiap gerakan lidahnya merayakan kontol gue seolah-olah menjadi pusat dunianya, mempersembahkan kenikmatan tanpa akhir. Kami bertiga terjebak dalam irama erotis yang menyenangkan, menikmati setiap detik, setiap gerakan, dan setiap kenikmatan yang diberikan dan diterima.

Langkah berikutnya dalam permainan sadis kami dimulai ketika Bang Boas memulai gerakan memompa kontol strap-on itu. Dorongan demi dorongan yang ia berikan menyerupai gempa kecil, mengguncang tubuh Pak Brengos yang kuat dan kokoh, membangkitkan rentetan rintihan halus dari bibirnya. Kontol strap-on itu bergerak maju mundur dalam tempo yang diatur oleh Bang Boas, meluncur masuk dan keluar dari Pak Brengos, yang kini mengejang dalam kenikmatan memabukkan.

Sementara itu, gue terus mempertahankan ritme gue, menggerakkan kontol gue dengan lama di dalam rongga mulut Pak Brengos. Tiap gesekan lidahnya seakan memancarkan serangkaian gelombang listrik melalui syaraf-syaraf gue, membangkitkan sensasi yang begitu kuat hingga hampir membuat gue terhempas oleh gelombang kenikmatan.

Merasa ingin menaikkan level, gue memberi perintah. "Junior, gebukin Senior!" Arah gue jelas, dan Bang Boas memahaminya. Tangannya yang besar mengepal menjadi tinju, kemudian mulai mendaratkan serangkaian pukulan ke perut dan dada Pak Brengos.

Pak Brengos, yang sudah terbiasa dengan pukulan gue, tampaknya cukup terkejut dengan intensitas dan kekuatan pukulan budak baru ini. Otot lengan Bang Boas yang kekar dan bugar, jauh lebih tebal dari tungkai kaki gue, mengirimkan getaran yang kuat melalui tubuh Pak Brengos.

Dentuman tinju Bang Boas menghantam dada Pak Brengos beresonansi melalui ruangan, menciptakan ritme yang membawa kita semakin dalam ke dalam permainan ini. Pukulannya keras, seolah membelah udara dan memancarkan gelombang kejut yang bisa gue rasakan, hingga meresap ke dalam kontol gue yang masih berada dalam penjara mulut Pak Brengos.

Pak Brengos tidak berteriak atau merintih dengan lantang. Alih-alih, dia mengerang dalam-dalam, mencoba menahan derasnya serangan dari semua sisi. Tangannya meremas seprai ranjang dengan kuat, wajahnya memerah, dan keringat membasahi tubuhnya, menciptakan aliran di antara lekuk otot-ototnya yang dipahat dengan sempurna.

Lonte Kekarku, Pak BrengosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang