Prolog

630 45 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°

Setiap denting  melodi manis nan indah dari Vinly player yang memutar sebuah piringan hitam, mengalunkan melodi merdu memenuhi setiap sudut ruangan bernuansa warna cream berpadu dengan hijau emerald yang mendominasi seisi ruangan. Dengan wallpapper dinding bercorak putih itu terlihat simpel namun tak mengurangi kesan mewah. Terdapat satu kasur king size dengan dua bantal berbulu di atasnya. Sand terkesima melihat setiap detail di setiap sudut ruangan tempat ia duduk saat ini. Koleksi piringan hitam dengan musik 80-90-an, citypop, Polycat dan semacamnya melengkapi koleksi milik lelaki muda tampan di depannya. Ray, lelaki dengan jaket denim yang memeluk erat tubuhnya itu bernama Ray. Entah bagaimana awalnya Sand dan Ray kini menjadi teman sejak pertemuan pertamanya di YOLO, bar milik senior Sand di universitasnya.

Ray berjalan mendekati meja kecil yang tersimpan di ujung ruangannya, yang di penuhi berbagai jenis botol minuman keras miliknya. Ray meraih satu botol lalu menuangkan isinya ke dua gelas yang sudah ia bawa. Mengulurkan satu gelas di tangannya kepada Sand. Sand menerimanya sembari mematik cigarettenya. Menyesapnya lalu selanjutnya terlihat kepulan asap dari kedua belah bibirnya.

"Kau suka mendengarkan lagu klasik juga?" Ucap Sand memecah keheningan yang sedari tadi menyelimutinya.

"Hmmm" Ray berdeham seraya menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Sand. "Lalu jenis musik apa yang kau suka?" sambung Ray sembari membawa dirinya mendekat dan duduk tepat di samping Sand. Tangannya terulur meraih cigarette milik Sand dan memberinya kode untuk mematikan cigarette juga.

Sand tampak memperhatikan Ray, lalu memajukan kepalanya untuk menautkan cigarette miliknya ke cigarette milik Ray yang sudah ia selipkan di kedua belah bibirnya. Setelah di kira cigarette milik Ray menyala, ia kembali memundurkan kepalanya sembari menghembuskan asap yang sudah memenuhi seluruh rongga mulutnya dengan sekali hembusan panjang.

"aku?" ucap sand memastikan

"hmmm"

"hmm..." Sand terlihat berpikir sejenak, terlihat sekali dari gesturnya. Ia mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit-langit, sembari tangannya mengusap lembut dagunya dengan telunjuknya. "aku suka band-band rock dari Inggris. Monkey Arktik, Oasis, The Smith. Untuk artis lawas aku suka Queen, The Beatles, dan Johnny Cash" jelas Sand panjang lebar dengan senyum manis menghiasi sudut bibirnya.

"Selera musikmu cukup bagus" ucap Ray sembari terus menghembuskan asap dari cigarettenya.

"Lalu bagaimana denganmu? Tipe musik apa yang lau suka?" Tanya Sand

"Aku?? Hmm tak banyak. Aku hanya menikmati musik kuno dari beberapa koleksi peninggalan mama" ucap Ray datar, wajahnya tanpa ekspresi sama sekali.

Sand hanya menganggukkan kepalanya sekilas.

"Lalu bagaimana dengan perempuan yang bersamamu kemarin? Dia terlihat manis, apa dia tipemu?" Tanya Ray

"Ahh dia adalah juniorku di universitas, dia cukup manis. Aku pernah menyukainya" ucap Sand dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Sand menolehkan kepalanya ke arah Ray sembari mengernyitkan dahinya "kenapa kau tiba-tiba bertanya? Apa kau menyukainya??" Sambung Sand

"Tidak, aku hanya bertanya" ucap Ray sembari mengalihkan pandangannya ke arah meja, mengetukkan cigarette nya ke asbak.

"Kau suka dengannya?" Tebak Sand

"Apa kau pernah berkencan dengan seorang pria?" Alih-alih menjawab, Ray justru melontarkan pertanyaan lain.

Sand menggelengkan kepalanya "belum, aku belum pernah" sambungnya.

Ray menaikkan sebelah alisnya seraya tersenyum "lalu bagaimana jika ada pria yang mendekatimu? Apa kau akan langsung berhubungan dengannya?"

"Kau gila Ray, aku memang cukup terbuka dengan hal ini tapi  berhubungan dengan orang lain itu tak semudah apa yang kau katakan. Apalagi orang sepertimu yang memudahkan segala hal dengan uang" ucap Sand

"Di dunia ini tidak ada yang gratis Sand, aku bisa mendapatkan segalanya dengan uang. Tidak ada yang tidak menginginkan uang" ucap Ray dengan sombongnya.

"Bagiku cinta dan persahabatan itu tidak bisa di beli dengan uang. Jika aku tertarik melakukannya maka aku akan melakukannya tanpa uang"

Ray tidak menjawabnya, terlihat jelas senyum di antara sela-sela hembusan asap di kedua belah bibirnya, maniknya tak lepas dari pandangannya ke sosok manis yang beberapa hari ini menjadi "Temannya".

"Bagaimana denganku? apakah aku cukup menarik untuk menjadi tipe idealmu? Bisakah aku mendapatkan tanpa biaya?" ucap Ray sembari menyesap kembali cigarettenya.

"Sialan, teman tetaplah teman. Teman tidak seharusnya melakukan itu. Jika kau tetap melanjutkan bisa saja kita setelah ini bukanlah teman lagi" ucap Sand.

Ray tersenyum miring mendengar ucapan Sand. "Lalu haruskah kita melakukannya?" Ucap Ray sembari menatap, menggoda Sand dengan seringainya.

"Jika ingin menjadi teman, tetaplah menjadi teman" Sand mengucapkannya kembali dengan penekanan.

"Kau tahu, banyak persahabatan bisa di mulai dengan berhubungan sex"

_RaySand


_RaySand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BED FRIEND | RaySandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang